SIANG itu saya menuju ke sebuah rumah sakit di kawasan Tangerang. Sebut saja RS X.
Cuaca yang agak panas membuat saya kurang bisa menikmati perjalanan, selain juga karena resah.
Resah karena saya bakal menjalani tes sperma yang akan dilakukan di klinik yang berlokasi di rumah sakit tadi.
Dari segi cara hidup, saya tidak bisa dikatakan berpenyakit.
Saya masih di usia produktif, dan tubuh sehat-sehat saja.
Saya juga mengendalikan pola hidup dengan berolahraga teratur, makan sesehat mungkin, tidur malam yang cukup tanpa jeda.
Tapi tetap saja ada kecemasan di dalam benak saya.
Hasil Tak Permanen
Karena kesuburan ini setahu saya seperti undian.
Ada yang terlihat sehat walafiat, jantan dan fit sekali tapi setelah dites kok tingkat kesuburannya kurang.
Ada juga yang merokok seenaknya tiap hari, tak pernah olahraga, tapi spermanya kuat dan subur.
Makanya untuk Anda para pria yang akan menjalani tes kesuburan, kelola dulu kondisi psikologis dan mental Anda.
Jangan sampai terlalu optimistis, tapi juga jangan sampai terlalu cemas.
Kenapa jangan sampai terlalu cemas?
Karena hasil tes ini bukan permanen dan vonis seumur hidup buat Anda.
Jika memang hasilnya lebih rendah dari standar yang ditetapkan ilmu kedokteran, maka masih ada cara-cara memperbaikinya.
Karena kesuburan juga befluktuasi, naik turun sesuai kondisi kesehatan seseorang.
Prosedur Sebelum Tes
Pertama-tama saya diharuskan mengisi sebuah formulir digital yang memuat sederet pertanyaan mengenai data diri dan kondisi kesehatan secara umum.
Misalnya apakah pernah ada penyakit sebelumnya, bagaimana kebiasaan sehari-hari, pernah operasi yang berkaitan dengan alat vital atau tidak, merokok tidak.
Bagi yang sudah beristri, Anda juga mesti mengisi data istri dan mendeskripsikan kondisi istri.
Misalnya apakah pernah keguguran, apakah istri merokok, dan lain-lain.
Kemudian Anda harus memilih dokter dan jenis layanan lalu membayar.
Cukup mudah dan praktis.
Lalu Anda datang dan tinggal menunggu untuk dipersilakan masuk ke sebuah kamar untuk pengumpulan sampel sperma Anda.
Prosedur Pengambilan Sampel
Di kamar tersebut, Anda akan disuguhi tayangan 'dewasa' agar bisa segera ejakulasi dan sperma terkumpul cepat.
Meski sudah beristri, seorang pria tidak boleh melakukannya bersama istri karena pengumpulan sampel sperma ini harus dengan tangan sendiri dan mesti segera dimasukkan ke sebuah botol sampel yang sudah higienis.
Enaknya, di kamar ini sudah tersedia kamar mandi, handuk, shampo dan sabun sehingga begitu Anda habis masturbasi untuk mengeluarkan sampel sperma, Anda yang ingin mandi wajib, bisa melakukannya segera tanpa mesti harus pulang ke rumah.
Jika sampel sperma sudah terkumpul, Anda isi formulir pengumpulan sperma dan menyatakan jam pengumpulan dan adakah air mani yang tercecer saat ejakulasi. Jika ada yang tercecer, mestinya dinyatakan berapa tetes.
Perawat akan mengambil sampel sperma dan Anda bisa meninggalkan ruangan tadi dalam kondisi tubuh sudah bersih.
Petugas kemudian akan menganalisis sampel sperma tadi dengan alat khusus dan saya menunggu sekitar 4 jam hingga menerima hasil analisis di kotak masuk email saya.
Dan di ponsel saya bisa membaca hasilnya. Sudah ada angka-angka dari indikator kesuburan yang diukur berdasarkan sampel sperma tadi.
Cara Membaca Hasil Tes
Parameter-parameter kesuburan pria terdiri dari dua hal yakni semen (air mani) dan spermatozoa (sel sperma).
Untuk parameter semen, akan dilihat volume sampel, warna, kekentalan, likuefaksi (kecepatan mani mencari di udara bebas), kadar keasaman (pH).
Lalu untuk parameter spermatozoa, akan diuji jumlah sperma (konsentrasi dan jumlah total sperma dalam sampel), motilitas sperma (apakah sperma yang ada di air mani bisa bergerak cepat, lambat atau malah diam saja karena mati). Vitalitas akan diukur juga dan di sini angkanya idealnya tidak di bawah 54. Batas atasnya 97.Â
Ada juga sperm agglutination (persentase sperma yang ada di sampel) dan sperm aggregation (pengumpulan/ penggerombolan sperma dengan zat-zat lain seperti lendir, sel-sel lain).
Sebagai pembanding hasil sperma kita dan standar WHO, hasil ini juga mencantumkan batas bawah, tengah dan atas dari WHO. Jadi kita bisa tahu apakah sperma kita masih di kondisi rata-rata kesuburan pria seluruh dunia atau lebih rendah atau malah lebih tinggi.
Sebenarnya kita bisa cari sendiri penjelasannya di Internet tapi agar lebih meyakinkan, kita juga akan dipersilakan untuk menjalani konsultasi dengan dokter, bergantung pada paket yang diambil.
Saya pilih "SA dan konsultasi", yang artinya sperm analysis dan sesi konsultasi secara tatap muka dengan dokter androlog agar tahu hal-hal yang harus dilakukan untuk mempertahankan kesuburan (jika sudah subur) dan hal-hal yang harus diperbaiki (jika ada indikator yang lebih rendah dari seharusnya).
Pola Hidup Berpengaruh
Beberapa teman yang juga menjalani tes kesuburan ini juga memiliki variasi yang berbeda.
Ada yang memang abai dengan kesehatan, sering begadang dan makan kurang sehat sehingga tidak aneh banyak masalah di hasil pengukuran sperma ini.
Ada juga yang sering merokok, jarang olahraga, tapi hasilnya baik-baik saja.
Inilah misterinya kesuburan, karena ada faktor-faktor penentu kesuburan yang berada di luar kendali seorang pria juga.
Jadi kita tidak perlu langsung kecewa dan takut atau sedih jika hasil menyatakan kurang subur atau ada masalah.
Menurut sumber yang saya ketahui juga, mereka yang terlihat aktif, atletis dan berotot belum tentu subur karena pola hidup yang terlalu aktif (terlalu banyak berolahraga ekstrim seperti bersepeda) membuat kesuburan anjlok. Jadi sebaiknya jika berolahraga pilih porsi yang seimbang dan moderat saja.
Saya sendiri belum menjalani sesi konsultasi karena masih menunggu waktu dari dokter yang dimaksud.
Layanan pengukuran dan perbaikan kesuburan seperti ini memang sedang hits karena sudah muncul tren penurunan kesuburan di antara masyarakat Indonesia terutama yang berada di perkotaan.
Harus Dijalani Pria dan Wanita Pra-nikah
Tak cuma para pria, para perempuan juga mengalami penurunan ini sebab pola hidup yang makin mengabaikan keseimbangan dan memicu stres berlebihan.
Hal ini diperburuk dengan kualitas udara, lingkungan sekitar, makanan dan minuman yang dikonsumsi, dan sebagainya.
Saran saya, para pria semestinya menjalani tes ini untuk mengetahui kondisi kesuburannya sebelum menikah sehingga bisa diketahui sumber masalah jika nanti belum juga dikaruniai keturunan.
Tentunya calon istri juga menjalani tes serupa agar sama-sama tahu hal yang harus diperbaiki dalam pernikahan mereka.
Karena ketidaksuburan yang disembunyikan dan tidak dikomunikasikan dan ditangani dengan baik justru malah membuat pernikahan di kemudian hari berisiko retak.
Lain jika sudah dikomunikasikan dengan baik di awal.
Meskipun masih lajang, para pria juga bisa memeriksakan sperma mereka untuk mengetahui kondisi kesehatan reproduksi mereka sejak dini sehingga jika ada masalah bisa ditangani jauh-jauh hari melalui intervensi perbaikan pola hidup. Jadi layanan ini bukan cuma untuk yang akan menikah atau sudah menikah.
Nah, bagaimana dengan Anda? Apakah ingin memeriksakan diri juga? (*/)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI