Mohon tunggu...
Inovasi

Terorisme Merusak Keluarga

25 Mei 2018   06:47 Diperbarui: 25 Mei 2018   14:14 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Terorisme adalah suatu permasalahan paham radikalisme yang dapat melanda siapapun didunia ini. Mulai dari orang terdekat yaitu keluarga. Doktrin paham radikalisme akan muncul dari siapa saja yang kemudian akan disebarkan melalui orang terdekatnya dalam jangka waktu yang sudah ditentukannya.

Seperti kasus bom bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga yang terjadi beberapa waktu lalu di tiga gereja di Surabaya. Pelaku yang bernama Dita Oepriarto mengajak istri beserta ke-empat anaknya untuk melakukan bom bunuh diri. Diketahui bahwa Dita sudah di brainwash sejak 30 tahun yang lalu. Berawal dari Dita yang mengikuti berbagai kegiatan pemikiran dan aktivis Islam, dari yang radikal sampai liberal. Pernyataan ini diungkapkan oleh Ahmad Faiz Zainuddin (teman Dita semasa sekolah) melalui akun facebooknya.

Fenomena keluarga teroris seperti itu bukanlah hal yang baru. Hal ini diungkapkan dalam tulisan Dr. Phil, Suratno, M.A, selaku peneliti terorisme dan Chairman The Lead Institut Universitas Paramadina, Jakarta. Ia menyebutkan bahwa kedekatan persaudaraan dan pernikahan lebih efektif digunakan oleh pelaku teroris untuk membentuk jaringan karena adanya pengaruh psikologi yang mengikat dan saling menguatkan satu sama lain. Saling menguatkan disini berarti afektif dan kognitif. Afektif karena kedekatan sebagai keluarga. Kognitif karena kedekatan itu dimanfaatkan untuk menjamin loyalitas dan sebagainya.

Koordinator Penelitian Intoleransi dan Radikalisme LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Cahyo Pamungkas menuturkan, strategi deradikalisasi keluarga bisa diimplementasikan melalui pendekatan psikologis dan sosial. Menurutnya, mencegah berkembangnya ideologi terorisme pada tingkat keluarga merupakan kunci utama untuk mencegah ideologi tersebut berkembang di masyarakat. Strategi deradikalisasi juga harus dilakukan melalui media sosial untuk melawan narasi-narasi kebencian dan kekerasan yang ada disana. Menurutnya, gerakan terorisme dilakukan tidak hanya gerakan fisik, tetapi juga penyebaran ideologi kekerasan di media sosial.

Untuk mengurangi tindak terorisme yang kian menjamur, mulailah dari pihak terdekat seperti keluarga. Dapat dilakukan dengan menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman didalam keluarga itu sendiri. Maka dari itu, segeralah lakukan hal tersebut demi keberlangsungan generasi masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun