Mohon tunggu...
Ridwan Adi
Ridwan Adi Mohon Tunggu... wiraswasta -

SATU spiritualitas..SATU Identitas...SATU kebenaran..SATU pengertian..SATU hati...SATU kesadaran...SATU kemanusiaan...SATU keyakinan...SATU AGAMA..,[ IALAH DIRIMU SENDIRI ]. It's Just About Yourself and for yourself...*HUMANKIND*

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tata Krama dalam Budaya Jawa

6 Desember 2014   04:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:56 3925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jawa tidak hanya sebuah suku namun juga sebuah falsafah. Kata jawa sendiri memiliki arti multi, bisa diartikan " Njawa" yang sinonim dengan " Mbeneh " yang artinya " telah dewasa" atau " Telah mengerti atau faham. Jadi orang jawa memiliki arti filosofi sendiri, tidak hanya sebuah suku atau keturunan namun adalah sebuah perjalanan pemikiran manusia yang telah mencapai tingkat kedewasaan.Faham itu mengerti , maka itu lebih dari sekedar bijaksana.

Dan salah satu hasil Budaya jawa yang paling tampak adalah adanya tata nilai dalam komunikasi yang amat berbeda dengan bahasa- bahasa lainya. Bahasa jawa begitu kompleks dan rumit, bisa jadi ini bahasa terlengkap didunia.

Dalam bahasa jawa memperhatikan sebuah tata bahasa yang disebutnya sebagai " Tata Krama " . Tata krama adalah sebuah ilmu bahasa yang menekankan sebuah seni komunikasi dengan memperhatikan beberapa aspek penting seperti penghormatan, rasa penghargaan, strata sosial, dsb. dimana penekanan dalam tata krama adalah untuk memelihara rasa saling menghormati , menghargai dan memulyakan diantara manusia.

Dalam bahasa lain umumnya hal ini tidak menjadi fokus perhatian, suatu contoh, jika dalam bahasa Inggris kata "You" digunakan untuk semua orang dan semua umur, namun dalam bahasa jawa ada banyak sekali penyebutan, tergantung pada siapa menggunakannya, beberapa kata kamu dalam bahasa jawa : Njenengan, sampeyan, kowe, awakmu, dsb. penggunannya tergantung pada kondisi tertentu.

Orang jawa melihat, tata bahasa atau tata krama itu penting, sebab ini persoalan rasa. Harus ada pembedaan dalam berbahasa dengan setiap orang, orang yang lebih tua atau lebih berilmu atau lebih tinggi seharusnya mendapatkan penghormatan dan penghargaan , yang diwujudkan dalam bahasa. Walaupun mungkin ini tidak berlaku dalam bahasa selain jawa.

Sehingga bagi orang jawa menyamakan bahasa antara orang yang berkedudukan dengan orang biasa itu adalah suatu kesalahan. Misal jika anda memanggil seorang pejabat tinggi , seperti Menteri atau Presiden dengan You atau Cak/ Mas ( Panggilan yang biasa digunakan untuk memanggil tukang becak atau kalangan bawah pada masyarakat jawa ) itu adalah kesalahan besar. Aneh bagi orang jawa yang mengerti " Tata Krama " memanggil seorang menteri atau presiden dengan sebutan " Mas Menteri " atau cak Presiden, meskipun ini mungkin tidak ada niat melecehkan dalam hati namun ini dalam tata nilai budaya jawa adalah suatu pelanggaran " Tata Krama, " . Idealnya panggilan yang baik adalah " Bapak Presiden atau yang mulia Bapak Presiden, atau Bapak Menteri. Karena didalamnya mengandung makna penghormatan, penghargaan , bukan bermaksud diskriminasi namun ini persoalan seni dan rasa. Sebab kita manusia memiliki cipta , rasa dan karsa.

Ini terkait dengan fakta akhir- akhir ini yang tampak adanya penurunan pemahaman khususnya orang jawa , seperti terlihat belakangan ada diacara TV kita baru- baru ini, terdapat dialog antara Bapak Menteri kita , yaitu Bapak Anies Baswedan dengan pembawa acara di Tv ( tidak perlu disebut namanya ) , disitu Bapak Anies dipanggil dengan sebutan " Mas Menteri , " dan ini terjadi sampai akhir acara.

Bila diukur dari tata bahasa Jawa yang merupakan nilai- nilai yang sangat penting dan merupakan bagian dari budaya bangsa kita maka hal tersebut seharusnya perlu menjadi pertimbangan.

Sehingga kekhawatiran kita sebagai masyarakat nusantara atau bangsa Indonesia akan hilangnya nilai- nilai tata bahasa ini dapat kita antisipasi. Jangan sampai adanya nasehat jawa " Besok wong Njowo kari separo, cino londo kari sejodo," . yang artinya orang yang faham dan mengerti itu semakin sedikit ,banyak yang tidak sadar,  yang ada tinggal seorang yang berpikir menjajah dan ekonomis, hilang rasa manusianya, ini betul- betul kemudian terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun