Mohon tunggu...
Windy Keniko
Windy Keniko Mohon Tunggu... Insinyur - Kom Spelen

AKSARA (AKAL, SARKAS, RASIONAL)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prezivio

29 April 2020   21:57 Diperbarui: 29 April 2020   22:05 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkan diantara kalian yang bermain video game bernama Player Unknown BattleGround. PUBG biasa orang-orang menyebutnya, salah satu game Battle Royal yang beberapa tahun ini masih sangat digemari. Bahkan kabarnya setahun belakangan, anak muda kita berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. Sayang sekali, tentunya penulis tidak akan membahas itu.

Pada prinsipnya, mode survival diterapkan dalam game ini. Siapa yang akan paling bertahan sampai terakhir, dialah yang menang. Ya walaupun didukung dengan banyak jenis senjata maupun peralatan tempur lain, pada hakikatnya itu hanya equipment pelengkap. Menariknya, orang-orang mengabaikan. Yang menjadi tujuan, tidak lagi sama. Apa boleh buat ? Begitulah video game diciptakan, salah satu bagian dari hiburan.

Hari itu Bu Sisma dan semua anak kelas berencana melakukan semacam study tour. Mereka akan mengunjungi pabrik susu, yang lumayan jauh dari sekolah mereka. Pihak sekolah sudah menyewakan Bus sebagai transportasi mereka kesana. Alangkah bahagianya anak-anak kala itu.

Dari kejauhan sudah terlihat Safar dan Jojo yang mengenakan tas ransel yang besar. Walaupun sifatnya study tour, bagi mereka ini merupakan liburan yang mungkin hanya setahun sekali.  Mereka dan beberapa anak lain sudah meminta izin untuk mandi air panas beberapa saat, yang memang jaraknya tidak jauh dari tempat pabrik susu berada. Semua murid kelas sangat bahagia pagi itu, mereka semua tersenyum melambaikan tangan pada orangtuanya dari dalam bus. Bus melaju meninggalkan sekolah, begitulah perjalanan mereka dimulai.

"Wah, aku sudah lama sekali tidak melewati kota", ungkap Willy.

"Katanya, sekarang kota jauh berbeda. Orang-orang semakin ramai, gedung-gedung semakin tinggi. Bahkan katanya kereta andong pun sudah tidak ada", Rina menimpal.

"Aku sudah tidak sabar melihatnya, pasti menyenangkan", Anggi tertawa kecil.

Ya perjalanan pagi itu mengasyikan, anak-anak sibuk dengan permainan mereka di dalam Bus. Ada juga yang hanya bengong-bengong melihat kiri kanan sangking tidak pernahnya jalan-jalan seperti ini.

Tak lama mereka sampai di Kota, anak-anak mulai tercengang diam melihat yang ada di sekeliling mereka. Betapa indah nya sudut-sudut kota saat itu, pepohonan masih tumbuh perkasa di sekitarnya. Namun berbeda dengan Dimas, dibawah simpang lampu merah itu pandangannya terusik untuk suatu hal yang lain.

"Apa yang mereka lakukan disana Bu guru ?" tanya dimas, sambil menunjuk suatu tempat.

"Sepertinya mereka berjualan koran dehh.." Rina tanggap mengawasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun