Mohon tunggu...
Biso Rumongso
Biso Rumongso Mohon Tunggu... Jurnalis - Orang Biyasa

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan diingat 📝📝📝

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lima Jam Bermalam di TPU Jeruk Purut

27 Mei 2011   13:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:08 2138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkan Anda bermalam di kuburan, meski kuburan itu di berada di perkotaan. Turyadi, seorang pemilik usaha rental mobil di Depok, mengalaminya.

Ketika itu tujuh dari 10 mobil rentalnya masuk perangkap mafia penggadaian. Nah, dalam pelacakan melalui jaringan sesama pengusaha rental danmelalui perangkat Global Positioning System (GPS) diketahuilah salah satu mobilnya berada di sekitar Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut.

Maka diputuskankan untuk mengambil alih mobilnya malam itu juga. Tentu saja Turyadi tak sendirian, tapi membawa dua orang lain, satu teman satu pekerja free lance. Mereka berangkat tengah malam dan tiba di lokasi TPU, Jalan Benda Atas, Cilandak, Jaksel sekitar pukul 00.30.

“Kami langsung menyisir kuburan yang sudah sepi itu seolah tanpa rasa takut. Ternyata di sekelilingnya banyak rumah-rumah. Setiap garasi kami tengok untuk mengetahui keberadaan mobil. Setelah beberapa lama kami memperkirakan mobil itu berada di sebuah rumah yang memiliki garasi besar,” tutur Turyadi mengawali kisahnya.

Setelah memperkirakan posisi tentu saja giliran berikutnya adalah bersabar menunggui kapan mobil itu keluar dari garasi rumah yang diperkirakan sebagai kos-kosan itu. Mereka tak mungkin menggeledah rumah karena tak memiliki dasar hukum. Lagipula perkiraan mereka bisa salah. Ketepatan pelacakan GPS tak sampai 100 persen.

Sambil menunggu waktu, Turyadi dan kawan-kawannya kembali bergerak menyisir kuburan untuk memetakannya. Sampailah mereka ke sebuah lokasi dimana berdiri kokoh sebuah pohon beringin besar. Nah, saat itulah bulu kuduk mereka tiba-tiba langsung merinding. Ketakutan menyergap. Film hantu Jeruk Purut langsung melintas di kepala mereka. Kata orang-orang hantu makam memang berkumpul di pohon besar itu. Hantu paling terkenal di TPU itu adalah hantu tanpa kepala.

Mungkin untuk menutupi rasa takut salah seorang teman Turyadi dengan spontan berteriak-teriak, “Mana hantunya-mana hantunya!” Turyadi tak sadar menimpali, “Ayo, gabung dengan kami Bung Hantu.”

Hantu memang tak tampak. Namun bayangan hantu seperti bermunculan. “Kalau bukan karena soal periuk nasi, saya lebih baik kabur dari TPU itu,” ujar bapak empat anak itu.

Mereka segera menjauhi pohon angker tersebut. Selanjutnya, setelah mengenal peta TPUJeruk Purut yang ternyata memiliki dua pintu masuk, mereka pun membagi tugas di tiga titik. Dua di masing-masing pintu keluar. Turyadi sendiri di depan rumah bergarasi besar.

Dengan kondisi kantuk dan agak takit, mereka bertiga bersabar menunggui mobil rental yang dibawa seorang penggadai . Penggadai tersebut tentu saja tak dikenalnya. Turyadi hanya berhubungan dengan penyewa yang ternyata digadaikan ke orang lain tanpa sepengetahuannya. Padahal si penyewa itu kini kabur entah kemana. Tak ada jalan lain baginya selain memulangkan mobil itu secara paksa.

Ketika waktu menunjukkan pukul 05.00 ia segera menugasi kawannya untuk mencari warnet 24 jam guna mengetahui posisi mobil miliknya melalui GPS. Butuh waktu setengah jam untuk menuju warnet yang berlokasi sekitar 2 km. Begitu sampai dan berkomunikasi, mobil yang diburu tersebut sudah bergerak.

Rupanya garasi tersebut memiliki dua pintu. Lewat pintu yang tak terjaga itulah mobil tersebut bisa lolos.

Saat itu juga mereka langsung bergerak. Di sekitar Jagakarsa mereka akhirnya mendapatkannya. Tanpa perlawanan karena Turyadi dan kawan-kawan menunjukkan surat-surat kepemilikan lengkap, mobil itu pun berhasil diambil alih.

“Tak sia-sia bermalam lima jam di kuburan,” tutur Turyadi mengakhiri kisahnya.

[caption id="attachment_110604" align="alignnone" width="1024" caption="suasana malam di TPU Jeruk Purut (google.com)"][/caption] *****

Menjalani bisnis penyewaan mobil atau mobil rental memang tak segampang seperti dibayangkan. Mereka tak hanya berurusan dengan penyewa, tapi juga penjahat terutama kejahatan penggadaian yang sudah masuk kategori mafia. "Boleh dibilang jaringan mafia yang mengincar mobil sewaan itu sudah ada di setiap kecamatan di Jabodetabek. Kalau kita sendirian, mana mungkin kita bisa menghindari mereka," kata Turyadi.

Asosiasi yang kemudian diberi nama Asosiasi Pengusaha Rent A Car Indonesia (ASPRI)terbentuk pada 28 Februari dan Turyadi terpilih sebagai ketuanya. Semula hanya beranggotakan 10 orang, kini sudah memiliki 35 anggota yang tersebar di wilayah Depok, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Tangerang (Banten).

"Sekarang kami siap menghadapi Mafia," ujar Turyadi lagi, mantan wartawan yang juga tetangga rumahku.

[caption id="attachment_110689" align="alignleft" width="300" caption="Mobil-mobil rental anggota ASPRI dalam sebuah pertemuan di Depok beberapa waktu lalu. (foto: istimewa)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun