Mohon tunggu...
Wisastra Mardjohan
Wisastra Mardjohan Mohon Tunggu... Editor - Internet Marketer

Sebagai internet marketer, sejak 2007 - certified by Google analytics. Research Keyword - Smart Narative & Branding.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudut Pandang

4 Januari 2020   11:40 Diperbarui: 4 Januari 2020   11:37 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. (Kis 13:22)

Daud pernah melakukan perbuatan keji, tetapi kenapa Hati Allah bisa tertambat kepada-Nya?  Di manakah letak keistimewaan Daud, sehingga dia berhasil merebut Hati Bapa?

Peristiwa-peristiwa yang dialami Daud sungguh luar biasa. Dan Allah memakai semua peristiwa itu untuk menyingkapkan hati Daud yang sebenarnya. Ketika Isai menunjukkan ketujuh anaknya, tanpa menyertakan Daud di hadapan Samuel; Hati Daud tidak meradang karena perlakuan diskriminatif itu.

Setelah Daud mengalahkan Goliat, gadis-gadis Israel menyanyi berbalas-balasan, "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa. Nyanyian itu di satu sisi menguji Daud, tapi di sisi lain menguji Raja Saul.  

Seperti dikatakan Amsal 27:21, "Orang dinilai menurut pujian yang diberikan kepadanya." Daud tidak menjadi "GR" oleh pujian tersebut. Sebaliknya,  Saul menjadi "BAPER" karena nyanyian tersebut. Lirik nyanyian itu telah menyingkap hati Saul yang sebenarnya penuh iri.     

Seandainya, Anda dan seorang teman mendapat tugas dari atasan untuk membereskan suatu masalah. Setelah terlaksana dengan baik; Sang atasan hanya memberikan apresiasi kepada teman Anda, sedangkan Anda diabaikan begitu saja. Bagaimana perasaan Anda? Apakah hatimu meradang gara-gara itu?  

Jika ya, peristiwa itu  telah menyingkapkan bahwa di hati kita masih ada yang tidak beres. Dalam kasus yang sama, Kain telah membunuh Habel. Semua itu berakar dari Inferiority Complex. "Senang melihat orang lain susah;  susah melihat orang lain senang."  Bukan jiwa yang sehat seharusnya nothing to hide & nothing to proof. 

Suatu saat ketika Raja Daud sedang dalam pelarian karena pemberontakan Absalom, dia bertemu dengan Simei kerabat Raja Saul yang terus-menerus mengutuki Daud dan melemparinya dengan batu. 

Lalu Abisai, anak Zeruya mohon izin kepada Daud untuk menghabisi Simei dengan sekali tebas saja, tetapi  apa reaksi Daud? "Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?" (II Samuel 16:10)

Dari sini kita menemukan sudut pandang Daud, bahwa ia tidak mau berurusan dengan manusia. Karena bagi dia: Goliat, Simei, Saul, Absalom dll. Bukanlah siapa-siapa. Mereka hanyalah orang-orang yang TUHAN izinkan untuk menguji hatinya. Itu sebabnya dalam setiap perkara Daud hanya mau berurusan langsung dengan TUHAN sang Master of life.     

Sudut pandang yang salah membuat kita terjebak konflik diri yang berkepanjangan. Sudut pandang yang benar memerdekakan kita (Roma 8:28). 

GBU all the best.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun