Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Idul Fitri, Kembali kepada Kejadian Asal Manusia

10 Mei 2021   13:57 Diperbarui: 10 Mei 2021   14:20 1632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jiwa manusia pada mulanya bersih seperti bayi baru lahir (sumber : pixabay.com)

Bulan Ramadan beberapa saat lagi akan segera berakhir. Setelah itu umat Islam akan merayakan hari Raya Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal.

Namun perayaan Idul Fitri tahun ini mungkin tidak jauh berbeda dengan perayaan Idul Fitri tahun sebelumnya. Mengingat saat ini negara kita masih dalam situasi pandemi covid-19 (virus corona). Segala kegiatan, segala aktivitas masih terbatas demi menjaga agar tidak ada penyebaran baru virus corona.

Oleh karena itu bisa dipahami jika pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan untuk mudik hari Raya Idul Fitri. Hal itu sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Satgas (Satuan Tugas) Penanganan covid-19 Nomor 13 Tahun 2021.

Kemudian demi mencegah penyebaran covid-19, Menteri Agama pun menerbitkan panduan penyelenggaraan Salat Idul Fitri di saat pandemi. Panduan tersebut tertuang dalam Surat Edaran  Nomor 07 Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan Salat Idul Fitri Tahun 1442 H/2021 M di saat Pandemi Covid.

Dalam panduan yang dikeluarkan oleh Menteri Agama tersebut, antara lain dijelaskan bahwa salat Idul Fitri bisa dilakukan di masjid, mushola, lapangan, atau rumah dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Namun jamaah salat Idul Fitri tidak boleh melebihi 50% dari kapasitas tempat.

Ketentuan mengenai Idul Fitri itu hanya berlaku untuk zona kuning dan hijau. Sedangkan untuk zona merah dan oranye,  salat Idul Fitri sebaiknya dilakukan di rumah masing-masing.

Dalam hal tersebut pemerintah tentu tidak bermaksud mempersulit atau menghalang-halangi  kegiatan umat Islam menjalankan ajaran agamanya. Hal itu semata-mata demi pencegahan penyebaran covid-19.

Idul Fitri, baik dalam situasi pandemi atau dalam situasi normal secara essensial sejatinya sama. Hal yang berbeda adalah aksidentalnya.

Oleh karena itu  umat  Islam harus kembali kepada esensi dari Idul Fitri. Hal itu bisa dimulai  dari  memahami kembali makna Idul Fitri sendiri.

Secara etimologis Idul Fitri berasal dari dua kata, yaitu 'id dan fitri. Kata 'id memiliki banyak arti antara lain "menengok",  "menjenguk",  dan juga "kembali". Selain itu kata 'id juga bisa diartikan dengan "siklus"atau "putaran".

Sebagaimana kata 'id, kata fitri juga mengandung banyak arti. Antara lain "asal kejadian", "kesucian", dan "agama yang benar".

Berdasarkan makna etimologisnya, Idul Fitri sering diartikan sebagai "kembali kepada kesucian". Mungkin arti Idul Fitri tersebut adalah yang paling dikenal oleh masyarakat muslim Indonesia dan yang paling sering digunakan. Namun ada juga yang memahami Idul Fitri dengan arti lain.

Mengapa Idul Fitri banyak diartikan sebagai "kembali kepada kesucian"? Selain karena (salah satu) arti Idul Fitri demikian, juga hal itu bisa dipahami sebagai sebuah keinginan atau harapan umat Islam pada tanggal 1 Syawal setelah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh jiwa mereka kembali menjadi bersih.

Bulan Ramadan selain disebut sebagai bulan penuh kebaikan dan penuh berkah, juga disebut sebagai bulan penuh ampunan. Orang-orang yang menjalankan ibadah puasa  selama sebulan penuh dengan penuh keimanan dan menjalankan kewajiban-kewajiban  lainnya, akan diampuni semua dosanya,

Diampuni dosa artinya jiwa seseorang akan menjadi bersih. Sebab dosa  adalah kotoran yang melekat pada jiwa. Dengan demikian orang-orang yang menjalankan ibadah puasa  selama sebulan penuh dengan penuh keimanan dan menjalankan kewajiban-kewajiban  lainnya pada tanggal 1 syawal atau pada saat Idul Fitri jiwanya menjadi bersih.

Kemudian mengapa ada kata "kembali" dalam kalimat "kembali kepada kesucian"? Dalam pandangan Islam semua manusia pada dasarnya, pada mulanya suci, bersih dari segala dosa seperti bayi yang baru dilahirkan. Namun setelah dewasa manusia kemudian melakukan beberapa kesalahan dan dosa sehingga jiwanya menjadi kotor.

Dengan begitu, ketika pada saat Idul Fitri tanggal 1 Syawal umat Islam menjadi bersih jiwanya dari dosa, pada  hakikatnya telah kembali kepada kesucian. Itulah esensi dari Idul Fitri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun