Pulau Banda, pulau yang sangat populer di Kepulauan Maluku, bahkan di Indonesia dan dunia. Pulau penuh cerita dan kenangan dan juga pulau paling bersejarah dan legendaris. Di Kepulauan Banda, dua tokoh pahlawan Indonesia, Bung Hatta dan Bung Syahrir pernah di asingkan Belanda. Lalu, perjumpaan dengan masyarakat Banda, Syahrir dan Hatta memperkenalkan anak Banda, Des Alwi menjadi tokoh yang kemudian tampil ke panggung nasional.
Ohya, pembaca tahu, di abad 17 M, ratusan tahun lalu dari sekarang, salah satu pulau di Kepulauan Banda, pernah mau ditukarkan dengan Manhattan? Pasti tahu, pulau itu adalah Pulau Run, pulau kecil di bagian timurnya lagi Pulau Banda, masih dalam wilayah Kepulauan Banda. Pulau Run, adalah pulau kecil, yang pernah menjadi ajang perebutan Inggris dan Belanda.
Ya…saya tidak akan berpanjang lebar soal ini. Pembaca pasti sudah banyak tahu. Informasi soal ini juga berserak, di banyak buku-buku perpustakaan dan ataupun di jagad maya.Â
Banyak para peneliti dan penulis, tak habis-habisnya mengupas tentang Banda. Baik sejarahnya, budayanya, lingkungannya, kondisi sosial masyarakat dan sebagainya. Pendek kata, Pulau Banda laksana laboratorium lapangan, dimana segala data dan informasi tentang kehidupan ini tersedia.
Bukan tentang sejarah yang ingin saya ungkap, namun fakta dibalik sejarah masa lalu itu, meninggalkan jejak kemultibudayaan Kepulauan Banda.
Ulasan saya tentang Banda, akan saya buat berseri, mengingat kisahnya yang cukup panjang. Dari soal kebudayaannya, tentang bagaimana masyarakat memahami kemultibudayaan Banda dalam proses panjang dan menyejarah (1).Â
Lalu tulisan berikutnya tentang pernah-pernik wisata Banda, diantara kekayaan warisan budaya, kekakayaan wisata alamnya dan sisi-sisi orang-orang terpinggirkan (2). Juga bagaimana soal wajah Banda hari ini, diantara bangunan-bangunan kolonial yang masih berdiri megah, harapan masyarakat dan sisi-sisi kerusakan warisan budaya yang masih terdiam (3). Dan juga ancaman terhadap Banda dari Gempa dan keaktifan Gunung Api Banda (4).
Untuk ulasan pertama, saya akan menyajikan Banda dalam sudut pandang, bagaimana masyarakat Banda hari ini memahami fenomena multibudaya Banda, dalam proses panjang dan menyejarah. Jika kita berkeling di Pulau Banda Naira, salah satu pulau dimana Kota Banda Naira, ibukota dari Kecamatan Pulau Banda berada, maka anda seperti melihat kota pada zaman pemerintahan kolonial dulu.Â
Beberapa benteng Kolonial, masih berdiri megah, menjadi ikon kota Banda Naira. Ohya, sebelum berlanjut, saya ingin jelaskan, bahwa Kepulauan Banda, itu teridri dari banyak pulau-pulau kecil nan eksotik.Â
Pulau terbesar adalah Pulau Banda Besar, lalu ada Pulau Banda Naira sendiri, Pulau Hatta, Pulau Syahrir, Pulau Pisang, Pulau Ay dan Pulau Run, selain itu mungkin ada pulau-pulau kecil lainnya, yang tidak bernama dan tidak berpenghuni. Salah satu pulau yang paling ikonik, adalah pulau gunung api berada, yakni Gunung Api Banda, yang berada di depan Pelabuhan Banda Naira.