Mohon tunggu...
Wira Putra
Wira Putra Mohon Tunggu... -

Lahir di pematang siantar, sumut. Tamatan ITB jurusan teknik elektro, angkatan masuk 1985. Pekerjaan: pengusaha, developer perumahan. Sekarang masih anggota DPRD Provinsi Kepri. Tinggal di Batam, Kepri.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Masih Perlukah BP Batam?

30 Januari 2016   16:34 Diperbarui: 30 Januari 2016   17:10 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pernyataan Mendagri Cahyo Kumolo di akhir tahun, 30 Desember 2015, pada pelantikan Penjabat Gubernur Kepulauan Riau, bahwa BP Batam akan dibubarkan pada Januari 2016, telah menggemparkan masyarakat Batam. Pernyataan ini seperti halilintar di siang bolong, terutama bagi mereka yang sedang melakukan investasi di Batam. Orang seakan tidak percaya, begitu gampangnya seorang dengan kapasitas menteri mengemukaan suatu wacana yang menyangkut hayat hidup jutaan orang dan dana triliunan rupiah dengan begitu gampang. Walaupun keesokan harinya pernyataan ini diralat oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, bahwa pernyataan Mendagri Cahyo Kumolo itu kurang tepat, karena masih akan dibawa rapat koordinasi dengan beberapa menteri yang dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi, pada bulan Januari 2016 ini. Tetap ini telah membuat masyarakat Batam dan terutama kalangan pengusaha resah dan cemas menghadapi ketidakpastian ini.

Melihat pernyataan Mendgari Cahyo Kumolo: “Pembubaran BP Batam disebabkan berbagai permasalahan yang muncul selama ini, terutama terkait tumpang tindih kewenangan antara BP Batam dengan Pemko Batam yang dapat menghambat investasi.”
Demikian juga dengan pernyataan Menko Perekonomian Darmin Nasution: “Latar belakang pembubaran BP Batam, yakni perkembangannya sudah tidak sesuai harapan. Aktivitas industri bahkan investasi yang masuk cenderung terus turun. Ditambah lagi dengan masalah tumpang tindih kewenangan dengan pemerintah daerah otonom walikota maupun gubernur.”

Pernyataan ini memberi kesan BP Batam yang bersalah dan seolah-olah BP Batam tidak ada baiknya. Benarkah demikian? Mari kita lihat fakta-fakta ini.
BP Batam berdiri pada tahun 1973, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 41/ 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam. Sejak berdirinya BP Batam, yang dahulu dikenal dengan Otorita Batam, sudah mempunyai sejarah panjang.

Pada tahun 1970-an, ketika Otorita Batam berdiri, penduduk Batam hanya 6.000 jiwa, dan Pulau Batam hanyalah salah satu desa dari kecamatan Belakang Padang, Kabupaten Kepulauan Riau, Provinsi Riau. Dengan tingkat kesejahteraan yang masih rendah, karena pada saat itu rata-rata penduduk Batam adalah nelayan yang tinggal di perahu.

Pada tahun akhir 2014, jumlah penduduk Batam telah mencapai 1.194.000 jiwa, dan telah menjadi Kota Besar, dengan 12 kecamatan. Kota Batam telah menjadi kota nomor 3 terbesar di Sumatera. Salah satu kota dengan pertambahan penduduk tercepat di dunia, dengan pertumbuhan hampir 200 kali lipat dalam waktu 45 tahun. Dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dari rata-rata nasional, bila pendapatan per kapita nasional US$ 4.000 pert tahun, maka Batam telah mencapai US$ 5.200 di tahun 2014.

Demikian juga dengan pembangunan pariwasata, Batam merupakan daerah nomor 3 kunjungan wisatawan asing terbesar, setelah Bali dan Jakarta. Jumlah wisman ke Batam mencapai 1,45 juta wisman dari total wisman Indonesia yang mencapai 9,4 juta wisman, atau Kota Batam sendiri telah berkontribusi 15% untuk wisman nasional pada tahun 2014.

Batam juga mempunyai pusat penerbangan teramai di Wilayah Barat Indonesia, dengan bandara udara kelas internasional dan runway terpanjang di Indonesia. Hampir semua ibukota provinsi di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan telah terhubung secara langsung dengan Bandara Hang Nadim, Batam. Tidak ada bandara di daerah sumatera yang seperti ini, termasuk Kuala Namo, Medan sekalipun. Ini hanya bisa disaingi oleh Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta.

Demikian juga dengan kawasan industri galangan kapal, Batam merupkan kawasaan terbesar di Indonesia. Ada lebih 130 perusahaan yang beroperasi di Tanjung Uncang, Kabil, Sekupang dan Batuampar. Batam telah mengalahkan Surabaya, sebagai kota yang wilayahnya mempunyai galangan kapal terbesar di Indonesia.

Demikian juga dengan pembangunan fisik, BP Batam telah berhasil membuat jembatan Barelang dan beberapa jembatan yang menghubungkan tujuh pulau ke Batam. Kawasan Muka Kuning Batamindo yang pernah mencapai lebih 100 perusahaan elektronik manca negara yang berinvestasi di sana, dan menyerap lebih dari 100 ribu tenaga kerja. Gedung-gedung utama pemerintah, seperti Pemko Batam, DPRD Kota Batam, Gedung Sumatera Promotion Center, beberapa pelabuhan ferry international, pelabuhan penumpang dosmistik antar provinsi, pelabuhan kontainer. Semuanya hasil karya BP Batam, yang masih berfungsi dengan baik sampai saat ini.

Semua prestasi ini adalah fenomenal, wisman nomor 3 terbanyak di Indonesia, bandara international dan runway lapangan terpanjang se Indonesia, wilayah galangan kapal terbesar di Indonesia, pusat penerbangan teramai di Wilayah Sumatera dan Barat Indonesia, jumlah penduduk terbesar ketiga di Sumatera dgn pendapatan perkapita salah satu tertinggi di Indonesia US$ 5.200 pada tahun 2014, salah satu kota terbanyak hotel berbintang, terbanyak lapangan golf, total investasi dari pemerintah dan swasta yang telah mencapai US$ 71 milyar atau Rp 960 triliun sampai dengan tahun 2014, PDRB yang telah mencapai Rp 65 triliun di tahun 2014, pertumbuhan ekonomi hampir selalu di atas pertumbhan ekonomi nasional antar 5.8% - 7.8% dalam 5 tahun terakhir. Juga salah satu pelayanan listrik dan air bersih terbaik di Indonesia, tidak ada kendala pemasangan baru sambungan listrik dan air bersih serta masih profit. Dan masih banyak lagi segudang prestasi fenomenal Kota Batam, bila dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Ini telah menempatkan Kota Batam sejajar, bahkan lebih bila dibandingkan kota-kota metropolitan di Indonesia.

Sementara disisi lain, apa yang telah dibuat oleh Pemko Batam ataupun Pemprov Kepri? Rasanya belum ada yang fenomenal. Bukan mau melecehkan Pemko Batam ataupun Pemprov Kepri, tetapi itulah fakta. Pemko Batam pernah membuat terminal angkutan kota, tetapi gagal. Membuat tempat kunjungan pariwisata lokal di Galang dan Nongsa, tetapi belum dipakai sudah rusak dan beralang-alang. Demikian juga dengan Pemprov Kepri, yang dalam membangun jembatan Dompak dengan panjang hanya sekitar 960 M, tetapi tidak siap sampai sekarang dalam waktu 8 tahun, malah sempat roboh. Selama ini Pemko Batam dan Pemprov Kepri hanya mampu membuat kantor kecamatan, sekolah dan jalan lingkungan. Itulah fakta, SDM pemko Batam dan Pemprov Kepri memang masih rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun