Setiap orang punya cita-cita, pasti. Cita-cita adalah harapan dan juga motivasi untuk mencapai target hidup. Tapi, cita-cita adalah juga impian, yang tak selalu harus terwujud. Namun, setiap hidup perlu mimpi ataupun cita-cita, karena dengan mimpi dan cita-cita, maka membuat hidup lebih hidup.Â
Masa kecil kita, selalu diwarnai dengan banyak cita-cita. Namun, cita-cita masa kecil adakalanya hanyalah ungkapan seorang anak kecil yang belum memahami sepenuhnya cita-cita itu apa.Â
Seringkali anak kecil, melihat cita-cita lebih karena melihat hal yang nampak membahagiakan dan membanggakan saja, dalam pandangan mata kanak-kanaknya.Â
Dulu, masa kecil kita mungkin bercita-cita menjadi polisi, dokter dan sebagainya. Masa kecil kita, bercita-cita seperti itu karena hanya pandangan kanak-kanak kita, bahwa menjadi polisi, menjadi dokter, menjadi pilot itu suatu yang luar biasa, membahagiakan dan membanggakan.Â
Namun seiring perjalanan waktu, adakalanya cita-cita itu buyar atau hilang. Bisa karena kita berubah pikiran, bisa karena melihat bahwa cita-cita itu sulit untuk kita raih, entah karena apa. Banyak hal bisa menjadi penyebab. Bisa karena minat kita yang berubah seiring perjalanan waktu, bisa juga karena keadaan yang menyebabkan, cita-cita itu tak bisa diraih.Â
Lalu, mungkin kita akan berpikir, lebih baik mengalir seperti air, namun tak terbendung, hanya dengan mengalir seperti air, justru itu akan mampu mengikis batu penghadang. Banyak orang berpikiran seperti itu, termasuk saya.Â
Dulu cita-cita kecil saya ingin menjadi polisi dan tak pernah bercita-cita menjadi arkeolog. Namun seiring perjalanan waktu, cita-cita saya untuk menjadi polisi itu kandas di saat saya masih mengenyam bangku SMP.Â
Apa pasal? Karena pikiran saya waktu itu menganggap, menjadi polisi bukanlah pilihan cita-cita yang terbaik. Banyak hal menjadi penyebab. Mulai berpikir dan bernalar lebih rasional, pada masa menjelang dewasa juga menjadi latar belakang berubahnya cita-cita itu.
 Mulai rasional, dengan kondisi ekonomi keluarga masa itu, tentu menjadi polisi sulit tercapai, karena nalar yang bermain di kepala waktu itu berpikir bahwa menjadi polisi tentu butuh biaya besar. Masuk sekolah polisi, membeli seragam polisi dan sebagainya.Â
