Saat Ratih sudah sampai, meski saya tahu antara Astrid dan ratih kenal nama saya tetap memperkenalkan keduanya biar lebih akrab lagi. Setelah itu kami bertiga makan. Setelah selesai makan kami bertiga bercerita-cerita, saya beberapa kali meninggalkan keduanya biar keduanya bisa menjalain keakraban tanpa campur tangan saya dan saat saya kembali saya meminta keduanya untuk mengantar saya beli kabel USB agar saya bisa mengisi baterai ponsel saya.
"Yang murah aja, yang dua puluhan ribu. Tadi gue lihat di situ harganya lima puluh ribuan." kata saya.
"Ya udah hayokkk... Ikut gue, di bawah ada harga dua puluh ribuan." kata Ratih yang lebih tahu mal Ambasador dari pada saya apalagi Astrid.
Setelah mengikuti Ratih saya pun mendapat kabel USB, saya senang "Jangan lupa besok ambilin casan gue ya?" saya meminta tolong lagi pada Ratih sebelum kita bertiga melanjutkan perjalanan mengelilingi mal Ambasador untuk menemani Astrid dan Ratih berbelanja kosmetik hingga keduanya kompak melakukan pijat di tempat pijat PRIMA (Maaf saya menyebutkan nama tempat pijat karena siapa tahu, menjadi hal yang bermanfaat).
"Sumpah bener kata Tante Nik, pijatnya enak banget." kata Ratih, "Serius lu gak pijet?"
"Enggak. Gue nunggu aja." jawab saya yang memang selalu enggan kalau dipijat apalagi yang memijat adalah laki-laki.
"Astrid mana?" tanya Ratih.
"Tuh, lanjut pijet kaki."
Ratih yang selesai membayar uang jasa pijatnya kemudian duduk di samping saya dan bercengkrama dengan saya. Dia menyampaikan beberpa hal, yaitu seperti biasa perihal pacarnya, gratis menginap di hotel yang dia jual ke salah satu teman untuk bulan madu yang kemudian digunakan dia untuk membeli tiket pesawat ke bali, wisata di Bali yang ingin dia kunjungi saat akhir bulan nanti dan kostum yang akan dia pakai untuk resepsi pernikahan teman kita nanti.
"Baguskan Nik kebayanya?" tanya Ratih sembari memperlihatkan foto kebaya dari dalam ponselnya.
"Iya bagus, warna favorit gue ituh." kata saya.