Mohon tunggu...
Ade Wahyudi
Ade Wahyudi Mohon Tunggu... -

Kembara Cinta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Revitalisasi Kultur dan Pola Pikir Belajar UIN Jakarta.

30 Mei 2013   17:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:47 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Revitalisasi Kultur dan Pola Pikir Belajar UIN Jakarta

A.Tri Dharma Perguruan Tinggi

Masuk perguruan tinggi (PT) mungkin menjadi impian bagi sebagian besar siswa sekolah menengah atas tingkat akhir. Sejatinya perguruan tinggi adalah pendidikan lanjutan guna memperolah gelar kesarjanaan yang selanjtnya akan menjadi bekal bagi jenjang karir.

Perguruan tinggi memiliki substansi sebagai tempat untuk menempa, mendidik dan mempersiapkan sumber daya manusia agar siap berkontribusi di dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai pabrikan sumber daya manusia PT memiliki tiga pilar penting yang menjadi landasan pendidikan, penelitian, pengabdian berlangsungnya proses pembelajaran di PT secara garis besar tidak dapat lepas dari tiga pilar tersebut.

Pendidikan, pilar pertama ini yang menjadi kegiatan rutin yakni proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas, laboratorium, atau kegiatan di luar kelas dengan bentuk pembelajaran yang berbeda. Umumnya proses ini berlangsung dengan adanya komunikasi dan interaksi antara pelajar/peserta didik dengan pengajar/dosen mengenai suatu mata kuliah atau kajian tertentu. Disamping itu bentuk dari proses pendidikan lainnya yang diberlangsungkan adalah yang berkaitan dengan pengembangan kepribadian seperti hal-hal yang berkaitan dengan akhlak dan budi pekerti serta spiritualitas.

Penelitian, pada stadium yang satu ini penelitian menjadi pembeda antara sekolah tingkat menengah dimana keharusan untuk meneliti tidak sekuat yang diberlakukan di PT. Aktifitas penelitian yang berlangsung di PT bisa berupa praktek-praktek dengan kerangka kerja ilmiah yang umumnya diberlakukan oleh dosen pengampu. Disamping itu poin penting kegiatan penelitian dilakukan pada akhir studi atau semester akhir berupa tugas akhir atau skripsi, pada stadium ini mahasiswa ditekankan untuk mampu menganalisa, merumuskan hipotesis dan melakukan penelitian sehingga dihasilkan sebuah kesimpulan dari analisa dan hipotesis yang telah diajukan. Normalnya memang demikian akan tetapi perbedaan kultur PT dan berbagai kendala teknis menyebabkan perbedaan sistematika penelitian pada tiap-tiap PT tidak dapat dihindarkan.

Pengabdian, ini merupakan poin penting dimana pendidikan dan penelitian yang sudah ditempuh diharapkan bisa direfleksikan dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Bentuk pengabdian umumnya di simulasikan dan telah diatur dalam sistem akademik kampus berupa Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau Kuliah Kerja Sosial (KKS), dengan harapan pengabdian mikro ini dapat memberikan gambaran bagi mahasiswa guna melanjutkan misi pengabdian yang sesungguhnya di tengah masyarakat luas.

Paparan di atas tentang tri dharma perguruan tinggi merupakan deskripsi yang berada pada frame pemikiran penulis yang didasarkan pada proses yang sudah penulis lewati selama berada di perguruan tinggi, apa yang dituangkan di atas sesungguhnya merujuk pada Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.

Tiga pilar perguruan tinggi ini hendaknya menjadi acuan dan barometer bagi para mahasiswa untuk kemudian secara sungguh-sungguh menempuh pendidikan dan pengalaman di PT dan bersiap diri untuk terjun dan berkarya nyata dan mengabdi di tengah masyarakat.

B.Menemukenali Potensi Diri

Idealnya memang kita mengenali potensi diri –bakat, keahlian, kemampuan dasar- sejak dini, namun dengan ragam aktifitas dan kesibukan membuat kita terkadang sulit untuk menemukenali potensi diri yang dominan. Mengapa hal ini sangat penting untuk kita gali? karena hal tersebut akan berpengaruh pada proses yang akan ditempuh dan menentukan prospek masa depan yang akan kita capai.

Adakalanya potensi diri –bakat- sebaiknya berada sejajar dengan keberminatan jalur akademik/pendidikan, dukungan keahlian yang kita kenal sebagai bakat atau kemampuan alamiah  akan mendukung aspek fisik dan ruh yang prima dalam menjalani proses pendidikan, namun tidak jarang dan sering kita jumpai bahwa minat dan bakat kerap berbenturan dengan keadaan lain yang memaksa kita untuk mengesampingkan minat yang dilatarbelakangi oleh bakat atau potensi diri yang dimiliki.

Fukuyama dalam bukunya mengatakan De gustibus non est dispuntadum bahwa selera tidak dapat diperdebatkan. Mungkin kita pernah mengalami benturan dengan rekan kita ketika dihadapkan dengan selera makanan yang berbeda dan saling memperdebatkannya satu sama lain, yang perlu kita ingat adalah kita tidak bisa menisbatkan diri bahwa selera atau pilihan menu makanan kitalah yang terbaik dibanding menu yang disukai oleh orang lain, hal ini didasarkan karena masing-masing orang memiliki sense, passion yang berbeda. Sederhananya Fukuyama ingin menegaskan bahwa masing-masing dari manusia memiliki ketertarikannya sendiri yang tidak dapat dipaksakan.

Ungkapan lain berkaitan dengan esensi asasi manusia di paparkan oleh Endang Saifuddin Anshari yang mengatakan bahwa setiap manusia lebih akrab dengan dirinya pribadi daripada siapa pun juga. Oleh karena itu, masalah yang paling pertama timbul dalam akalnya dalam hubungan dengan masalah-masalah asasi itu tentunya mengenai dirinya pribadi.

Kembali tentang potensi diri, sebagaimana dijelaskan di atas bahwa dalam kehidupan seseorang tidak ada manusia lain yang paling akrab dengan dirinya kecuali dirinya sendiri, maka dari itu kita patut mengajukan banyak pertanyaan dan melakukan berbagai empiris untuk bisa menemukenali potensi diri yang dapat melejitkan prestasi akademik kita, dan semoga hal tersebut juga dapat melambungkan karir manakala kita sudah dilepas ditengah masyarakat kelak.

C.Etos Belajar UIN Jakarta Yang Produktif dan Out of The Box

Mengawali pembahasan, kali ini kita akan mencoba menyegarkan kembali (refresh) ingatan kita tentang janji Allah SWT kepada orang-orang yang berilmu yakni Dia akan meninggikan beberapa derajat bagi orang-orang yang berlimu.Bukankah diantara kita sudah mengetahui tentang hal ini, atau bahkan mungkin hafal di luar kepala? Lantas mengapa kita masih ragu, enggan, takut, malas untuk mengejar apa yang sudah dijanjikan-Nya terhadap kita?

Akbar Zainudin merepresentasikan makna derajat sebagai aspek kehidupan dunia yang akrab dalam keseharian hidup kita seperti pangkat, materi, kesejahteraan, kedudukan, kehormatan, dan berbagai keistimewaan lain.

Aspek kehidupan yang telah direpresentasikan di atas tentunya merupakan sesuatu yang menjadi motif hidup bagi siapapun, karena jika kita amati kesemuanya itu merupakan simbol bagi sebuah  puncak pencapaian seseorang, puncak dari sebuah jalan panjang yang ditempuh atas nama ilmu.

Proses pendidikan yang dilangsungkan di PT tidak lain adalah sebuah jalur sekaligus terminal bagi mereka yang ingin menuntut ilmu setelah melewati sekolah tingkat menengah, tentunya dengan harapan ilmu yang didapatkan dapat menjadi kontribusi besar bagi masyarakat luas. Akbar menambahkan bahwa jika kontribusi kita terus bertambah besar, maka kesejahteraan akan datang dengan sendirinya. Mengapa harus ada kontribusi? karena ini merupakan akar nilai bagi orang-orang berilmu bahwa ia memiliki keterpanggilan ilmu untuk menghantarkan, menciptakan maslahat dan atau manfaat bagi diri, masyarakat dan lingkungan dimanapun ia berpijak.

Sudah banyak figur atau tokoh di bangsa ini yang muncul dan meretas berbagai permasalahan nasional, semua itu didasarkan pada tanggung jawab keilmuan dan berupaya menciptakan seluas-luasnya efek manfaat dari ilmu yang diperolehnya. Sebagai contoh konkrit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menurut Sudarnoto Abdul Halim memiliki watak keislaman yang moderat, rasional dan terbuka yang menjadi faktor penting terhadap tingginya tingkat akseptabilitas masyarakat dan bangsa terhadap alumni UIN Jakarta.

Dalam tulisannya Sudarnoto menjabarkan ragam transformasi intelektualitas yang terjadi di kalangan akademisi UIN yang kemudian ragam pemikirannya mampu menjadi corak yang mewarnai khazanah keilmuan bangsa Indonesia dan hal ini pulalah yang  mengejawantahkan bahwa kita berada pada ranah dengan etos belajar yang kuat dengan dasar kultur berani keluar dari batasan tertentu (out of the box) sebagai pondasi pemancangan berdirinya kerangka pemikiran dan karya yang mampu menjulang hingga ke langit-langit nusantara.

UIN Jakarta memiliki kultur yang berbeda dengan berbagai entitasnya tersendiri, sebagai masyarakat perguruan tinggi hendaknya kita menyadari bahwa sebuah kesempatan langka untuk bisa berada di lingkungan pembelajaran yang mungkin saja orang lain belum dibukakan kesempatannya sebagaimana yang kita rasakan saat ini. Bagi penulis kuliah bukan sesuatu yang murah dan mudah, ada jalan panjang dan berliku untuk menempuhnya, banyak kisah pilu yang terjadi di dalamnya, ada banyak rasa sakit untuk sekedar bertahan dari kompetisi akademik yang begitu ketat, ada banyak luka di lambung ketika menahan lapar berkepanjangan, dan masih masih banyak dinamika kampus lainnya yang menjadikan kuliah sebagai sesuatu yang bisa dikatakan sakral dalam setiap ritusnya.

Penulis berkeyakinan kehadiran PT dalam sistem pendidikan nasional salah satu tujuannya adalah menjadi cawan bagi produksi sumber daya manusia (SDM) yang unggul guna meretas setiap permasalahan nasional yang tidak ada habisnya. Mahasiswa sebagai SDM yang ditempa di PT diproyeksikan sebagai agen pembawa perubahan di masa mendatang.

Agent of change sebuah kalimat provokatif yang hampir tidak berpengaruh lagi dalam memantik ghiroh mahasiswa untuk banyak berbuat, tetapi penulis masih berharap api kecil tersebut akan sedikit demi sedikit membesar tersulut terangkat oleh angin kesadaran bahwa banyak hal yang harus segera di retas sebelum tikus-tikus begitu nyaman menguasai lumbung dan membiarkan kita terperangkap dan nyaman dalam terang yang gelap, kondisi yang dirasakan saat ini adalah bahwa kita begitu nyaman dengan ragam teknologi namun hal tersebut belum secara makasimal dimanfaatkan untuk peningkatan taraf kehidupan.

Sebagai agen perubahan seyogyanya kita benar-benar memaksimalkan daya fikir dan kerja keras yang diintegrasikan dengan fasilitas teknologi sebagai modal untuk menjadikan kita sebagai manusia yang produktif dan melakukan berbagai terobosan di banyak lini kehidupan. Memang terkadang visi kedepan kita sering berbenturan dengan sisitem akadamik yang sudah dipalu sidangkan, akan tetapi selama kita memiliki porsi tawar yang kuat dengan kerangka pikir yang rasional tentu kita masih bisa memperjuangkannya. Orang bijak menyebutkan everythings is negotiable –segala sesuatu bisa dinegosiasikan- tentunya hal tersebut dengan beberapa catatan penting, apa yang kita tawarkan bisa dipertanggung jawabkan secara rasional, empiris dan ilmiah bukan semata-mata bersifat intuisi.

Mulailah berfikir untuk memaksimal potensi diri, ciptakan sebuah ide kreatif yang keluar dari batasan (out of the box) –yang umumnya banyak ditempuh banyak orang-namun bisa dipertanggung jawabkan. Dan mulai lah menjadi manusia yang produktif dan kontributif dan jemputlah apa yang sudah di jannjikan-Nya bagi orang-orang yang berilmu.

UU Sisdiknas 2003.

Francis Fukuyama, Guncangan Besar, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal. 19.

Endang Saifudin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987, hal. 36.

Akbar Zainudin, Mengembangkan Diri, Bermanfaat Bagi Orang Lain. Jurnal Alumni UIN BIJAK, 20012, hal. 65.

ibid.

Sudarnoto Abdul Halim, Prof. Dr., Renaisans Universitas Islam Negeri. Jurnal Alumni UIN BIJAK, 20012, hal. 103.

*Penulis merupakan Direktur EDSCENS CIRCLE INSTITUTE & Founder Kamus Biologi Umum (Kambium) Berbasis Web (kambium.web.id)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun