Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pertanyaan Horor Bagi Jomblo, "Kapan Menikah?"

19 Februari 2024   20:35 Diperbarui: 19 Februari 2024   20:39 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Gambar oleh 99mimimi dari Pixabay 

Sebut saja namanya Alisa, seorang gadis desa berusia 26 tahun lebih sedikit. Akhir-akhir ini Alisa lebih menutup diri. Ia membatasi diri melakukan aktivitas di luar rumah bersama teman atau tetangga. Alisa juga jarang menghadiri kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti pesta pernikahan misalnya.

Bahkan Alisa tidak mau ikut ketika orang tuanya mengunjungi karib kerabat yang bermaksud mengadakan kenduri atau hajatan misalnya. Pokoknya Alisa jadi cenderung introvert. Padahal sebelumnya tidak.

Usut punya usut, ternyata ada yang ditakutkan oleh Alisa. Sebagai seorang jomblo Alisa takut jika bertemu teman, tetangga, atau kerabat, mereka ada yang bertanya, "Kapan menikah?"

Pertanyaan, "Kapan menikah?" bagi seorang jomblo seperti Alisa adalah sebuah pertanyaan horor. Pertanyaan itu ibarat palu godam yang menghantam dengan keras. Pertanyaan itu jadi beban cukup berat baginya.

Teman-teman seusia Alisa memang semuanya telah menikah. Bahkan banyak diantaranya yang sudah memiliki anak. Alisa sudah "tidak punya" teman seusia lagi.

Dalam budaya sebagian (besar?) masyarakat desa, seorang gadis yang belum menikah di usia lebih dari 25 tahun memang dianggap ketuaan dan merupakan "aib". Mereka akan dilabeli sebagai "perawan tua". Sebab pada umumnya gadis desa sudah menikah di usia belia, di usia belasan tahun.

Bagi sebagian orang, apalagi bagi mereka yang berpikiran terbuka, modern, dan terdidik, kasus Alisa mungkin terlihat aneh. Masa gara-gara di usia 26 tahun belum menikah jadi menutup diri dan jadi insecure. Tapi bagi masyarakat yang masih tradisional, kasus seperti itu memang faktual.

Bagi mereka yang berpikiran terbuka, modern, dan terdidik, "terlambat" menikah bukanlah beban dan "aib". Mereka menyikapinya biasa saja. Bahkan tak jarang ada diantara mereka yang sengaja memperlambat atau menunda menikah.

Alasannya bermacam-macam. Mungkin karena alasan pendidikan, keluarga, ekonomi, kesehatan, atau mungkin "gaya hidup", dan lain-lain.

Terlambat atau tidak terlambat untuk menikah di usia tertentu adalah sebuah persepsi subjektif. Hal itu tergantung nilai-nilai budaya, norma sosial, dan preferensi pribadi atau individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun