Tiga tahun terakhir ini kita 'bertemu' dengan pelaku terorisme yang melibatkan diri dengan aksi bom bunuh diri. Mungkin kita ingat seorang muda yang mencoba meledakkan pos polisi yang berada di kartasura, Sukoharjo Jawa Tengah pada pertengahan tahun 2019.
Pelaku, yang kemudian diketahui bernama Rofik yang masih berumur 21 tahun adalah pemuda yang mencoba menyerang pos polisi dengan meledakkan diri melalui bom yang dia sandang di dadanya. Bom secara premature meledak dan Rofik terluka tapi tidak meninggal.
Rofik yang rumahnya hanya 500 meter dari sasaran peledakan bomnya meyakini bahwa dia meledakkan  sesuatu yang dianggap 'musuh'.  Pemerintah dalam hal ini polisi dianggap thaghut dan harus dibasmi. Salah satunya yaitu menyerang dengan meledakkan diri.
Sama halnya dengan bom Sarinah yang terjadi awal 2016 silam. Kelompok yang diketuai oleh Bahrun Naim meledakkan setidaknya empat sasaran di sekitar jalan thamrin diantaranya adalah Starbuck dan pos polisi. Keduanya dianggap thaghut dan kafir. Empat pelaku tewas di tempat setelah meledakkan sasaran itu. Mereka anggap apa yang mereka lakukam itu adalah jihad ala mereka.
Yang terakhir adalah bom Medan yang dilakukan oleh RMN masih berusia 23 tahun meski dia sudah menikah dan punya tiga anak. RMN menyasar kantor polisi yang sedang ramai melayani masyarakat dan dia meledakkan diri di situ.
Dari beberapa gambaran di atas, para pengantin yang membawa bom bunuh diri adalah para pemuda di bawah 30 tahun. Menjadi istimewa karena mereka mau mempertaruhkan nyawa untuk faham yang mereka anggap sebagai benar. Faham yang bernama radikalisme itu berubah menjadi terrorism, manakala apa yang dilakukan oleh mereka membuat orang lain menjadi korban atau membuat orang lain takut pada mereka.
Bagaimana upaya kita menyelamatkan generasi muda bangsa dari doktrin radikalisme ?
Saya pikir salah satu caranya adalah dengan belajar agama dengan bimbingan mentor yang moderat dan bukan radikal. Mentor moderat akan mmbuka mata kita soal bagaimana seharusnya ibadah yang benar dan disukai Allah SWT sehingga bisa menterjemahkan kaum kafir dan thaghut dengan baik. Karena dengan belajar agama secara komprehensif makan kita akan paham bahwa Islam sama sekali tidak mengajarkan kekerasan, malah kelembutan dan kedamaian.