Kabupaten Bandung Barat, 15 Juli 2025 - Dalam rangka mendorong peran ibu sebagai agen perubahan dalam penanggulangan stunting, Tim Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar pelatihan perdana Duta Stunting di PKBM Ash-Shodiq, Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi tahun kedua penelitian yang berjudul “Model Partisipatif Peningkatan Ibu sebagai Duta Stunting dalam Menyiapkan Generasi Emas 2045,” yang didanai oleh BRIN dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui skema Riset Inovasi Indonesia Maju, dengan nomor kontrak 116/KS/11/2023 dan 2099/UN40.D/PT.01.03/2023.
Pelatihan ini dipimpin oleh Dr. Yanti Shantini, M.Pd selaku ketua tim peneliti dari Universitas Pendidikan Indonesia, bersama dengan anggota peneliti lainnya yaitu Wuri Prasetyawati, M.Psi., Ph.D., Dosen dan Peneliti dari Universitas Indonesia, serta empat peneliti dari BRIN yaitu Dr. Dra. Etty Sisdiana, Noor Soeseno Vijaya Krishna Nanji, M.A, Dra. Suci Paresti, dan Renni Diastuti, S.Si., M.Si. Selain itu, tim juga melibatkan peneliti dan dosen dari Universitas Siliwangi yaitu Indri Ayu Widianti, M.Pd. Pelaksanaan pelatihan turut dibantu oleh enam mahasiswa Program Studi Pendidikan Masyarakat UPI yang tergabung sebagai tim lapangan atau research assistant, yaitu Nurul Ilmi Apriliani, Witri Dian Rafani, Salma Alya Fauziyah, Marjani Tsauri Ernanto, Naia Maelani, dan Revaline Alviadi.
Kegiatan dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Juli 2025, pukul 11.00 hingga 13.00 WIB, bertempat di ruang kelas PAUD PKBM Ash-Shodiq. Acara dibuka secara resmi dengan sambutan dari pimpinan lembaga, Ibu Irna, yang menekankan pentingnya pemberdayaan komunitas perempuan dalam isu kesehatan dan pengasuhan anak. Sambutan juga disampaikan oleh perwakilan tim mahasiswa, yang menggarisbawahi pentingnya sinergi antara peneliti, mahasiswa, dan masyarakat dalam menciptakan perubahan yang berkelanjutan. Kegiatan ini dihadiri oleh 13 peserta perempuan yang berasal dari berbagai latar belakang tokoh masyarakat, di antaranya kader posyandu, guru PAUD, pengurus PKK, komite sekolah, serta pimpinan lembaga PAUD.
Pelatihan ini mengadopsi pendekatan berbasis model yaitu Cascade Model of Community Engagement via Social Media for Maternal and Child Health. Model ini menekankan perubahan pendekatan dari yang sebelumnya bersifat top-down menjadi bottom-up, melalui pemberdayaan komunitas yang dimulai dari tokoh lokal. Dalam model ini, kader dan tokoh masyarakat dilatih terlebih dahulu sebagai fasilitator utama (health cadre) yang kemudian akan melibatkan dan melatih para ibu lainnya agar menjadi duta stunting di lingkungannya masing-masing. Tujuan akhirnya adalah menciptakan gerakan ibu sebagai agen edukasi komunitas yang aktif dan berdaya melalui media sosial, dengan mengusung tagline “Bunda Berdaya, Berdampak”.
Materi pelatihan diawali dengan pengenalan konsep duta stunting sebagaimana dimaksud dalam model yang dikembangkan oleh tim peneliti. Peserta mendapatkan pemahaman mengenai pentingnya pelibatan komunitas dan strategi edukasi berbasis pengalaman (experience-based content). Karena pelatihan ini berorientasi pada transformasi digital komunitas, maka materi difokuskan pada pelatihan teknis berupa penyusunan content planner dan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan konten edukatif yang akan dibagikan melalui media sosial. Tujuannya agar para peserta tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga mampu memproduksi konten yang relevan dan kontekstual sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar.
Para peserta diperkenalkan dengan beragam peran duta yang dapat mereka jalankan berdasarkan potensi dan ketertarikan masing-masing. Adapun jenis duta yang dikenalkan meliputi Duta Lingkungan, Duta Makanan Sehat, Duta Tumbuh Kembang Anak, dan Duta Pengembangan Diri Ibu. Di akhir sesi, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk memilih jenis peran duta yang ingin mereka kembangkan. Masing-masing kelompok kemudian diberi tugas untuk menyusun rencana konten (content planner) yang akan diimplementasikan secara bertahap di media sosial sebagai bagian dari kampanye digital komunitas.
Pelatihan ini merupakan pertemuan pertama dari lima sesi yang telah dirancang dalam kerangka implementasi model. Sesi-sesi selanjutnya akan mencakup pendalaman materi, pendampingan pembuatan konten, uji coba penyebaran konten melalui media sosial, serta evaluasi berbasis umpan balik dari komunitas. Melalui pendekatan ini, tim peneliti berharap akan lahir gerakan kolektif ibu-ibu yang tidak hanya sadar akan pentingnya pencegahan stunting, tetapi juga mampu menjadi pelopor perubahan perilaku di lingkungan mereka melalui narasi dan aksi nyata yang dibagikan secara luas.
Kegiatan ini menjadi langkah konkret dalam upaya mewujudkan generasi emas 2045, dengan memperkuat kapasitas digital dan kepemimpinan perempuan di tingkat akar rumput. Selain memperkaya metode intervensi stunting yang lebih partisipatif dan kontekstual, model ini juga membuka ruang kolaborasi antara dunia akademik, peneliti, mahasiswa, dan masyarakat dalam menciptakan inovasi sosial yang berdampak luas dan berkelanjutan.