Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persaudaraan Islam-Kristen: Belajar dari Budaya Maluku Masa Lampau

7 Juli 2020   14:15 Diperbarui: 7 Juli 2020   22:02 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Persaudaraan, Sumber : https://docplayer.info/

Saya diterima dengan sangat baik, bahkan hingga kini, hubungan persaudaraan kami, masih sangat terjaga. Meskipun komunikasi sudah jarang kami lakukan, mengingat saya saat ini sudah menetap di kota lain, karena tuntutan pekerjaan. Seiring waktu, karena pekerjaan saya sebagai arkeolog, banyak mempelajari budaya masa lampau, khususnya di tempat kerja saya waktu itu. 

Saya menjadi makin memahami, bahwa budaya masa lampau orang Maluku, memang sudah melekat kemultibudayaan yang terbingkai oleh persaudaraan. Itu akar identitas Orang Maluku, yang saya simpulkan, dari data-data arkeologi sejarah yang saya teliti.

Oleh karena itu, saat saya diminta memberi konstribusi artikel ilmiah tentang identitas budaya Maluku, segera saja, saya mengambil topik tentang relasi persaudaraan Islam dan Kristen di Maluku. Judul artikel Ilmiah saya yang saya tulis waktu itu adalah "Salam-Sarani dan Tradisi Orang Basudara: Pelajaran dari Masa Lalu tentang Relasi Islam-Kristen, Multikulturalisme dan Identitas Orang Maluku". 

Judul artikel ilmiah yang cukup panjang sepertinya. Sengaja saya tidak memendekkan judul itu, karena saya tidak ingin mereduksi pemikiran pembaca, tentang apa yang ingin saya ungkapkan.  Hasil pengembaraan saya selama lebih sepuluh tahun, mempelajari arkeologi sejarah di Maluku, tentu memberi kesempatan saya untuk mengumpulkan data dan informasi, soal sejarah budaya masa lalu masyarakat Maluku. 

Dari catatan saya, posisi strategis Kepulauan Maluku, telah menjadikannya sebagai ruang bagi bertemunya banyak kebudayaan di dalamnya, yang berasal dari berbagai wilayah tanah asalnya. Bertemunya banyak kebudayaan dalam proses yang menyejarah, adalah proses dinamis, lahir, bertumbuh dan berkembang. 

Bayangkan saja, dulu para pedagang Eropa, China, Arab, Jawa, Sumatra, Sulawesi bahkan daerah-daerah lainnya di Nusantara, bertemu di Maluku karena komoditi rempah. Kedatangan mereka, bukan hanya untuk tujuan dagang, namun berikut pula membawa pengaruh budaya dan agama yang dibawa dari tanah asal. 

Namun, sebelum kedatangan para pedagang dari tanah seberang, masyarakat Maluku itu sudah punya budaya sendiri, budaya asli (indegenous), juga punya sistem religi atau kepercayaan lokal, yakni kepercayaan terhadap leluhur (anchestor worship). 

Hingga sekarang masih hidup dan menjadi bagian dari identitas Orang Maluku, menjadi warisan tradisi meskipun sudah menganut agama modern seperti Islam dan Kristen.

Orang Maluku memiliki kearifan lokal (local wisdom) sebagai modal sosial yang dapat mempersatukan orang Maluku, ketika menghadapi persoalan dan tantangan bersama. 

Mungkin pembaca sudah sering mendengar ungkapan orang Maluku, seperti "ale rasa, beta rasa" (anda rasa saya rasa, artinya ketika anda merasakan dan mengalami sesuatu, baik senang maupun susah, saya juga merasakan hal itu), "Sagu salempeng dipatah dua " (sagu satu buah dibagi dua), "Potong di kuku rasa di daging " (potong di kuku rasa di daging, artinya seseorang mengalami susah atau sakit, orang lain merasakannya juga), "Manggurebe maju" (berlomba untuk maju), dan sebagainya. 

Betapa indahnya ungkapan persaudaraan itu, tanpa mengenal sekat perbedaan agama. Karena pada dasarnya, orang Maluku lahir dari rahim kebudayaan yang sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun