Akhir pekan yang menyenangkan karena sempat meet up dengan sahabat. Setiap perjumpaan pastilah ada hikmah besar yang di dapat. Saling berbincang berbagai hal, diselingi tawa riang, dan kadang ada rasa haru. Memang benar bahwa silaturahmi akan mendatangkan rezeki. Silaturahmi juga memperpanjang usia, dalam arti harfiah maupun makna filosofi.
"Rezeki itu kadang datang dari arah yang tak terduga, siapkanlah wadahnya agar kita selalu siap untuk menampungnya."
Aku punya keyakinan, bahwa rezeki tidak melulu berupa cuan, uang, atau harta benda fisik. Bukan begitu K-Ners? Banyak hal lain dalam hidup ini yang merupakan rezeki tiada terkira. Namun sayangnya kita sering melupalannya, mengabaikannya, tak mensyukurinya, bahkan mengingkarinya.
Kisah di Masjidil Haram
Ada pengalaman menarik saat aku menunaikan ibadah haji pada tahun 2006/2007 dengan pembimbing KH. Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa Aa Gym. Tak disangka bisa berjumpa dengan seorang muslimah dari Afganistan. Dia tetiba menarik lenganku dan memberikan tempat duduk saat aku sudah kebingungan saking padatnya pelataran Masjidil Haram. Aku menyempil di sebelahnya, cukup. Begitu juga pernah di dalam masjid sudah penuh sekali. Lagi-lagi ada seorang muslimah dari Turki yang mempersilakan aku duduk di sampingnya. Padahal saat itu rasanya sudah tak mungkin bisa duduk.
Bukan hanya itu. Mereka membagikan cemilan, kurma dan permen. Kemudian selepas shalat, berbincang sejenak dengan bahasa tubuh, senyuman, campuran Inggris dan Arab. Kami berpisah dengan berpelukan erat saling, mendoakan. Masyaallah ...
Ada satu lagi kejadian yang menurutku agak di luar nalar. Jadi ketika aku sedang melakukan sa'i, tetiba ada seorang muslimah tinggi besar yang menggeggam lenganku. Tak disangka, dia menarik aku untuk mengikuti gerakannnya yang tentu saja lebih gesit dan cepat -sat-set sekali. Dia berjalan, tetapi aku merasanya seperti berlari. Mengapa? Karena langkah kakinya lebar. Aku hanya setinggi dadanya. Selama sa'i itu aku terus berdzikir. Setelah selesai dia memeluk dan memberikan senyum yang manis sekali, tanpa berkata apa pun. Dia menghilang di tengah kerumuan jamaah haji yang padat.
Sungguh hatiku bergetar dan tak dapat dibendung, airmata membasahi pipi. Aku tahu kisah Hajar ketika berlari bolak balik tujuh kali dari bukit Shafa ke bukit Marwa untuk mendapatkan air. Tanah Bakkah atau Makkah sangat tandus, kering kerontang, tak ada pepohonan satu pun, mustahil ada air. Hajar tidak putus asa dari rahmat Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung, Seakan aku diingatkan bahwa dalam berdoa tak boleh putus asa, begitu juga dalam ikhtiar tak boleh putus semangat.
Menurutku mendapat tempat yang baik adalah sebuah rezeki. Tempat tinggal, tempat belajar, tempat bekerja, tempat healing, tempat kajian, dan tentu banyak tempat-tempat lainnya di muka bumi ini. Kita sering melupakan bahwa ketika Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemurah memberikan tempat terbaik sudah sepatutnya kita bersyukur. Janganlah membandingkan rumah kita dengan rumah tetangga. Memang rumput tetangga seringkali terlihat lebih hijau bukan?
Belajar Memiliki Mental To Give
Ketika K-Ners berjumpa sahabat atau kerabat, siapa yang mentraktir makan? Lebih sering ditraktir atau mentraktir? He3 ... Tidak perlu berkecil hati jika masih sering ditraktir. Namun ada baiknya kita renungkan pentingnya memiliki mental to give.