Mohon tunggu...
Shri Werdhaning Ayu
Shri Werdhaning Ayu Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia Brang Wetan

Anak Lumajang yang lahir di Bumi Lumajang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Negeri Jawa dalam Catatan Tome Pires (Part I)

24 Juli 2019   21:46 Diperbarui: 30 Juni 2021   06:14 2203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Negeri Jawa dalam Catatan Tome Pires (unsplash/freestocks)

Salah satu catatan yang paling penting dan lengkap mengenai dunia Timur yang dibuat pada awal abad ke XVI adalah Suma Oriental karya Tome Pires. 

Catatan yang ditulis pada 1512 -- 1515 dan hampir terlupakan ini secara mengejutkan, didalamnya terdapat codex yang sama seperti yang ditemukan dalam karya kontemporer dari Fransisco Rodrigues yang di dalamnya mencakup peta -- peta berharga, yang membuatnya menjadi buku terkenal di seluruh dunia pada pertengahan abad terakhir.

Catatan mengenai Jawa dalam catatan Tome Pires bisa dikatakan cukup beragam. Mulai dari gambaran geografis, sosial, ekonomi dan budaya Negeri Jawa. 

suma-oriental-cetak-2016-5d38643e097f366f08284c94.jpg
suma-oriental-cetak-2016-5d38643e097f366f08284c94.jpg
Berikut ini akan penulis rangkumkan apa yang dituliskan Tome Pires tentang Negeri Jawa dari bukunya yang berjudul Suma Oriental.

Kondisi Umum                                              

Pires membedakan antara negeri Jawa dengan negeri Sunda. Negeri Jawa dituliskan sebagai sebuah negeri yang membentang dari Cirebon (Choroboam) hingga Blambangan (Bulambaum). Luasnya mencapai 400 league dimulai dari Cimanuk, membentang hingga Blambangan kemudian memutar dari satu sisi ke sisi lain. Negeri ini sangat teduh, tidak berawa, melainkan bertipe sama dengan Portugal dan kondisinya sangat sehat.

Dikabarkan bahwa dulu, wilayah kekuasaan Negeri Jawa luas hingga mencapai Maluku (Maluco) yang ada di sebelah Timur dan sebagian besar wilayah barat. Negeri Jawa bahkan nyaris menguasai pulau Sumatra dan pulau -- pulau lain yang dikenal oleh orang -- orang Jawa. 

Hal ini berlangsung untuk waktu yang lama, kurang lebih seratus tahun, hingga akhirnya kekuatan Negeri Jawa mulai berkurang dan keadaannya menjadi seperti sekarang, sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini.

Di masa itu, Negeri Jawa sangat berkuasa karena kekuatan dan kekayaan yang dimilikinya, juga karena kerajaan ini melakukan pelayaran ke berbagai tempat yang sangat jauh---mereka menegaskan bahwa kerajaan ini berlayar hingga ke Aden dan bahwa perdagangannya yang terbesar dilakukan di Bonuaquelim, Bengal, dan Pasai---di mana mereka menguasai seluruh perdagangan yang ada. 

Seluruh pelautnya merupakan orang pagan, mereka mengumpulkan para pedagang yang membawa banyak komoditas di sepanjang pesisir pantai. Hasilnya, tidak ada satu pun tempat yang dikabarkan mampu menyamai kebesaran dan kekayaan lokasi ini. 

Pedagang -- pedagang tersebut terdiri dari orang Cina, Arab, Persia, Gujarat, Bengal dan dari berbagai bangsa lainnya. Jumlah mereka amat banyak sehingga Muhammad dan para pengikutnya merasa mantap untuk memperkenalkan doktrin mereka di pesisir pantai Jawa dengan barang dagangannya.

Orang Jawa

Raja Jawa adalah seorang pagan, ia dikenal dengan nama Batara Vojyaya. Raja -- raja Jawa ini memiliki gagasan luar biasa; mereka mengatakan bahwa keningratan mereka tidak dapat tersaingi. Para bangsawan pagan Jawa bertubuh tinggi dan rupawan. Mereka merias diri dengan mewah dan menghias kuda-kudanya dengan cara serupa. 

Mereka menggunakan berbagai macam keris, pedang, dan tombak yang berlapis emas. Mereka adalah pemburu dan pengendara kuda yang lihai- tentu saja pijakan kaki dan pelana kudanya juga berlapis emas, hal ini tidak dapat ditemukan di tempat lain di seluruh dunia. 

Para penguasa Jawa juga bersikap seperti bangsawan, mereka sangat dimuliakan dan tentunya tidak ada satu bangsa pun di wilayah itu yang mampu menandingi mereka. Rambut mereka dicukur --dicukur setengah, dibagian ubun-ubunnya---sebagai simbol kecantikan. Mereka selalu menyibakkan rambutnya dari dahi ke atas, tidak seperti yang kita lakukan dan mereka sangat bangga dengan gaya ini.

Kehidupan Istana

Para penguasa di Jawa amat dipatuhi bagaikan Dewa. Mereka diperlakukan dengan penuh hormat dan kepatuhan. Negeri Jawa di bagian pedalaman berpenduduk padat, memiliki banyak kota, beberapa di antaranya berukuran sangat besar, termasuk Kota Dayo di mana ia membangun istana dan selalu tinggal di sana. 

Kabarnya, orang -- orang yang sering berkunjung ke istana ini tidak terhitung. Sang Raja jarang menampakkan diri di depan umum, melainkan hanya satu atau dua kali dalam setahun. Raja lebih sering tinggal di dalam istana bersama para istri dan selir. Kabarnya, Raja Jawa mempekerjakan 1000 orang kasim untuk menjaga wanita -- wanita ini, mereka mengenakan pakaian wanita dan tata rambut berbentuk mahkota.

Pada masa ini, rakyat sudah tidak memiliki kepercayaan terhadap raja. Kekuasaan dipegang oleh Gusti Pate didampingi wakil raja dan wakil tertingginya. Gusti pate ini sangat dihormati dan dipatuhi perintahnya. Ia lah yang berhak memberikan perintah agar raja diberikan makan, sehingga raja tidak memiliki hak untuk bersuara atas apapun.

Rakyat biasa tidak diperkenankan untuk memandang raja dari pusar ke atas. Rakyat diharuskan menundukkan kepalanya dan siapapun yang melanggar bisa dijatuhi hukuman mati. (Jadi ingat adegan dalam drama korea yang berjudul The Moon that Embraces The Sun ketika raja lewat naik tandu :D).

Di Jawa, terdapat banyak kasim. Mereka mengenakan pakaian yang mirip dengan wanita, rambutnya diikat diatas kepala di bagian tengah seperti mahkota. Mereka dipekerjakan sebagai pengawal para wanita mengingat para pria Jawa adalah pria -- pria yang sangat pencemburu. 

Mereka tidak memperbolehkan siapapun melihat para wanitanya. Kecuali diantara rakyat biasa. Dan diantara para bangswan, mereka rela mati demi menjaga para wanitanya lebih dari apapun.

Saat Raja Berburu

Pada saat raja keluar dari istananya, pengumuman akan disebar diseluruh kota dan tiadak ada seorangpun yang diijinkan untuk meninggalkan rumah dalam kondisi apapun. Sang Raja meninggalkan rumah ditemani 2000 -- 3000 prajurit dengan tombak yang disimpan dalam kantong berlapis emas dan perak. Para prajurit ini berbaris di depan, sementara para selir ditempatkan dalam pakaian yang sangat indah. 

Para permaisuri menaiki gajah yang dihias menggunakan vair. Tiap-tiap permaisuri dan selir diikuti oleh 30 perempuan yang berjalan kaki, berurutan sesuai derajat mereka. Dibelakang mereka barulah sang Raja berkendara bersama Gusti Pate nya. Mereka membawa serta anjing pemburu dan anjing greyhound sedangkan pria lainnya membawa trisula berburu yang bertatahkan dengan indah. 

Siapapun yang bertemu dengan rombongan di jalan akan dibunuh,kecuali para wanita dan anak dibawah 10 tahun. Hal ini sudah menjadi adat kebiasaan di Jawa. Dan Tome Pires juga mendengar bahwa hal ini juga terjadi di wilayah Tuban dan menyaksikan hal yang sama di Sidayu.

Pria Wajib Bersenjata

Setiap lelaki di Jawa, siapapun itu, baik kaya maupun miskin, harus menyimpan keris, tombak dan perisai di rumahnya. Tidak seorang pria-pun yang berusia antara dua belas tahun, diperkenankan keluar dari pintu rumah tanpa mengenakan keris di ikat pinggangnya. Mereka membawa keris seperti halnya belati dikenakan di Portugal. Harga senjata cukup murah di Jawa dan hal ini sudah menjadi peraturan di negeri ini.

bersambung .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun