Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Romantisme Cinta Kedua Tjoet Nya' Dhien yang Terlewatkan

23 Agustus 2022   21:22 Diperbarui: 2 September 2022   20:43 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peran cut nyak dhien | Sumber: berita satu.com

Beberapa laki-laki tergopoh-gopoh membawa Teuku Umar yang berlumuran darah ke bale-bale. Tak lama kemudian Cut Nyak Dhien datang diantar beberapa prajurit yang diperintahkan sendiri oleh Teuku Umar, sebelum ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. 

Di hadapan Cut Nyak Dhien, Teuku Umar yang sedang sekarat bertanya untuk terakhir kalinya. 'apakah adinda bersedia menjadi istriku, meskipun aku syahid?".  Cut Nyak yang tak tega melihat kondisi Teuku Umar, menggangguk mengiyakan, disaksikan oleh banyak orang laki dan perempuan.

Teuku Umar kemudian bangkit dari ranjang bale-bale itu, dan dengan tersenyum kemenangan, meminta semua orang menjadi saksi, jika Cut Nyak telah bersedia menerima "lamarannya" dengan tipu muslihat.

Rupanya sejak awal Teuku Umar sudah merencanakan semuanya. Sepulang meraih kemenangan dari pertempuran dengan Belanda dengan merebut banyak senjata, Teuku Umar meminta prajuritnya melumuri pakaiannya dengan darah ayam!.

Begitulah sepenggal catatan dari buku "Tjoet Nja' Dhien", sebuah buku fiksi sejarah yang aku temukan di sebuah toko buku tua. Sayang buku itu kemudian hilang.

cut-nyak-dien-saat-menyerah-kepada-belanda-63078a95c8351256d7542942.jpg
cut-nyak-dien-saat-menyerah-kepada-belanda-63078a95c8351256d7542942.jpg
ilustrasi-cut nyak dhien-menews.id

Kisah itu begitu menarik, tapi dalam film kolosal "Tjoet Nja' Dhien" , yang diperankan oleh Christine Hakim, Teuku Umar (Slamet Rahardjo) dan Pang Laot (Pietrajaya Burnama), didukung oleh Rudy Wowor-berperan sebagai Veltman (Panglima Belanda), potongan kisah yang sangat fiksi itu tidak pernha dimunculkan. Atau memang sebenarnya tidak ada.

Jadi, setelahnya saya pikir pastilah ini hanya sebuah rekayasa imajinatif si pengarangnya.

Tjoet Nja' Dhien adalah film drama epos biografi sejarah Indonesia tahun 1988 yang disutradarai oleh Eros Djarot. Film ini memenangkan Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1988. 

Film ini sempat diajukan Indonesia kepada Academy Awards ke-62 tahun 1990 untuk penghargaan Film Berbahasa Asing Terbaik, tetapi tidak lolos dalam pencalonan nominasi. Tapi film ini menjadi film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Cannes (1989).

20210602-tjoet-nja-dhien-gelora-dalam-150-menit-6304e00e04dff0732762e242.jpg
20210602-tjoet-nja-dhien-gelora-dalam-150-menit-6304e00e04dff0732762e242.jpg

ilustrsi-film cut nyak din-merdeka.com

Sinopsis

Sepeninggal suami pertamanya Teuku Ibrahim Lamnga, karena meninggal dalam peperangan, untuk melanjutkan perjuangan Cut Nyak Dhien kemudian menikah dengan Teuku Umar. Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Ibarahim Lamnga, putra Imam Lamgna, keturunan bangsawan Lamgna dan Pulau Wai yang kaya raya di tanah Aceh di tahun 1858, dalam usia sepuluh tahun. 

ilustrasi suasana perang | Sumber: liputan 6
ilustrasi suasana perang | Sumber: liputan 6
ilustrasi suasana perang | Sumber: liputan 6
ilustrasi suasana perang | Sumber: liputan 6

Namun kecantikan dan sikap tegasnya sebagai seorang pemimpin sangat menonjol pada dirinya. Tapi sesuai adat ia baru bisa berkumpul dengan suaminya saat dewasa. 

Kegigihannya melawan tentara Kerajaan Belanda, membuat ia diburu oleh pasukan elite Belanda, Marsose. Kisah pengejaran yang disertai dengan kisah perang gerilya menjadi cerita utama dalam film ini. Apalagi perang antara rakyat Aceh dan tentara Kerajaan Belanda ini menjadi perang terpanjang dalam sejarah kolonial Hindia Belanda. 

Ilustrasi suasana perang | Sumber: cnnindonesia
Ilustrasi suasana perang | Sumber: cnnindonesia

Namun yang lebih menarik, karena sebagai penonton kita tak hanya disodori kisah perang saja.  Ada suguhan cerita tentang dilema yang dialami Tjoet Nja' Dhien sebagai seorang pemimpin.

Diujung film diceritakan Pang Laot pengawal setianya yang tidak tega melihat kondisi Cut Nyak yang sakit rabunnya semakin parah, ditambah penderitaan berkepanjangan yang dialami para pejuang Aceh dan keluarga mereka, akhirnya melaporkan keberadaan Cut Nyak Dhien di tempat persembunyan rahasianya.

Film menceritakan bagaimana marahnya Cut Nyak kepada pengawalnya yang dianggap berkhianat. Tapi seperti yang kita lihat, Belanda memperlakukan Cut Nyak sebagai tawanan dengan penuh rasa hormat, tapi Cut Nyak tetap saja merasa harga dirinya terjajah.

Untuk menghindari pengaruh Cut Nyak kepada rakyatnya , Belanda mengungsikannya ke Sumedang-Jawa Barat, hingga sampai meninggal disana.

Cut Nyak Dhien-Christine Hakim | Sumber: intipseleb
Cut Nyak Dhien-Christine Hakim | Sumber: intipseleb

Tiga Tahun dan Totalitas Pemain

"Mas Eros kirim saya ke sana satu tahun. Saya tinggal sebagian di rumah orang Aceh, terus sebagian lagi di pendopo Bupati Sigli. Saya harus betul-betul disiplin menjaga mood bekerja, tapi juga apa yang sudah peroleh selama riset itu. Apa yang dirasakan Cut Nyak Dhien, apa yang dipikirkan beliau. Saya harus transform menjadi Cut Nyak Dien, itu berat sekali," kata Christine Hakim dalam acara The Legend di Metro Tv.

Begitulah, pendalaman karakter yang luar biasa menyebabkan Christine Hakim baru bisa melepaskan karakter Cut Nyak dari dirinya setelah tiga tahun kemudian. Karakter itu begitu melekat, begitu sangat menjiwainya sehingga dalam  keseharian terbawa-bawa terus.

Inilah mengapa film itu terasa begitu dalam penjiwaan para pemerannya dan sangat kolosal-karen suguhan perang yang terasa nyata, dengan didukung oleh pemilihan lokasi yang sangat pas dengan situasi dan kondisi perang di zaman Cut Nyak dahulu.

Penulis pernah bertemu langsung, setahun silam, ketika film ini rencananya akan di reka ulang menjadi sajian sinema versi baru dengan pemeran yang baru juga. Meskipun akhirnya pandemi menghentikan sejenak rencana besar itu. tapi entah kapan.

Meskipun sajiannya dalam genre sejarah-berisi konflik perang, secara keseluruhan membangun rasa nasionalisme yang luar biasa. Apalagi bagi penonton di Aceh, yang seolah dapat merasakan bagaimana nasionalisme lokal itu membuncah. Melihat sosok Cut Nyak, kegigihan, watak kepahlawana tak kenal menyerah. 

Ini sebuah tontonan luar biasa, mestinya harus menjadi tontonan wajib untuk mendidik dan menumbuhkan rasa nasionalisme anak-anak di era kekinian yang semakin luntur di makan zaman.

referensi; 1,2,3 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun