Mohon tunggu...
Leny Maryouri
Leny Maryouri Mohon Tunggu... -

PhD Candidate, Curtin University, Pengamat Transportasi dan Pendanaan

Selanjutnya

Tutup

Money

Dilema dan Solusi Pembangunan High Speed Train (HST) di Jawa

4 September 2015   10:12 Diperbarui: 4 September 2015   15:20 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca dari berbagai sumber, Kesimpulan dan Rekomendasi saya menyetujui dibangunnya HST di Pulau Jawa dengan berbagai solusi sebagai berikut:

  1. Dibuat perencanaan menyeluruh untuk HST di sepanjang Trans-Java dari Banten-JAKARTA-BANDUNG-Kertajati-Cirebon-Brebes-Tegal-SEMARANG-Kudus-Jeparan-SURABAYA-Malang-Banyuwangi.
  2. Pemerintah menyiapkan Kriteria yang jelas (Kerangka Acuan Kerja) yang bisa menjadi acuan dasar bagi Penawar atau Calon Investor. Segera meminta China dan Jepang serta Penawar Lainnya untuk memperbaiki penawaran dengan mengacu pada Acuan yg dibuat oleh Pemerintah sesuai dengan Perencanaan Pembangunan dari Pemerintah.
  3. Pemerintah mensupport infrastructure yang terkait lainnya misalnya ketersediaan Listrik.
  4. Track HST pada Elevated diatas KRL KAI Trans Jawa sekalian untuk revitalisasi railway yang ada untuk percepatan pembebasan tanah dan integrasi stasiun Kereta Api di simpul-simpul kota/daerah.
  5. Pada ground level dengan track kereta lama, PT KAI bisa focus pada pelayanan Kereta Ekonomi dan Logistik.
  6. Pembagian route yang untuk Commercial dan tahapan pembangunan pemilihan prioritas route sepanjang Trans-Java. Misalnya Tahap 1 adalah Jakarta-Bandung, Tahap 2 Bandung-Kertajati-Cirebon, Tahap 3 Semarang-Surabaya dan seterusnya sehingga terwujud HST Trans-Java: Banten-JAKARTA-BANDUNG-Kertajati-Cirebon-Brebes-Tegal-SEMARANG-Kudus-Jeparan-SURABAYA-Malang-Banyuwangi.
  7. Integrasi dengan Pembangunan Kota di tiap stasiun, menumbuhkan kota-kota baru di sepanjang Trans-Jawa sehingga pertumbuhan ekonomi bukan terfokus pada Jabodetabek saja, tetapi bisa menyebar sepanjang Pulau Jawa.
  8. Lebih banyak pemberdayaan Sumber Daya Lokal termasuk Tenaga Kerja dan Material Pembangunan, sehingga effect langsung secara moneter peredaran uang saat pembangunan dengan investasi sekitar Rp70 Trilyun (Tahap 1) akan dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat sekitar.
  9. B to B lebih memungkinkan untuk percepatan proses pendanaan, B to B sebagai shareholder atas JV maka akan menjadi kepemilikan JV atas HST selamanya sehingga Legal Standing dengan Kontrak Kerjasama pola Public Private Partnership (PPP) harus sangat Jelas dengan Pembatasan O&M atas HST konsesi JV selama 80 tahun atau 2 kali 35 tahun masa konsesi.
  10. China dan Jepang atau Penawar dari Eropa dll dapat mengacu pada perencanaan integrasi HST Trans-Java dapat langsung bersamaan berkontribusi pembangunan HST misalnya Tahap 1 adalah Jakarta-Bandung, Tahap 2 Bandung-Kertajati-Cirebon, Tahap 3 Semarang-Surabaya bisa dilakukan pembangunan sekaligus.
  11. Infrastructure Bonds atau HST Trans-Java Bonds bisa diterbitkan pada masa mendatang saat sudah terjadi maturity and stability cash flow untuk dapat membantu pengembalian investasi lebih cepat.
  12. Multiplayer effek kelayakan dari segi ekonomi, dengan keberadaan HST akan mempercepat bergerakan manusia di Jawa dan dengan sendirinya akan menumbuhkan produktifitas lebih tinggi dan ekonomi akan meningkat. Mempertimbangkan bahwa 80% gerakan ekonomi Indonesia masih di Jawa, sehingga peningkatan produktifitas manusia di Jawa akan membawa pertumbuhan ekonomi national yang dapat memberikan subsidi untuk pembangunan daerah di Luar Jawa.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menjadi masukan Pak Presiden dan Jajarannya untuk mengambil langkah sebelum tanggal 7 September 2015 resmi mengambil keputusan, dan berikutnya semoga bisa menjadi bahan tambahan untuk masukan Penyusunan Kerangka Acuan Kerja yang dibutuhkan bagi Perencanaan HST Trans-Java yang segera Pemerintah menciptakan Kriteria dan Strategy.

Pulau Jawa saat ini diakupansi lebih dari 60% Populasi Rakyat Indonesia, soon or later HST akan dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas pergerakan manusia di pulau Jawa untuk mampu mendukung ekonomi Indonesia.

KRL atau Kereta KAI saat ini dan mendatang sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pergerakan manusia di dalam Pulau Jawa.

Penolakan atas HST seperti termuat pada berita ini http://www.merdeka.com/uang/tak-mau-pakai-apbn-jokowi-tolak-china-jepang-bangun-kereta-cepat.html masih terlalu dini utk dilakukan oleh Pemerintah tanpa mengkaji lebih dalam dan holistic.

Amerika pun saat ini dalam proses perencanaan integrasi HST menghubungkan antar State.


Sangat diharapkan untuk Pemerintah memanfaatkan moment saat ini dengan adanya tawaran HST dari Jepang dan China untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dan jangan disia-siakan kesempatan yang telah terbuka.

Tentu saja tanpa melupakan pembangunan infrastructure di Luar Pulau Jawa juga tetap harus diutamakan, terutama dengan menggunakan Anggaran Fiscal pada infrastructure yang tidak bisa bersifat commercial dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat di luar Pulau Jawa, di situlah Anggaran Pemerintah harus masuk untuk membangun infrastructure.

Terima kasih.

Perth 4 September 2015

Leny Maryouri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun