Mohon tunggu...
Muhammad Wira Pratama
Muhammad Wira Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa yang tengah bekecimpung di program studi HI

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana AS Seharusnya Bertindak dalam Isu Migrasi Perubahan Iklim

27 Februari 2023   18:02 Diperbarui: 27 Februari 2023   18:08 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ada Apa dengan Migrasi Perubahan Iklim?


Migrasi perubahan iklim mungkin memang belum semenarik sebagaimana isu-isu kemanusiaan lainnya yang sering diangkat. Akan tetapi, International Organization for Migration (IOM) dan Greta Thunberg mulai memperkenalkan polemik ini ke audiens umum. Bagaimana caranya? Antonio Vitorino, selaku Ketuda IOM dan Aktivis Iklim, Greta Thunberg sepakat bahwasanya isu ini memiliki kesamaan yang banyak, khususnya dalam perihal perubahan yang berdampak dalam pergerakan manusia. Sejauh ini, data IOM mengatakan bahwasanya sudah ada 20 juta manusia yang harus berpindah tempat pertahunnya karena alam sendiri memaksa mereka untuk pindah dan mencari tempat aman. Tentunya, hal ini mengancam keamanan sekaligus menjarahi kebutuhan dasar manusia sendiri. Terlebih lagi hingg saat ini, belum didapati definisi pasti seorang pengungsi perubahan iklim, sehingga mengakibatkan mereka memiliki status yang belum jelas. Hak legal yang ditetapkan oleh UN Refugee Law 1951 mengatakan bahwa seorang pengungsi itu harus "terkena" sebuah persekusi yang disebabkan oleh manusia, baik itu perang, hal SARA, atau kekerasan secara umum. Lalu, muncullah sebuah pertanyaan, apakah perubahan iklim, sebuah amarah alam yang intangible, dapat dijadikan sebagai sebuah persekutor? Secara historikal, benar adanya perubahan iklim memang diundang sendiri oleh manusia, dengan catatan semua ini terjadi dengan lambat laun atau slowburn. Dengan banyak mobilisasi manusia banyak terjadi di daerah rentan seperti Amerika Tengah, Sahel di Afrika, dan negara-negara kepulauan kecil juga. Bukti tersebut memunculkan sebuah pertanyaan, apakah ada aktor internasional yang berani mengangkat isu ini agar menjadi relevan?

Mengapa AS turut Andil?

Amerika Serikat, sebuah negara adidaya yang memiliki semua sumberdaya untuk menguasai dunia, juga memiliki sebuah tanggung jawab moral sebagai negara "pemimpin" yang menyediakan suaka bagi mereka yang memiliki konflik, humanity-wise. Bagaikan petuah zaman dahulu, "You can't have it all", bergemang kuat di sini. Terlebih lagi kita juga tak dapat mengelakkan sebuah fakta dengan semua kemajuan tersebut, pasti harus ada yang dikorbankan ... di sini bumilah yang terkena imbasnya. Data dari Global Carbon Project menunjukkan bahwa AS telah memproduksi sebanyak 397 gigaton karbon dioksida sejak 1752.  Sudah memang seharusnya Amerika Serikat harus bertanggung jawab dengan fakta yang terpapar tersebut. Anyhow, dengan adanya administrasi baru dalam pemerintahan Biden-Harris yang berfokus dalam reparasi dan pemberian dana terhadap daerah terdampak seharusnya bisa dijadikan sebuah batu pijakan terlebih lagi, AS di sini merupakan sebuah negara yang memiliki influens yang sangat, sangat besar. Salah satu bukti nyata yang dilakukan yakni adanya laporan bernama "Rebuilding and Enhancing Programs to Resettle Refugees and Planning for the Impact of Climate Change on Migration" yang diterbitkan secara resmi oleh The White House. Lantas, representasi apa yang diakui dalam laporan tersebut? Satu hal yang pasti adalah administrasi Biden-Harris mengakui bahwasanya isu perubahan iklim itu nyata dan mobilisasi manusia merupakan satu hal yang pasti dan mutlak.  Laporan tersebut merupakan sebuah preskripsi yang tentu menenangkan orang-orang yang turut concern terhadap isu itu. Oleh karena itu, laporan tersebut juga secara spesifik menyebutkan bahwa administratif Biden-Harris sangat terbuka terhadap pihak luar yang dapat membantu koordinasi, khususnya dari segi analitik, strategis, investasi, dan paling penting ialah saran rekomendasi yang dapat membantu program tersebut berjalan secara efektif.

Apa yang Seharusnya Dilakukan oleh AS?

Sayang, tak selamanya preskripsi temporal dapat memberi pengobatan secara kekal. Laporan tersebut tentu memiliki urgensi dan kepentingan, tak hanya sekadar AS yang ingin menjadi "pemimpin" para pengungsi. Akan tetapi, bagi mereka yang mendalami, laporan tersebut sangatlah utopis, sehingga banyak  yang menggiring opini bahwa laporan ini terlalu deskriptif bagi sebuah laporan yang ingin membuat sebuah resolusi. Kita harus ingat bahwa perubahan iklim juga merupakan aspek pendorong yang membawa banyak konflik seperti masalah perekonomian, pelaku kejahatan, kurangnya sumber daya, juga tensi politik. Menanggapi hal ini, sudah seharusnya AS mulai mencari kawan sepemikiran, memperkuat relevansi lembaga kelingkungan di AS, Presiden Biden harus mempunyai komitmen agar dapat dapat menangkis permasalahan yang akan datang, penguatan legalitas bagi para pengungsi, mengeluarkan kebijakan yang tak hanya ideal, tetapi efektif.

Referensi

Ober, K. (2021, April 22). At a climate change crossroads: How a biden-harris administration can support and protect communities displaced by climate change. Retrieved February 27, 2023, from https://www.refugeesinternational.org/reports/2021/2/10/at-a-climate-change-crossroads-how-a-biden-harris-administration-can-support-and-protect-communities-displaced-by-climate-change

UN News. (2023, January 27). Climate crisis and migration: Greta Thunberg supports Iom Over 'life and death' issue | UN news. Retrieved February 27, 2023, from https://news.un.org/en/story/2023/01/1132897

Teresa, W. (2021, July). US has 'special responsibility' to help climate migrants, report finds ... Retrieved February 27, 2023, from https://www.devex.com/news/us-has-special-responsibility-to-help-climate-migrants-report-finds-100384

Yayboke, E., Staguhn, J., Houser, T., & Salma, T. (2020, October). A new framework for U.S. leadership on climate migration. Retrieved February 27, 2023, from https://www.csis.org/analysis/new-framework-us-leadership-climate-migration

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun