[caption id="attachment_149432" align="aligncenter" width="300" caption="Poster konser "][/caption] Dalam single terbarunya yang berjudul “Orangutan”, Navicula menyederhanakan segalanya menjadi satu kata: ganas!
Tanggal 29 Juli 2011 yang lalu, ratusan fans Navicula yang memadati bibir panggung “Blues for Freedom” di Taman Ismail Marzuki batal mencicipi lagu itu lantaran setlist berhenti di nomor “Aku Bukan Mesin”.
Pertunjukan terpaksa dihentikan setelah Made melakukan stage diving mengerikan yang berakhir dengan robeknya kulit kepala sang pembetot bas. Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat dan konser malam itu berakhir dengan canggung. Menyisakan Gugun Blues Shelter di panggung yang tetap bermain hebat sebagai menu pamungkas, namun menjadi terasa berbeda.
Berbulan lamanya kita lupa akan lagu yang tak kunjung terdengar itu...
Sampai ketika berita menyedihkan soal pembantaian belasan Orangutan di lahan perkebunan sawit di wilayah Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur menyeruak di layar televisi dan koran nasional pada awal September 2011 lalu. Bersama kengerian yang hadir di depan mata, juga debat berkepanjangan yang tidak diimbangi dengan aksi nyata, ingatan mengembara: kemana lagu “Orangutan” yang katanya sudah selesai direkam Navicula?
Malam ini, 17 Desember 2011, di Sanur, Bali, dalam konser “Suara Untuk Alam II” yang digagas oleh komunitas Akarumput, Walhi, dan Sawit Watch, Navicula akhirnya benar-benar meluncurkan single “Orangutan” itu. Sebuah single yang ternyata tidak hanya bisa dinikmati oleh audiens yang datang ke konser tersebut, namun juga oleh kita semua dengan cara mengunduhnya disini: http://soundcloud.com/akarumput/navicula-orangutan
Bagi yang mencintai Navicula, grunge, atau rock, “Orangutan” tentu jadi santapan jiwa yang benar-benar nikmat. Sebuah lagu penuh tenaga berdurasi 3 menit lebih, dengan beat yang asyik dan suara gitar menggelegar.
Bagi yang tidak peduli dengan musik sekalipun, lagu ini akan tetap terdengar relevan karena pesan yang terkandung di dalamnya: “Orangutan akan jadi legenda...”
Ya! Jika cerita sejarah tetap bergulir seperti sekarang, dapat dipastikan bahwa kelak kita hanya akan bisa melihat Orangutan dalam arsip foto serta buku-buku cerita. Anak cucu kita, mereka hanya akan menganggap Orangutan sebagai legenda yang barangkali tidak benar-benar nyata...
