Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korelasi Kehidupan Duniawi dengan Kemampuan Spiritual

6 Desember 2019   01:47 Diperbarui: 6 Desember 2019   02:01 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak sengaja mendengarkan tausiyah dari laptop teman di sekolah. Sekilas bunyi tausiyahnya seperti ini, "Jika ingin lancar urusan duniamu. Maka perhatikan urusan akhiratmu". "Jika kehidupan di duniamu ini terasa sempit (penuh dengan masalah). Mungkin saja ada yang salah dengan urusan akhiratmu".

Saat kamu jauh dari Allah SWT. Maka kehidupanmu tidak akan terasa tenang. Tidak ada sesuatu yang bisa dijadikan tempat untuk mengadu dan memohon pertolongan. Saat datang suatu permasalahan kehidupan kepadamu. Kemampuan spiritual seseorang sebagai kekuatan dalam menjalani kehidupan.

Shalat adalah tiang agama. Jika seseorang itu baik shalatnya maka baik pula seluruh amalnya. Saat kita sudah mengerjakan shalat. Namun masih melakukan kesalahan. Maka kita sebaiknya mengoreksi kembali shalat yang telah kita lakukan.

"Apakah sudah benar tata cara kita dalam berwudlu (bersuci)?" Berwudlu yang baik yakni membasuh beberapa anggota tubuh sampai bersih dan suci dari kotoran (najis).

"Sudah bersihkah pakaian yang kita kenakan untuk shalat dari sesuatu zat yang mengandung najis?" Najis bisa berasal dari air kencing yang terciprat di celana secara tidak sengaja.

"Apakah mungkin saat kita shalat ternyata masih kurang khusyuk?" Karena masih memikirkan permasalahan yang kita hadapi pada hari ini.

Saat kita shalat, kita berjumpa dan berkomunikasi dengan Allah SWT. Hal ini terdapat dalam do'a iftitah:

Innashalati wanusuki wamahyaya wa mama ti lillahirobbilalamin.

Artinya adalah sesungguhnya shalat, ibadah, hidup, dan matiku hanyalah untuk Allah SWT.

Ibadah ada dua jenis. Ibadah untuk diri kita sendiri dan ibadah untuk kepentingan banyak orang. Kita bekerja diniatkan untuk  bisa bertahan hidup. Selain itu agar kita bisa dihargai oleh orang lain. Jika sudah berkeluarga maka gajinya untuk kepentingan keluarga. Bekerja adalah sebagian dari ibadah. Jika kita meninggal saat bekerja maka hal itu akan dinilai  oleh Allah SWT sebagai ibadah.

Jika kita sudah meninggal. Kita tidak bisa menghindar untuk menjawab lima pertanyaan dari Malaikat Munkar dan Nankir di alam kubur.

"Siapa Tuhanmu?"

"Apa agamamu?"

"Siapa Nabimu?"

"Apa kitabmu?"

"Dimana kiblatmu?"

Pertanyaan itu bisa dijawab dengan lancar jika kita telah melaksanakan kewajiban di dunia dan akhirat dengan baik. Tetapi jika tidak maka kita akan kesulitan untuk menjawabnya. 

Mungkin secara logika, kita hafalkan saja saat masih hidup. Saat sudah meninggal pasti kita masih mengingatnya. Namun sekali lagi meninggal itu bukan seperti bangun tidur. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di alam berikutnya. 

Seperti saat ini, kita masih ada di alam dunia. Kita juga sudah lupa saat masih berada di kandungan ibu. Apa yang kita lakukan di alam kandungan. Menendang-nendang, berputar-putar, atau hanya diam di rahim ibu. Agama Islam hanya memberikan petunjuk tentang kehidupan setelah kematian.

Memang sepintas tidak berhubungan. Namun dalam keyakinan umat islam harus kita percayai.

Urusan dunia ternyata mengikuti urusan akhirat (spiritual)

Cara kita bersyukur diberikan Allah tubuh yang sempurna yakni dengan cara menjaganya dan membersihkannya setiap hari. 

Shalat subuh itu sedikit rokaatnya (jumlahnya) namun sulit dalam menjalankannya. Karena waktu di pagi hari itu udara saat dingin-dinginnya. Selain itu saat kita lagi pulas-pulasnya tidur.

Pagi hari matahari bersinar memancarkan cahaya. Pancaran energinya membuat kita bersemangat lagi untuk mencari rezeki. Tidak semua orang punya gaji tapi semua orang pasti punya rezeki.

Malam hari ditutup dengan shalat Isya'. Lalu tidur dengan waktu yang cukup. Kita berharap tubuh kembali segar  pada keesokan harinya. Sehingga kita bisa menjalankan aktivitas dengan baik sehari-hari.

Mojokerto, 6-12-2019
Salam,
Eki Tirtana Zamzani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun