Mohon tunggu...
Baharuddin Aritonang
Baharuddin Aritonang Mohon Tunggu... -

penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Olahraga dan Kejujuran

23 Agustus 2012   14:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:24 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Harus kita akui, prestasi olahraga kita kian terpuruk. Buktinya, lihatlah hasil Olimpiade London 2012 yang lalu, kita hanya memperoleh 2 medali, satu perak dan satu lagi perunggu. Padahal kita memiliki tradisi mendapatkan medali emas, terutama dari cabang bulutangkis.

Bisa jadi prestasi olahraga ini memang buah suasana yang terjadi di masyarakat kita. Lihat misalnya yang ditulis Anton Sanyoto (Kompas, 30 September 2010). Judulnya : jujur dulu, prestasi kemudian. Mungkin itulah yang amat kita lupakan didalam memandang olahraga di tanah air. Hilangnya rasa kejujuran. Esensi dari olahraga itu sendiri telah menghilang. Olahraga sekalipun telah jauh dari prinsip dasar ini.

Padahal lihatlah pemahaman olahraga itu sendiri, yang asal katanya sport dan artinya olahraga, tapi kata sifatnya sportif yang berarti bersifat kesatria, jujur, dan sebagainya. Seterusnya, oleh KBBI (2005) dilanjutkan dengan kata sportivitas, dengan arti sikap adil (jujur) terhadap lawan; bersedia mengakui keunggulan (kekuatan, kebenaran) lawan.

Kalaulah pengertian ini kita lihat di Kamus lain, atau berbagai buku referensi, niscaya arti dan pemahamannya tidaklah jauh berbeda. Artinya, melalui olahraga akan terbentuk jiwa yang sportif, akan terbangun sifat-sifat kesatria dan mengutamakan kejujuran. Lebih jauh lagi dengan memahami kesalahan dan kelemahan sendiri, selanjutnya diperbaiki melalui latihan dan kerjakeras, hingga akhirnya memperoleh kemenangan dengan cara yang fair dan jujur. Artinya cara-cara yang memiliki tolok-ukur yang jelas.

Melalui olahraga, maka sifat-sifat dan perilaku itu akan tertanam, dan menjadi perilaku yang berkembang pula didalam kehidupan sehari-hari, sebagai masyarakat, bangsa dan negara. Karena itu pula, maka kegiatan olahraga ini amat erat kaitannya dengan kehidupan generasi muda. Sehingga pembinaannya dikaitkan dengan pemuda dan olahraga. Pembentukan generasi baru bangsa.

Tapi apa yang terjadi dilingkungan masyarakat kita?. Justru kehidupan masyarakat kita amat jauh dari apa yang ingin dibangun oleh dunia olahraga. Lihat misalnya akhir-akhir ini, rasanya semua orang bicara korupsi. Bahkan orang merasa ketinggalan kalau tidak bicara korupsi. Tapi mereka melupakan kejujuran. Padahal esensinya adalah bagaimana berperilaku jujur. Kalau mau menang bisa ditempuh melalui cara-cara yang tidak jujur. Jika ingin lulus dan diterima bekerja dilakukan melalui cara menyogok. Kalau kalah maka akan menyalahkan orang lain. Dan berbagai perilaku sejenis lainnya.

Kecenderungan itu juga berlangsung dalam kehidupan masyarakat dibidang olahraga sendiri. Seolah terjadi kontradiksi, dunia olahraga sendiri tidak menunjukkan sifat-sifat dan perilaku yang ingin dibangunnya itu.

Gambaran itu misalnya dapat kita lihat didalam kegiatan sepakbola. Lama masanya hasil akhirnya bisa diatur. Para pemain pun suka ribut dilapangan, tidak menerima putusan yang diberikan wasit. Penonton juga suka tawuran kalau hasilnya tidak seperti yang diinginkan. Para pengurus sepakbola sukanya ribut melulu. Dan masih banyak perilaku curang lainnya.

Saya juga bisa menambahkan kegiatan olahraga diluar cabang sepakbola. Suatu ketika saya pernah meninjau keikutsertaan instansi kami di sebuah Pekan Olahraga dilingkungan pegawai negeri. Apa yang terjadi?. Banyak pemain-pemain yang bertarung adalah pemain-pemain nasional. Kehadiran mereka disitu dilakukandengan dimanipulasi. Artinya, dari segi pesertanya saja sudah tak ada kejujuran. Untuk apa kemenangan yang diperoleh dengan cara seperti itu?.Anehnya, bagi panitia dan pengurus olahraga dan instansi yang “ngebon” para pemain itu seolah tak ada yang salah.

Jika dilingkungan dunia olahraga sudah seperti itu, maka dengan terbuka kita melihat berbagai kecurangan didalam kehidupan sehari-hari. Dan tak heran banyak orang dengan bangga mempertontonkannya. Dengan sadar atau tidak sadar menunjukkan hasil kecurangan itu.

Sebagai perbandingan saya amat terkesan melihat kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan sifat-sifat sportif ini. Lihat misalnya kehidupan di negara maju, amat lumrah kita melihat seseorang yang membeli koran dimana lembaran pertama yang dibuka adalah lembaran olahraga. Kenapa?. Karena prestasi yang dicapai itu dapat diukur dengan nyata, tontonan yang disajikan bermutu karena hasil kerja keras didalam latihan-latihan yang dilakukan!, ucap seorang teman bule yang saya tanyai tentang hal ini. Olahraga adalah lambang kerjakeras dan kejujuran!, tambahnya.

Barulah saya mahfum, kenapa olahraga begitu berkembang. Karena olahraga menjadi tolok ukur kerja keras. Karena olahraga disajikan melalui kejujuran. Akibatnya olahraga adalah sebuah permainan bermutu. Dan olahraga merupakan lambang prestasi. Dan itulah lambang kehidupan masyarakat !. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun