Mohon tunggu...
Muhammad Adi Sultan Wirayuda
Muhammad Adi Sultan Wirayuda Mohon Tunggu... Mahasiswa D3 Elektromedis Poltekkes Jakarta 2

Mahasiswa D3 Elektromedis Poltekkes Jakarta 2

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membingkai Elektromedis sebagai Profesi: Etika, Profesionalisme, dan Tanggung Jawab Moral

23 Mei 2025   09:17 Diperbarui: 23 Mei 2025   09:17 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Elektromedis bukan sekadar pekerjaan teknis. Ia adalah profesi yang memadukan keahlian teknologi dengan tanggung jawab kesehatan manusia. Dalam dunia kedokteran modern, peran tenaga elektromedis semakin krusial. Mereka bukan hanya memastikan alat medis berfungsi dengan baik, tetapi juga menjamin akurasi diagnosis, keamanan pasien, hingga efektivitas terapi yang diberikan oleh dokter. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan institusi kesehatan untuk melihat elektromedis bukan sebagai teknisi semata, melainkan sebagai profesional yang memiliki pijakan etika dan standar tinggi.

Untuk memahami posisi strategis tenaga elektromedis, kita perlu terlebih dahulu memaknai apa itu profesi, profesional, dan profesionalisme. Profesi adalah suatu bidang kerja atau pelayanan yang memerlukan pengetahuan khusus, biasanya diperoleh melalui pendidikan formal dan pelatihan yang panjang. Profesi menuntut keahlian yang tidak bisa digantikan oleh sembarang orang. Sementara itu, profesional merujuk pada individu yang menjalankan profesinya dengan standar tertentu---bukan hanya dari sisi teknis, tapi juga dari aspek moral dan etika. Profesionalisme, lebih jauh lagi, adalah sikap dan komitmen berkelanjutan seorang profesional dalam menjaga mutu kerjanya, menghormati aturan main, serta bertanggung jawab kepada publik dan diri sendiri.

Dalam konteks tenaga elektromedis, ketiganya saling terkait erat. Mereka tidak hanya harus menguasai sistem kelistrikan, perangkat imaging, atau pemrograman alat terapi. Mereka juga dituntut untuk bekerja berdasarkan pedoman yang menjamin keselamatan pasien dan efisiensi kerja klinis. Ketika seorang elektromedis memastikan bahwa defibrillator berfungsi optimal, atau bahwa alat MRI telah dikalibrasi dengan tepat, ia sedang menjalankan profesinya secara profesional. Bukan semata-mata karena itu tugasnya, tetapi karena ada konsekuensi langsung terhadap keselamatan manusia.

Etika profesi menjadi aspek yang tak bisa dilepaskan dari dunia elektromedis. Etika profesi adalah nilai-nilai moral yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas profesi tertentu. Ia berbeda dari etika umum karena dirancang khusus untuk merespons situasi, tanggung jawab, dan risiko dalam profesi tertentu. Dalam dunia elektromedis, etika profesi menuntut integritas, kejujuran dalam pelaporan hasil uji alat, keterbukaan terhadap kesalahan, serta komitmen untuk menjaga kerahasiaan data pasien yang mungkin terekam dalam alat-alat digital.

Kode etik profesi elektromedis berfungsi sebagai perpanjangan dari etika profesi itu sendiri. Ia memuat prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh setiap tenaga elektromedis dalam berbagai situasi kerja. Misalnya, kewajiban untuk melaporkan alat yang tidak layak pakai, larangan memanipulasi hasil pengukuran, hingga sikap profesional dalam menghadapi tekanan dari pihak manajemen atau medis. Kode etik ini bukan hanya sekumpulan aturan, melainkan jati diri kolektif para profesional elektromedis dalam menjaga marwah profesinya.

Tanpa etika dan kode etik, profesionalisme akan kehilangan arah. Tenaga elektromedis bisa saja ahli secara teknis, tetapi jika mengabaikan keselamatan pasien atau bekerja berdasarkan pesanan bukan pada fakta, maka ia telah melanggar prinsip dasar profesionalisme. Oleh karena itu, institusi pendidikan, rumah sakit, dan organisasi profesi memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai-nilai ini sejak awal. Pendidikan etika tidak boleh hanya menjadi pelengkap di kelas, melainkan harus menjadi bagian hidup dari praktik sehari-hari.

Di tengah pesatnya kemajuan teknologi medis, tuntutan terhadap tenaga elektromedis juga semakin kompleks. Profesionalisme tidak lagi cukup hanya ditunjukkan dengan kemampuan memperbaiki alat. Kini, dibutuhkan keterampilan komunikasi, pemahaman hukum kesehatan, serta kecakapan bekerja sama lintas disiplin. Di sinilah nilai-nilai etika dan kode etik berperan sebagai kompas moral yang menjaga agar setiap inovasi dan tindakan tetap berpihak pada keselamatan serta martabat manusia.

Elektromedis bukan profesi yang bebas dari tekanan. Ada dilema etis, konflik kepentingan, dan tuntutan efisiensi yang bisa bertabrakan dengan prinsip moral. Namun justru karena itu, mereka perlu memperkuat identitas profesionalnya dengan menjunjung tinggi etika profesi. Ketika profesionalisme bertemu dengan integritas, maka lahirlah pelayanan elektromedis yang tidak hanya andal secara teknis, tetapi juga layak dipercaya secara moral.

Dengan memahami dan menginternalisasi makna profesi, profesional, dan profesionalisme serta menjalankan etika dan kode etik profesi dengan konsisten, tenaga elektromedis akan benar-benar hadir sebagai mitra strategis dalam sistem kesehatan. Bukan sebagai pelengkap di ruang alat, melainkan sebagai penjaga keandalan teknologi yang mendukung keselamatan setiap nyawa manusia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun