Mohon tunggu...
Wahyu Asafurla
Wahyu Asafurla Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Tandang gelanggang walau sorang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kursi yang Diperebutkan

8 Desember 2019   18:53 Diperbarui: 8 Desember 2019   19:12 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat ini,banyak orang berebut kursi.bukan sembarang kursi,kursi yang sangat menarik sehingga diperebutkan oleh banyak kalangan.mereka yang duduk di kursi itu akan di hormati,dihargai,suara nya didengarkan,perintahnya diikuti, keputusan nya dijadikan pedoman.kursi itu adalah tidak lain tidak bukan kursi kekuasan.

Dahulu pada zaman kerajaan, kekuasaan tidak diburu,tetapi cukup ditunggu. Anak seorang raja,taatkala orang tuanya sudah tiada maka salah satu anak raja akan mewarisinya. Melewati sistem itu mereka yang bukan anak raja tidak bisa meraih derajat itu.

Berbeda dengan sekarang zaman feodal adalah saat orang percaya pada sistem demokrasi. Menurut Abraham Lincoln demokrasi itu dari rakyat,oleh rakyat, untuk rakyat.artinya,siapa pun bisa menjadi pemimpin,bupati,gubernur bahkan presiden melalui sistemdemokrasi yang dilakukan dengan proses pemilihan suara yang terbanyak.

Melalui demokrasi ,posisi dan peran seseorang berubah dengan cepat. Seorang yang dikenal sebagai pendidik bisa menjadi aktivis politik, dan akhirnya menjadi bupati ,wali kota,gubernur bahkan presiden.hal itu lah buah dari demokrasi.

Seseorang yang memiliki ambisi yang tinggi dalam menduduki kekuasaan,dan ambisi nya tidak mengimbangi kemampuan dan potensi dalam melakukan kalkulasi politk, kemudian ikut mencalon kan diri  sebagai pejabat politik dan gagal, maka akan kalah segala-galanya.selain gagal menjadi pejabat politik begitu banyak harta-harta yang telah habis dengan seketika nya.dan mereka yang berhasil dan sukses dalam pemilihan lalu terpilih menjadi bupati, gubernur dll.miliki resiko yang sangat besar yaitu menjaga dan menjalankan amanah yang telah dipercaya oleh rakyat.

"Pemimpin bukan lah hanya tentang ambisi , tetapi potensi dan kemampuan serta amanah yang diperlukan untuk menjadi pemimpin".   WMA

Mereka yang belum banyak berbuat untuk rakyat dan kurang di kenal secara luas,tetapi ingin menjadi pejabat politik.Agar terpilih,Meraka mengiklan poster-poster mereka malaui televisi serta foto nya di jalanan.

Rakyat mendapatkan pelajaran bahwa bahwa jabatan ternyata bukan pengabdian, melainkan media untuk mendapatkan keuntungan.dalam pesta demokrasi biasa nya masih ada oknum-oknum yang mengunakan "money politik" mereka yang berani membayar akan mendapatkan suara.selama itu terus terjadi,bangsa ini tidak akan pernah maju,oleh karna itu teman-teman.selaku generasi penerus dan harapan bangsa maka kita tolak money politik.

  • "Indonesia masih punya harapan,harapannya bertumpuh kepada pemuda-pemuda Nya" WMA

 Jika demokrasi telah di rusak dengan cara membeli suara (money politik).Maka dapat di pastikan kita memilih calon pemimpin yang tidak berkompeten ,berpengalaman, mampu memimpin dan mensejahterakan rakyat.Dan money politik akan menimbulkan balas budi,hal itu lah yang membuat marak nya korupsi.

  • "Jika pemimpin pasang badan buat rakyat maka rakyat akan pasang badan untuk pemimpinnya."Anies Baswedan 

pada akhir-akhir ini ini,taatkala banyak orang berebut kursi kursi kekuasaan, maka kewibawaan pejabat politik di hadapan rakyat menjadi hilang.

Karna sudah diperjual belikan,maka jabatan dan kekuasaan tidak ubahnya barang dagangan di pasar. Tidak pernah ada kewibawaan di tengah pasar atau di tempat-tempat orang bertransaksi. Sesuatu yang bernilai tinggi di pasar bukan orang ,melainkan barang dan uang.Seperti itu lah taatkala kondisi jabatan dan kekuasaan jika sudah dipasarkan dan diperebutkan. 

Pedamaran 8 Desember 2019

Wahyu mukhtar asafurla

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun