Di tengah derasnya arus modernisasi, seni tradisi tetap menjadi penanda identitas dan akar kebudayaan. Kesadaran inilah yang melatar belakangi terselenggaranya Workshop Ragam Gerak Tari Banten "Sinuku Tunggal", hasil kolaborasi antara Dinas Pendidikan Kota Serang dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kota Serang. Kegiatan ini menjadi ruang pertemuan antara dunia pendidikan dan seni budaya dalam upaya memperkuat literasi seni tari di kalangan pendidik.
Acara dibuka secara resmi oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Serang, Ibu Hj. Evie Sofiah Usman, S.Pd., M.Pd., yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa guru memiliki peran strategis sebagai jembatan pelestarian budaya. Melalui pembelajaran seni tari, guru tidak hanya mengajarkan teknik dan gerak, tetapi juga menanamkan nilai-nilai estetika, kedisiplinan, dan kecintaan terhadap warisan daerah. "Seni budaya harus menjadi bagian dari karakter siswa. Tari bukan sekadar hiburan, tetapi media pendidikan nilai dan identitas," tutur beliau dengan penuh semangat.
Kegiatan yang diikuti oleh guru-guru Seni Budaya SMP se-Kota Serang ini menghadirkan pemateri dari DPD ASETI Provinsi Banten, yaitu Yogi Hadiansyah, M.Pd. selaku Ketua, Wiwin Purwinarti, M.Sn. sebagai Wakil Ketua I, dan Endang Suhendar, ST. sebagai Wakil Ketua II.
Ketiganya memberikan materi tentang ragam gerak tari Banten dengan pendekatan konseptual dan praktik, mengajak peserta memahami bahwa di balik setiap gerak tersimpan filosofi dan makna sosial yang kuat.
Materi nama gerak dalam Sinuku Tunggal adalah seperti Nadah, Nadeh, Nungkup, Sikut, Sinuku Tunggal, Merep Mulintir, Ngebunder, Selembar, Selup, Enjot, Encos, Tebas, Lamyahtalim, Katuran, Ngerungu (kanan, kiri, kembar), Dodok Sila dan Dodok Ningkat, Ngeguleng, Riyeg, Galeong, Ungklek, Mlayu, Taktakan, dan Pablang, jiket, Pasang.
Gerak dalam tari Banten bukan hanya ekspresi tubuh semata, tetapi narasi budaya yang menggambarkan kehidupan masyarakatnya. Dalam workshop ini, para peserta diajak menelusuri kekayaan gerak yang lahir dari berbagai daerah seperti Serang, Pandeglang, Lebak,  Cilegon  dan Tangerang masing-masing dengan karakter yang berbeda, tempo, dan nilai yang berbeda. Melalui latihan dan eksplorasi gerak, peserta menemukan bahwa keberagaman tersebut justru berpadu dalam satu kesatuan makna: kebersamaan dan harmoni, sebagaimana makna dari Sinuku Tunggal itu sendiri  "menyatu dalam gerak, bersinergi dalam rasa."
Sinergi antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  dan MKKS Kota Serang yang dipimpin oleh Bapak Rachmat Hardiyana, S.Pd. juga memperlihatkan bagaimana dunia pendidikan dapat menjadi wadah pembinaan seni budaya yang berkelanjutan. Workshop ini bukan hanya memperkaya wawasan tari, tetapi juga menjadi pijakan bagi guru untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis budaya lokal di sekolah. Gerak tari tradisional dijadikan sumber inspirasi dalam menciptakan karya baru yang tetap berakar pada nilai-nilai daerah.
Melalui kegiatan ini, para guru mendapatkan kesempatan untuk berefleksi bahwa seni tari tidak sekadar praktik artistik, melainkan proses memahami diri dan lingkungan. Tari mengajarkan keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan rasa; antara tradisi dan inovasi. Seperti gerak "Sinuku Tunggal" yang menyatukan ragam motif dalam satu irama, workshop ini juga menyatukan semangat pendidik untuk menjaga kesinambungan warisan budaya Banten.
Di penghujung kegiatan, semangat kebersamaan tampak jelas dalam setiap gerakan peserta yang menari bersama. Mereka tidak hanya menirukan gerak, tetapi juga menghidupkan makna  tentang persatuan, harmoni, dan kebanggaan terhadap budaya Banten.
Tunggal dalam gerak, ragam dalam makna bukan sekadar tema, tetapi cerminan dari upaya kolektif dunia pendidikan Kota Serang dalam menjaga denyut kehidupan seni tradisi di tengah tantangan zaman. Melalui kolaborasi, refleksi, dan semangat pelestarian, tari Banten akan terus bergerak dari panggung tradisi menuju ruang-ruang pembelajaran yang penuh makna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI