Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jihad Literasi demi Membaiknya Iklim Informasi

5 November 2020   21:16 Diperbarui: 5 November 2020   21:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: bengkuluekspress

Media sosial pada masa kini bukan lagi sebagai hal yang sulit untuk dimiliki. Hampir semua masyakat Indonesia yang berusia kurang dari 17 tahun maupun yang tua, pasti memilikinya. Mereka memakainya dengan bermacam motifasi, semisal orang tua kita bahkan kakek nenek kita mungkin punya facebook yang mereka pakai untuk bertemu teman lama; teman semasa SMA atau kulian bahkan untuk mencari dan bertemu dengan teman zaman sekolah dasar maupun sekolah menengah.

Para senior itu umumnya juga punya whatsapp grup SMA atau grup kuliah untuk menyapa dan bersilaturahmi. Grup-grup seperti ini juga dimiliki oleh generasi yang lebih muda seperti gruppecinta seni, grup anggota futsal atau karate, grup ibu-ibu pengajian di lingkungan rumah, atau grup walimurid sekolah anak-anak kita.

Beberapa yang lebih muda semisal generasi X dan millennial, lebih memilih punya instagram atau twitter untuk beriinteraksi. Sekadar memamerkan nasi goreng bikininan istri maupun berbagi keceriaan  bersama keluarga saat berlibur di Bali. Atau beberapa dari mereka memilih twitter untuk menuangkan pendapatnya soal politik atau sepakbola.

Sementara lainnya termasuk generasi Z yang mungkin masih berusia dibawah 21 tahun umumnya penyukai line atau youtube disamping beberapa platform lainnya. Mereka lebih piawai soal digital dibandingkan generasi-generasi sebelumnya, meski mereka juga umumnya agak sulit untuk menggunakan platform media sosial secara benar.

Dari semuanya itu, masih banyak dari kita yang sebenarnya akrab dengan dunia digital tapi tidak terlalu paham dengan penggunaan dan pemanfaatan dengan benar sehingga muncul disinformasi yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Begini contohnya, semisal kita membaca sebuah berita yang berbunyi "Permukaan air Samudra Hindia naik, pesisir selatan pantai Indonesia diminta waspada". Judul berita itu seakan menunjuk bahwa tsunami mengancam pesisir selatan Indonesia. Karena panic atau terbiasa berbagi berita tanpa mnegeceknya dahulu, berita dan tautannya itu tersebar dengan cepat dan menjadi viral.

Namun kemudian pihak berwenang membantahnya dan menyatakan bahwa kalimat itu adalah hasil penelitian seseorang atau satu pihak yang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Namun masyarakat sudah terlanjur heboh dan berita itu sempat membuat panic banyak orang terutama yang bermukim di pesisir selatan Indonesia.

Dari contoh kecil ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa sebuah berita yang tersebar melalui media sosial tidak cukup hanya dengan membaca judulnya saja tanpa membaca tubuh beritanya. Kemudian, setelah membaca tubuh berita kia juga harus mengecek dari dua atau tiga situs lain soal issue tsunami itu. Ini akan membantu kita untuk menyakini bahwa berita itu benar, provokasi atau hoax.

Inilah sebagian kecil dari proses literasi kita dan bahwa sedikit orang yang meski akrab dengan sosial media dan digital tapi tidak punya kemampuan untuk memverifikasi sebuah berita. Minimnya kemampuan ini membuat kita sering terjebak pada berita-berita yang bersifat hoax atau provokasi.

Karena itu, bagi kita yang mungkin punya akses dan kemampuan untuk melakukan proses pengecekan data, mungkin perlu untuk menumbuhkan kesadaran pengecekan itu kepada masyarakat lainnya. Dengan begitu masyakarakat kita tidak terjebak pada kubangan hoax dan disinformasi yang parah.

Berjihad literasi penting untuk mewujudkan iklim informasi yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun