Mohon tunggu...
Santi Kurniasari Hanjoyo
Santi Kurniasari Hanjoyo Mohon Tunggu... Lainnya - Marathoner, ibu rumah tangga yang suka berlari, menulis, dan menyanyi.

Saya suka menulis (meskipun kadang isinya tidak penting), suka membaca dan menanggapi tulisan orang lain, dan suka membuka website Kompas. Karena itu, saya senang sekali bisa bergabung dengan Kompasiana... it's a wonderful world of blogging ... ^^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Novel serta Film Detektif dan Polisi Harus Dijadikan Bacaan dan Tontonan Wajib, Ini Alasannya

24 Mei 2021   11:33 Diperbarui: 24 Mei 2021   12:06 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kasus babi ngepet di kelurahan Bedahan, kecamatan Sawangan, Depok, yang viral beberapa waktu lalu, membuat saya sangat terheran-heran. Kok ya berani-beraninya para pelaku di balik aksi tipu-tipu itu mengelabui polisi.

Sebagai manusia biasa, saya juga tidak luput dari pikiran jahat. Namun untunglah sejak kecil saya sangat suka membaca novel-novel, serta menonton kisah detektif dan polisi. Sebut saja novel-novel Sir Arthur Conan Doyle, Agatha Christie, S. Mara Gd., serial CSI: Crime Scene Investigation, Law and Order: Criminal Intent, dan masih banyak lagi.

Saya tidak tahu pasti bagaimana cara kerja polisi. Saya juga tidak punya privilese atau hak istimewa untuk bisa ikut terlibat dalam penyelidikan polisi. Namun dengan membaca dan menonton kisah-kisah investigasi, kita bisa mengira-ngira cara kerja mereka.

Semakin banyak saya membaca novel serta menonton film detektif dan polisi, semakin saya tidak berani melakukan tindak penipuan dan kejahatan. Apa pasal? Para detektif dan polisi itu pintar-pintar, punya metode khusus, dan punya informan-informan rahasia dalam mengusut kasus-kasus kriminal. Mereka tidak percaya takhayul dan amat sulit dibohongi.

Hercule Poirot, tokoh detektif dengan kumis paling menakjubkan sepanjang masa, terang-terangan berkata bahwa ia hanya percaya kepada fakta. Orang boleh bicara apa saja, namun jika omongannya tidak sesuai fakta, Poirot tidak akan percaya.

Jika keterangan seseorang tidak sesuai fakta, mudah ditarik kesimpulan bahwa ia berdusta. Berangkat dari menyelidiki dusta, para penyelidik bisa sampai kepada kebenaran. Gill Grissom dari CSI dalam salah sebuah episode pernah mengatakan, "We chase the lie, till it leads us to the truth." Kami mengejar kebohongan, hingga ia menuntun kami pada kebenaran.

Saya yakin, polisi di dunia nyata juga demikian. Berangkat dari fakta. Menelusuri dusta. Sebagai contoh, pada saat mendatangi tempat kejadian perkara babi ngepet, polisi memastikan bahwa babi ngepet itu adalah seekor babi hutan sungguhan berbulu hitam. Itu adalah fakta. Fakta-fakta semacam inilah yang dikumpulkan oleh polisi.

Hal ini sesuai dengan ucapan Sherlock Holmes dalam kisah berjudul Petualangan Noda Kedua, "Adalah merupakan kesalahan besar bila kita menyusun teori sebelum mendapatkan fakta-fakta secara lengkap."

Orang boleh bercerita tentang warga yang kehilangan uang secara misterius. Tentang munculnya tiga orang mencurigakan yang salah satunya lantas berubah menjadi seekor babi. Tentang babi yang hanya bisa ditangkap oleh orang yang tidak mengenakan busana. Tentang babi yang awalnya bertubuh besar lalu kemudian mengecil. Namun faktanya, babi tersebut adalah seekor hewan biasa.

Terlebih, babi hutan bukanlah hewan yang lazim ditemukan di area pemukiman padat penduduk seperti Depok. Sependek pengetahuan saya, sesuai namanya, babi hutan hanya tinggal di hutan-hutan yang jauh dari pemukiman manusia.

Dengan indera penciumannya yang sangat tajam, seekor babi hutan bisa mengendus keberadaan manusia dari jarak jauh. Lantaran takut, biasanya mereka akan pergi menjauh jika mencium bau manusia. Jadi jika Anda masuk ke hutan lebat pun, kecil kemungkinannya Anda bertemu dengan babi hutan. Mereka yang tidak mau bertemu dengan Anda soalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun