Mohon tunggu...
wury maharani
wury maharani Mohon Tunggu... -

idk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Trans Jakarta Sudah Ringkih

19 April 2014   15:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:29 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap kebijakan haruslah diawasi perkembangannya. Jika diamati ditengah hiruk pikuk masyarakat jakarta dijam jam sibuk, terlihatlah tumpukkan manusia yang tidak lagi terlihat manusiawi dibeberapa halte trans jakarta. Kebijakan pemerintah ini mempunyai tujuan mengurangi kemacetan. selain itu, bertujuan untuk meminimalisir polusi udara. Di awal masa beroperasinya, trans Jakarta sangatlah nyaman.walau  Tidak mudah bagi masyarakat untuk menerima kebijakan ini beberapa tahun yang lalu,karena dinilai mengambil lapangan pekerjaan supir supir bis seiring banyaknya peminat penumpang yang beralih ke kebijakan masyarakat yang satu ini, selain itu masyarakat beranggapan jalur Trans Jakarta malah memperburuk keadaan karena menambah kemacetan sebab, jalur umum semakin sempit. setelah hati masyarakat menerima adanya Trans Jakarta, justru pemerintah tak lagi memperhatikan, atau mungkin melihat namun pura pura tidak mlihat. acuh, dengan  kondisi armadanya. sebagian besar bus sudah tidak layak pakai, ditandai dengan sering terjadinya kemogokkan, bangku yang rusak, dan AC yang bocor , bus terasa panas dan sumpek, lalu ketika hujan lantai  dan bangku pun basah. keadaan diperburuk oleh tidak cukupnya armada ditempat tempat yang sibuk seperti Pulo Gadung-Dukuh atas dan Dukuh atas-Ragunan. tidak memadainya armada tersebut menyebabkan tumpukan penumpang, karena terlalu lama menunggu menyebabkan kerusuhan saat bus datang. hal ini sangatlah tidak efisien, karena penumpang menghabiskan waktunya satu jam hanya untuk menunggu , belum lagi kerumitan yang terjadi jika kemogokkan terjadi.

saat ini, penumpang menaiki trans jakarta khususnya dijalur pulogadung-dukuh atas dan ragunan-dukuh atas menggunakannya karena terpaksa, atau dengan tidak nyaman. jika keadaan ini berlarut kemungkinan masyarakat beralih lagi kekendaraan pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun