Mohon tunggu...
Wrenges Widyastuti
Wrenges Widyastuti Mohon Tunggu... profesional -

ingin bisa terus menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hagia Sophia dan Mezquitas Cathedral Gereja - Masjid; Masjid - Gereja

1 Desember 2015   09:48 Diperbarui: 1 Desember 2015   09:48 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

1523, syahdan menitahkan perubahan Mezquitas, Raja Carlos I mengunjungi kegiatan itu. Namun, ia terkejut menyaksikan pembongkaran yang tengah terjadi. 'Hentikan, kalian menghilangkan bagian-bagian indah!' protesnya. Beruntung, sang Raja datang di saat yang tepat. Ia telah mangkat karena perbaikan katedral baru usai 250 tahun kemudian, namun usahanya tak sia-sia. Hingga kini kita masih bisa melihat jejak arsitektur Islam di Mezquitas Cathedral --katedral masjid-- Cordoba. Perubahan menjadi katedral tetap menyisakan mihrab, serta lengkung-lengkung khas Timur Tengah di (bekas) area sholat.

Adalah putra Muawiyah - Abdurrahman I- saat mulai merintis kekuasaan di Andalusia, yang membeli sebagian tanah milik gereja Spanyol Romawi - San Vincente, untuk dijadikan tempat sholat Jumat. Selanjutnya pada tahun 784 ia membeli sebagian tanah lainnya guna memperluas masjid, dengan tetap menyisakan lahan gereja di bagian tengah. Ini menjadi bukti bahwa di masa itu Muslim, Kristen, juga Yahudi, hidup rukun berdampingan. Masing-masing memperkaya Cordoba dengan budaya berbeda.

Si anggun Hagia Sophia di Istambul, memiliki kilas sejarah yang sedikit berbeda. Dibangun pada tahun 360 sebagai gereja Katolik Ortodoks/Yunani, bangunan ini sempat hampir enam dasawarsa menjadi Katedral Katolik Roma pada 1200an. Penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Mehmet II dari Kekaisaran Ottoman di pertengahan abad ke -15 mengubah peruntukan gereja ini menjadi masjid. Namun hampir lima ratus tahun kemudian, tepatnya 80 tahun lalu, Bapak modernisasi Turki, Mustafa Kemal Attaturk, memilih menjadikannya museum.

Mengunjungi Hagia Sophia saat ini adalah menyaksikan berhasilnya upaya membuka kembali 'penutup' sejarah. Plester putih yang membungkus lukisan khas gereja dikelupas. Attaturk 'meniru' apa yang dilakukan Raja Carlos empat abad sebelumnya, mempertahankan riwayat. Kini tampak Bunda Maria bersanding dengan kaligrafi Allah dan Muhammad, didampingi nama-nama para Khalifah. Juga cantiknya kaligrafi berseling dengan gambar orang-orang suci.

Boleh jadi menilik sejarah berubahnya fungsi rumah ibadah karena kekuasaan, menjadikan sebagian umat khawatir. Takut, sehingga merasa perlu bersaing dalam pendirian rumah Ibadah. Mayoritas menganggap diri punya hak melarang. Padahal kita juga punya contoh menawan. Bukan karena bangunan yang megah, namun mewujud dalam indahnya kebersamaan. Gereja Kristen Jawa Joyodiningratan dan Masjid Al Hikmah di Jalan Gatot Subroto kota Solo, tegak bersebelahan, berbagi tembok kenangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun