Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membangun Generasi Milenial Arkeologi Pembaharu

14 Februari 2021   12:41 Diperbarui: 14 Februari 2021   23:17 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi millenial (THINKSTOCKS/NADIA BORMOTOVA) via kompas.com

Bagaimana membangun arkeologi generasi pembaharu? Kalimat pertama itu yang bakal memancing diskusi dalam kuliah daring. Pertanyaan itu tentu saja tidak bisa melepaskan diri dari narasi soal pentingnya membangun pemikiran baru arkeologi.

Kemarin, saya mendapat kehormatan untuk mengisi materi kuliah daring yang diikuti mahasiswa arkeologi dari berbagai kampus di Indonesia, atas inisiatif Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Sulawesi, Maluku Papua (Sulampapua). 

Dari IAAI Komda Sulampapua saya disodorkan tema materi kuliah daring itu dengan tema yang di luar bayangan saya sama sekali. Tema itu adalah " Arkeologi Kekinian". Tentu ada banyak pertanyaan soal itu. Apakah kekinian menyangkut arkeolognya atau soal substansi ilmu arkeologi itu sendiri. 

Generasi Milenial. Sumber: Setkab.go.id
Generasi Milenial. Sumber: Setkab.go.id
Kalau soal ilmu arkeologinya saya menyerah, saya bukan orang tepat untuk mengulas soal teori dan metode kekinian arkeologi yang berkembang di dunia. Tapi kalau kekinian yang dimaksud adalah arkeolognya atau orangnya, mungkin saya lebih percaya diri untuk tampil di hadapan mahasiswa. 

Bukan karena saya paham materinya, tapi saya lebih mengerti apa yang bisa didiskusikan. Hal itu karena bicara arkeologi kekinian, yaitu pelaku atau arkeolognya, khan lebih banyak bicara tentang harapan-harapan untuk para arkeolog masa kini, menjadikan arkeologi lebih berdayaguna atau bermanfaat. 

Namun, memang tidak bisa dipungkiri, bicara arkeologi kekinian, meskioun bicara pelakunya atau orangnya, maka tidak bisa lepas juga bicara pemikirannya. Jadi arkeologi kekinian yang dimaksud tentu saja adalah pemikiran baru arkeologi. 

Saya kemudian menyiapkan materi diskusi daring itu dengan judul "Menjadi Arkeolog Pembaharu"? Judul itu tentu saja saya arahkan bidikannya kepada para generasi arkeologi, mengarah ke arkeolognya atau pelaku arkeologi itu sendiri, bukan bidang keilmuan arkeologinya. 

Supaya lebih universal nantinya, atau mungkin juga istilah ini sudah dikenal, saya kurang paham dengan perkembangan arkeologi dari sisi filsafat ilmunya. Pemikiran baru arkeologi itu kemudian saya istilahkan  dengan meminjam bahasa asing dengan istilah New Mind Archaeology. 

Bagaimana pemikiran baru arkeologi atau New Mind Arkeologi itu?

Pemikiran baru arkeologi atau New Mind Arkeologi, meletakkan prinsip pemikiran bahwa arkeologi bukan hanya soal merekonstruksi masa lalu, namun arkeologi juga mengkonstruksi masa depan. Itu inti pertama yang harus menjadi prinsip berpikir baru tentang arkeologi. 

Jika selama ini secara keilmuan arkeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan masa lampau. Maka pemikiran baru arkeologi adalah, bahwa arkeologi untuk untuk membangun masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun