Performa juara Premier League musim lalu, Liverpool sedang kurang meyakinkan. Tim yang bermarkas di Anfield itu mengalami kekalahan tiga kali berturut-turut hanya dalam waktu 9 hari.
Liverpool dua kali kalah berturut-turut di Premier League. Kemudian satu kali kalah di Liga Champions UEFA.
Liverpool mengalami kekalahan pertama di Premier League kala bertandang ke Selhurst Park, kandang Crystal Palace dalam pertandingan ke-6 Premier League (27/09). Saat itu Si Merah kalah 1-2 dari Si Elang.
Selang empat hari kemudian, Liverpool bertandang ke RAMS Park, kandang Galatasaray untuk menjalani pertandingan ke-2 "Babak Liga" Liga Champions (01/10). Liverpool kembali mengalami kekalahan. Si Merah kalah 0-1 dari tim wakil Turki itu.
Tiga hari kemudian Liverpool harus bertandang ke kandang Chelsea, Stamford Bridge untuk menjalani pertandingan ke-7 Premier League (04/10). Ya tadi malam, lagi-lagi Liverpool mengalami kekalahan. Si Merah kalah 1-2 dari Si Biru.
Akibat kekalahan dari Chelsea tersebut, Liverpool harus turun tahta dari puncak klasemen sementara Premier League. Liverpool kini menempati posisi kedua. Posisi pertama diambil alih Arsenal.
Kekalahan Liverpool sebanyak tiga kali berturut-turut tentu bukan sebuah kebetulan. Hal itu berarti ada sesuatu yang salah dari Si Merah, yang harus segera dievaluasi dan diperbaiki.
Ketiga kekalahan Liverpool, baik dari Crystal Palace, Galatasaray, atau Chelsea, memang semuanya dengan skor tipis dan berbau "kesialan". Tapi kekalahan tetap kekalahan.
Seperti ketika kalah dari Crystal Palace. Sampai menit ke-90+6 kedudukan masih imbang 1-1. Tapi di masa injury time menit ke-90+7, gawang Liverpool kembali kebobolan melalui gol telat Eddie Nketiah, sehingga kedudukan jadi 2-1 untuk keunggulan Palace.
Kemudian ketika kalah 0-1 dari Galatasaray di Liga Champions. Liverpool kalah melalui gol penalti Victor Osimhen di menit ke-16. Sialnya di menit ke-89 Liverpool yang "seharusnya" mendapat tendangan penalti dan berpotensi menyamakan kedudukan, malah dianulir oleh wasit.