Mohon tunggu...
Sasta Della Tawang
Sasta Della Tawang Mohon Tunggu... College Student

What’s up everyone!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keberagaman Teman di Fakultas FISIP UPN "Veteran" Jakarta Sebagai Representasi Keberagaman Budaya di Lingkungan Kampus

23 Agustus 2025   17:18 Diperbarui: 23 Agustus 2025   17:18 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di tengah derasnya arus globalisasi, keberagaman sering kali menjadi harta yang tak ternilai. Kampus, sebagai miniatur masyarakat, menjadi tempat yang sangat menarik untuk mengamati bagaimana budaya-budaya bertemu, berinteraksi, bahkan saling memengaruhi. Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), keberagaman ini bukan hanya sekadar statistik atau simbol, tapi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari---meski tak selalu mencolok.

Tepat pada hari Rabu dan Kamis di tanggal 14 --15 Agustus 2025 kemarin, saya mengikuti kegiatan ospek fakultas di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta (UPNVJ). Kegiatan tersebut memperkenalkan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN "Veteran" Jakarta kepada kami, para mahasiswa baru, agar lebih mengenal fakultas secara dekat. Mulai dari 'bonding' dengan kelompok dan seorang mentor yang membimbing kami, hingga menyaksikan kegiatan-kegiatan menarik seperti perkenalan para dosen dan dewan kemahasiswaan FISIP UPN "Veteran" Jakarta, KSM atau Organisasi Kemahasiswaan yang dimiliki oleh FISIP UPN "Veteran" Jakarta, sesi ice breaking atau games, dan sesi-sesi lainnya. 

Saat pertama kali memasuki FISIP, saya tidak langsung menyadari betapa beragamnya teman-teman di sekitar saya. Tidak ada pakaian adat yang dikenakan tiap hari, tidak ada logat ekstrem yang terdengar asing, tidak ada perbedaan mencolok yang langsung terasa. Namun, seiring waktu, saya mulai menyadari bahwa keberagaman itu tetap ada, meskipun kadang tersembunyi di balik bahasa yang seragam dan rutinitas yang serupa.

Saya bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah, seperti contohnya teman saya yang berasal dari suku Batak dan Minang. Saya bangga akan hal itu, karena memiliki teman dari berbagai macam asal suku dan ras adalah hal yang paling menarik yang saya selalu jumpai. Kita bisa mengetahui bagaimana cerita mereka ketika mereka berpulang kampung menemui keluarganya yang jauh, bagaimana suasana di kampung halaman mereka. 

Selain itu semua, saya juga menemukan beberapa teman yang---meskipun tidak menyebutkan latar belakang etnis secara eksplisit---memiliki kebiasaan, cara berbicara, dan pandangan hidup yang tampaknya dibentuk oleh kebudayaan lokal mereka. Misalnya, ada yang memiliki gaya bercanda khas daerah tertentu. Meskipun tidak terlalu eksplisit, hal-hal kecil seperti ini menjadi warna yang memperkaya dinamika interaksi di lingkungan FISIP UPN "Veteran" Jakarta.

Keberagaman budaya ini, meskipun tidak selalu terlihat jelas, sebenarnya merupakan modal sosial yang sangat penting dalam menciptakan persatuan di lingkungan kampus. Modal sosial, dalam pengertian sosiologis, adalah jaringan, norma, dan kepercayaan yang memfasilitasi koordinasi dan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks FISIP, keberagaman budaya berperan sebagai jembatan untuk membangun saling pengertian, toleransi, dan empati antarmahasiswa.

Ketika kita duduk bersama dalam satu diskusi kelompok, merancang sebuah proyek kelas, atau bahkan hanya berbincang di kantin, latar belakang budaya masing-masing membawa perspektif yang berbeda. Perbedaan ini---ketika dikelola dengan bijak---tidak menjadi sumber konflik, melainkan sumber inovasi.

Pengalaman-pengalaman kecil ini membuat saya semakin sadar bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan justru sumber kekayaan sosial. Kita belajar untuk tidak mudah menghakimi, lebih terbuka terhadap perbedaan, dan lebih siap untuk berkolaborasi dengan orang yang latar belakangnya berbeda dari kita. Dalam dunia yang semakin plural, kemampuan ini adalah keterampilan yang sangat berharga.

Refleksi pribadi saya, keberagaman di lingkungan FISIP UPN "Veteran" Jakarta mungkin tidak sekuat di kampus-kampus besar yang benar-benar multietnis, tapi justru di sinilah letak tantangannya: bagaimana kita tetap bisa merawat semangat keberagaman meski perbedaannya tidak selalu tampak nyata? Jangan sampai hanya karena kita merasa "seragam," kita kehilangan kepekaan terhadap perbedaan yang tersembunyi di balik kesamaan-kesamaan permukaan.

Menjaga keberagaman bukan hanya soal menerima perbedaan, tapi juga tentang aktif menciptakan ruang aman dan inklusif di mana setiap orang bisa menjadi dirinya sendiri tanpa takut dihakimi. Ini berarti menghargai cerita-cerita kecil, mendengarkan lebih banyak, dan bersikap terbuka terhadap hal-hal yang belum kita pahami sepenuhnya.

Akhirnya, keberagaman di FISIP UPN "Veteran" Jakarta---seberapapun kecil atau tidak kasat matanya---adalah refleksi dari keberagaman Indonesia itu sendiri. Dari sinilah kita belajar bahwa persatuan bukan dibangun dari kesamaan, melainkan dari kesediaan untuk merangkul perbedaan. Dan sebagai mahasiswa ilmu sosial, tugas kita bukan hanya memahami masyarakat, tapi juga menjadi agen perubahan yang bisa merawat dan memperkuat tenun kebangsaan ini---dimulai dari lingkungan kampus sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun