Di era digital ini kita bisa mengakses informasi nyaris tanpa batas. Jutaan berita, opini, konten dengan mudah dan cepat hadir di hadapan kita hanya dengan satu klik, satu sentuhan saja.
Kemudahan mengakses informasi tentu membuat kita bisa mendapatkan apa yang kita cari dan kita inginkan. Hal itu dengan sendirinya membuat kita merasa senang dan nyaman. Namun di sisi lain hal itu membawa tantangan baru, yakni era post-truth.
Apa itu era post-truth? Era post-truth secara sederhana bisa diartikan sebagai suatu kondisi di mana fakta objektif atau kebenaran ilmiah seringkali kalah pengaruh dibandingkan emosi, opini pribadi, atau keyakinan subjektif dalam membentuk pandangan publik.
Di media sosial, sebuah kabar yang menyentuh emosi biasanya menyebar lebih cepat daripada klarifikasi berbasis data. Seperti berita bohong tentang kesehatan atau politik seringkali lebih viral dibandingkan dengan informasi resmi dari lembaga yang otoritatif.
Situasi tersebut bisa membuat masyarakat terjebak dalam arus informasi palsu, hoaks, dan provokasi. Dengan demikian literasi digital menjadi sangat penting agar kita, masyarakat tetap cerdas bermedia.
Literasi digital bisa dimaknai sebagai kemampuan untuk mengakses, memahami, mengevaluasi, dan memproduksi informasi di ruang digital secara bijak. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah terjebak hoaks, mendorong sikap kritis, menjaga etika bermedia, dan untuk membangun ruang digital yang sehat.
Dengan literasi digital kita, masyarakat terbiasa untuk memverifikasi kebenaran informasi sebelum percaya atau menyebarkannya. Kemudian juga melatih kita, masyarakat untuk tidak menelan informasi mentah-mentah, tetapi terlebih dahulu menganalisis konteks, sumber, dan kepentingannya.
Selain itu literasi digital juga mengajarkan pentingnya sikap bertanggung jawab agar kita tidak asal menyebarkan informasi yang bisa dan mungkin merugikan atau membahayakan pihak lain.
Lebih jauh lagi masyarakat yang melek digital akan mampu menciptakan interaksi positif di media sosial, sehingga ekosistem informasi lebih sehat.
Pertanyaannya, bagaimana strategi untuk meningkatkan literasi digital? Hal itu bisa melalui bebarapa hal. Antara lain dengan pendidikan formal dan informal, keterlibatan keluarga, kolaborasi berbagai pihak, dan penggunaan teknologi verifikasi.