Pernah enggak, sih, kamu menonton Netflix atau YouTube dalam bahasa Indoneisa tapi tetap mengaktifkan subtitle-nya? Kalau pernah, berarti kamu adalah salah satu bagian dari fenomena unik ini.Â
Di masa-masa sebelumnya, pembuat film atau kreator konten media sosial memberikan subtitle pada karya-karya mereka untuk tujuan inklusifitas dan aksesibilitas. Subtitle dihadirkan agar video atau film bisa dikonusmsi oleh orang dengan gangguan penderan. Bahkan, bagi orang yang pendengarannya normal, subtitle membantu saat menonton tanpa suara (mute) di tempat umum, seperti di transportasi umum.Â
Namun, kini semua berubah. Kita tidak hanya menggunakan subtitle untuk menonton video dalam bahasa asing, tetapi juga video dalam bahasa ibu kita. Bukan cuma, kamu, kok! Orang-orang di dunia mengalami hal serupa.Â
Ya, kita sering bilang "Hah?" atau "Coba ulang, tadi bilang apa dia?" saat menonton. Maklum banget, kok. Tapi, apa alasannya?
Sineas Pilih Kualitas Video, Bukan Audio
Data dari YouGov (2023) menunjukkan bahwa 61% orang-orang di usia 18-24 tahun menggunakan subtitle meski menonton video yang pakai bahasa ibu mereka. Sebanyak 31% orang yang berusia 25-49 juga melakukan hal serupa.Â
Hal ini rupanya disebabkan oleh industri perfilman atau kontren kreasi memang beralih fokus. Mereka lebih memilih memaksimalkan kualitas video atau akting (ekspresi) dari aktor dibandingkan kualitas audio. Banyak sineas memang masih memperhatikan audio, tapi lebih pada sound effect atau musik latar ketimbang suara aktornya sendiri.Â
Misalnya, kamu sedang menonton film horor, adengan aktingnya sedang kejar-kejaran. Nah, produser dan sutradara zaman sekarang itu lebih memilih aktor bisa mengekspresikan ketakutannya serta adegan terseok-seok itu. Suara? Mereka kini kurang peduli karena audiens pun kebanyakan lebih memilih mengapresiasi akting ketimbang suara.Â
Ya, kira-kira begitulah di kebanyakan film, dan itulah alasan kamu selalu hah heh hoh saat menonton. Tambahan lainnya kira-kira terkait keberagaman aksesn bahasa atau slang word berbagai daerah yang kadang tidak kita ketahui.Â
Pola Kebiasaan dan Fokus Manusia
Ilustrasi menonton Video On Demand Netflix. Foto: Tumisu/Pixabay

Alasan lainnya:Â attention spend.Â
Coba perhatikan konten media sosial yang menarik dan banyak comment atau likes-nya. Kebanyakan dari mereka menggunakan subtitle di videonya. Tujuan menghadirkan subtitle tersebut adalah agar audiens lebih lama menonton video mereka. Tidak hadirnya subtitle atau copy (teks) dalam video membuat audiens mudah beralih dan tidak fokus pada isi video.Â
Hal ini terkait dengan attiention spend manusia yang semakin lama semakin pendek. Tanpa hook yang bagus dan visual menarik, audiens akan mudah berlalu. Nah, subtitle dan copy jadi salah satu strategi.Â