Mohon tunggu...
dhani arianto
dhani arianto Mohon Tunggu... -

Pekerjaan Wirausaha

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Jokowi-JK Disebut Pasangan Nomor Dua?

4 Juli 2014   00:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:35 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasangan Jokowi-JK akan berkompetisi dengan pasangan Prabowo-Hatta untuk mendapatkan mandat rakyat sebagai presiden dan wakil presiden 2014-2019. Sebelum pemungutan suara pada 9 Juli 2014, kedua pasangan ini (beserta pendukung dan simpatisan masing-masing) diberi kesempatan berkampanye. Waktu untuk mengajak masyarakat yang mempunyai hak pilih supaya nantinya memilih mereka diberikan Komisi Pemilihan Umum (KPU) selama lebih dari sebulan. Institusi penyelenggara Pilpres 2014 itu memberikan waktu mulai 4 Juni sampai 5 Juli 2014.

Mengikuti kampanye-kampanye yang telah dilakukan, khususnya oleh pasangan Jokowi-JK beserta pendukung dan simpatisannya secara cermat, ada hal yang menarik (terutama buat saya). Yaitu, Jokowi-JK ini selalu ‘diposisikan' sebagai pasangan nomor 2 (nomor dua).

Adapun bukti-bukti atau fakta-fakta yang memposisikan Jokowi-JK sebagai pasangan nomor 2 dimaksud, diantaranya diserukan WALI Band. Sebagaimana dikutip Banten Hits.com, Wali Band serukan warga Banten untuk mencoblos pasangan Capres-Cawapres No 2 Jokowi-JK pada tanggal 9 Juli 2014 mendatang. Ajakan ini diserukan WALI Band saat konser yang diselenggarakan Tim Relawan Jokowi-JK tersebut, pada Selasa (1/7/2014).

Selain WALI Band, Ketua DPD PDIP Lampung, Sjachroedin Zainal Pagaralam (SZP) juga memposisikan Jokowi-JK juga sebagai pasangan nomor 2. Pada kampanye nasional di Lapangan Enggal, Bandar Lampung, Selasa (24/6/2014), SZP dengan ancaman mengatakan, warga yang tidak memilih pasangan nomor 2 (Jokowi-JK) akan masuk neraka. Hebatnya lagi, lelucon ZCP ini sebagaimana dikutip Kompas.com, disambut gelak tawa Megawati dan JK serta massa yang hadir pada kampanye tersebut.

Masih di tempat yang sama (Lapangan Enggal), Ketua Umum PDIP, Megawati pun juga memberikan ‘sinyal’ yang sama, memposisikan Jokowi-JK sebagai pasangan nomor 2. “Jadi jangan ragu-ragu lagi ya, pilih yang pasti-pasti saja, nomor dua yang sudah berpengalaman”, kata Megawati.

Hebatnya lagi, hal tersebut bukan hanya disampaikan juru kampanye. Tetapi langsung dikemukakan sendiri oleh Jokowi maupun JK. Jokowi misalnya, menyampaikan hal itu saat kampanye di Lapangan Siaga, Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (7/6/2014). Sebagaimana dikutip Tribunnews.com, ketika orasi politik sekitar 25 menit di tempat tersebut mantan Walikota Solo ini ‘mengakui’ bahwa pasangan Jokowi-JKadalah nomor dua.

Dalam berita yang ditulis Tribunenews.com dengan berjudul; Kampanye di Bojong, Jokowi Ajak Warga Pilih Nomor Dua. "Jangan lupa pilih nomor dua tanggal 9 Juli nanti", ajak Gubernur DKI Jakarta non aktif ini, kala itu. Di kesempatan yang berbeda, jauh sebelum itu Jokowi juga melontarkan kalimat yang sama. "Untuk menuju Indonesia yang harmoni dan seimbang, pilihlah nomor dua”, katanya dalam sebuah acara di gedung KPU sebagaimana dikutip Merdeka.com.

Bagaimana dengan JK? JK pun demikian. Dalam judul berita yang ditulis sindonews.com, JK juga mengatakan bahwa Jokowi-JK adalah pasangan nomor 2. “JK Ajak Slank Pilih Pasangan Nomor 2”, begitu judul besar berita sindonews.com, Senin (2/6/2014).

Karena banyak ‘tokoh panutan’ memposisikannya sebagai pasangan nomor 2 dan dipublikasikan secara luas melalui berbagai media, para pendukung dan simpatisan Jokowi-JK pun tak mau kalah. Ikut-ikutan mengkampanyekannya secara terbuka, melalui media sosial milik mereka. Misalnya menggunakankalimat atau foto yang isinya; “Orang pintar pilih pasangan nomor 2 Jokowi JK”, “Terima kasih atas doa dan dukungan teman-teman sekalian. Cinta Laura contoh generasi muda cerdas dan berintegritas, ayo ajak orang terdekat kita memilih Capres Nomor 2, Jokowi-JK”, “Pasangan nomor 2 Jokowi-JK adalah KIta”, “Pasangan nomor 2 Jokowi-JK is the best”, dan sebagainya.

Padahal KPU sebagai penyelenggara sudah sangat dan sangat adil. Tidak pernah sekalipun memposisikan Prabowo-Hatta sebagai pasangan nomor 1 dan Jokowi-JK sebagai pasangan nomor 2. Dan, karena tak mau membuat dikotomi (memposisikan pasangan yang satu lebih baik dari yang lainnya) itulah, salah satu acara yang dilakukan KPU adalah acara pengundian nomor urut pasangan Capres-Cawapres. Acara di Gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta, Minggu (1/6/2014) siang tersebut tidak diberi nama acara pengundian nomor pasangan Capres-Cawapres.

Begitu pula saat acara debat. Ketika memberikan sambutan, Ketua KPU Husni Kamil Manik selalu menyebut pasangan Capres-Cawapres nomor urut 1 untuk Prabowo-Hatta dan pasangan Capres-Cawapres Nomor urut 2 untuk Jokowi-JK. Sang moderator ketika memberikan kesempatan kepada kedua pasangan menyampaikan visi, misi, pertanyaan, menjawab pertanyaan, bertanya, dan menyampaikan kata-kata penutup sebelum debat berakhir, juga sama. Seperti Ketua KPU, dengan santun moderator selalu menggunakan kalimat yang serupa secara berulang-ulang.

Mengapa KPU menamakan acara yang juga dipublikasikan secara luas melalui berbagai media tersebut acara pengundian nomor urut pasangan Capres-Cawapres, bukan pengundian nomor pasangan Capres-Cawapres? Atau, mengapa Ketua KPU dan sang moderator tak pernah mengatakan pasangan Capres-Cawapres nomor 1 untuk Prabowo-Hatta dan pasangan Capres-Cawapres Nomor 2 untuk Jokowi-JK?. Jawabnya, karena KPU dan sang moderator mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar. Paham betul bahwa ada perbedaan makna dari kalimat “nomor urut 1” dengan “nomor 1” atau “nomor urut 2” dengan “nomor 2”.

Kata “nomor urut” meskipun diikuti angka berapapun di belakangnya (contohnya angka 1, 2, 100, dan seterusnya), tidak akan menerangkan “lebih” atau “kurang” pemilik atau pemegang nomor urut tersebut dibandingkan yang lainnya. Artinya, nomor urut 1 untuk pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Hatta maupun nomor urut 2 untuk pasangan Capres-Cawapres Jokowi-JK tak bisa diterjemahkan lain (tidak multi tafsir). Yaitu hanya sebagai nomor undi (nomor urutan berdasarkan hasil berundi). Kedua pasangan itu setara. Makanya KPU menyebutnya pasangan Capres-Cawapres nomor urut.

Sedangkan kata “nomor” apabila diikuti sebuah angka (contohnya angka 1, 2, 100, dan seterusnya), maka angka tersebut menerangkan kedudukan pemegang atau pemilik nomor dimaksud. Kedudukan yang diterangkan dimaksud dalam pengertian “lebih” atau “kurang” dibandingkan yang lain. Semakin kecil angka yang digunakan, maka pemegang atau pemilik nomor kecil tersebut “semakin lebih baik” dibandingkan pemegang atau pemilik nomor dengan angka yang lebih besar.

Nomor satu (nomor 1) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (online) sinonim dengan nomor wahid. Yaitu dua kata untuk menerangkan bahwa sesuatu itu sebagai yang terbaik dibandingkan dengan yang lainnya. Jika dibandingkan nomor 2 misalnya, maka berarti nomor 1 lebih baik dibandingkan nomor 2 atau nomor 2 tidak sebaik nomor 1. Karena itulah KPU dan moderator debat tak mau menyebut pasangan Capres-Cawapres nomor 1 untuk Prabowo-Hatta dan pasangan Capres-Cawapres nomor 2 untuk Jokowi-JK. Jika dilakukan itu tidak adil. Berpihak. Bertentang semboyan jujur, adil dan bermartabat yang ingin diwujudkan dalam Pilpres 2014.

Kalau begitu lantas mengapa Jokowi, JK, Megawati serta banyak para pendukung dan simpatisannya sendiri yang justru memposisikan Jokowi-JK sebagai pasangan Capres-Cawapres nomor 2 selama masa kampanye? Mengapa mereka tidak menyebut pasangan Capres-Cawapres nomor urut 2 untuk Jokowi-JK sebagaimana telah ditetapkan KPU?. Mungkinkah hal itu sengaja dilakukan sebagai 'pengakuan awal' bahwa ‘Kawan Sebelah’ memang layak disebut pasangan Capres-Cawapres nomor 1?. Entahlah. Sebab jawaban yang pasti ada pada mereka, karena memang merekalah yang sangat mengetahui alasan mengapa Jokowi-JK sering mereka sebut pasangan Capres-Cawapres nomor 2. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun