Mohon tunggu...
Win AiniTisya
Win AiniTisya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Happy reading^^

Stan Day6 for your lyfeu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bebas Kok Bablas

29 September 2021   16:20 Diperbarui: 29 September 2021   20:45 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mumuk, mahasiswa tahun ke 3 yang ngga pernah ambil pusing sama hot news di negaranya, sekarang beda cerita semenjak dia install aplikasi tiktok dua hari yang lalu.

“Oh Indonesia kayanya lagi krisis ideologi nih” ucapnya dalam hati. Pasalnya Mumuk heran dengan video fyp pamer pasangannya yang ‘sejenis’ sampai ajang pamer tali bra yang lagi tren.

Mumuk bukan tipikal orang yang ngikutin tren, contohnya tren joget engkol. Aplikasi tiktok juga bukan dia yang install, tapi sahabatnya yang kepingin joget doja cat yang judulnya women tapi lupa bawa hp buat tiktok an.

Beberapa netizen yang ada dipihak si pembuat video mengungkit kebebasan dan haknya. Emang sih teknologi sekarang gaada lawan, bahkan bisa merubah mindset orang, dan kebanyakan akan berakhir menjudge orang yang ga sependapat dengan kalimat “ngga open minded banget sih”. Sampai ideolologi negara lain pun mulai merasuk ke pikiran menggantikan pancasila bagi sekelompok orang, contohnya liberalisme yang menjunjung tinggi kebebasan dan hak individu yang sangat diterapkan orang-orang dikolom komentar video fyp tadi.

Ide scroll tiktok dijam istirahat perkuliahan yang harusnya bikin rileks pikiran, justru menguras pikiran Mumuk. Ngga percaya? Buktinya Mumuk sampai lupa turun dari angkot, Ia turun di pemberhentian terakhir rute angkot yang jaraknya jauh dari rumahnya.

“Tuhan kan menciptakan Adam dan Hawa, bukan Adam dan Abdul”. Kira-kira begitu yang ada dalam pikiran Mumuk setelah melihat video aksi pamer pasangan sejenis tadi. Aksi unjuk pamer tali bra juga menurutnya sangat tidak etis kalau sampai ada anak dibawah umur yang melihat. Ngga salah jika dibahas dari perspektif hak individu, tapi dimana letak kewajibannya untuk memberi contoh yang baik sebagai warga negara berideologi pancasila?

Yang membuat Mumuk lebih bingung, di kolom komentar semuanya berseteru antara hak dan kewajiban. Netizen yang pro dengan perbuatan itu dalam persepsinya berbicara tentang hak asasi manusia. Sedangkan netizen yang kontra mengatakan bahwa Indonesia bukan negara yang menganut liberalisme, ada peraturan yang harus ditaati karena konten tiktok tadi sangat bertentangan dengan ideologi pancasila. Tapi jika mereka memaksa untuk menjalankan kewajibannya sebagai rakyat Indonesia, artinya secara bersamaan mereka juga menghalangi hak asasi manusia individu. Jadi, mana yang harus didahulukan?.

Mumuk merasa aneh dengan dirinya yang sekarang sedang memikirkan sesuatu sampai begitu seriusnya, membuatnya tertawa geli karena tidak seperti biasanya ia begini.

Meski begitu, ada hikmah yang ia petik dari kejadian hari itu, tentunya yang pertama ia tidak mau lagi berinisiatif untuk scroll social media jika tidak diperlukan. Lalu ia belajar untuk berhati-hati dalam menyaring informasi agar tidak terpeleset ke jurang kesesatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun