Mohon tunggu...
Wilson Arafat
Wilson Arafat Mohon Tunggu... Wilson Arafat adalah seorang bankir senior dengan pengalaman lebih dari 28 tahun di industri perbankan. Ia memiliki keahlian mendalam di bidang Governance, Risk, and Compliance (GRC), Environmental, Social, and Governance (ESG), serta Manajemen Transformasi. Saat ini, Wilson menjabat sebagai Division Head of Enterprise & ESG Risk Management di Bank BTN, di mana ia memainkan peran strategis dalam memperkuat tata kelola risiko serta mengintegrasikan prinsip ESG ke dalam proses bisnis perusahaan secara menyeluruh. Dikenal aktif dalam mendorong implementasi prinsip keberlanjutan, Wilson turut memimpin berbagai inisiatif pengembangan hunian rendah emisi sebagai kontribusi sektor perbankan terhadap target pembangunan berkelanjutan (SDGs). Komitmennya terhadap keberlanjutan dan transformasi bisnis menjadikannya salah satu penggerak utama dalam membangun perbankan yang lebih bertanggung jawab dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Di luar dunia profesional, Wilson adalah pribadi yang aktif dan menyukai olahraga, terutama tenis meja, tenis lapangan, dan bulutangkis. Gaya hidup aktif ini mencerminkan semangatnya dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kesehatan fisik. Ia juga dikenal memiliki prinsip hidup sederhana namun penuh makna: "Do the best, let Allah do the rest", yang menjadi landasan dalam setiap pengambilan keputusan dan sikap profesionalnya. Sebagai praktisi dan pemikir di bidang manajemen, Wilson juga aktif berbagi wawasan seputar manajemen bisnis, GRC, ESG, serta transformasi organisasi, baik melalui forum internal, eksternal, maupun platform digital.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Balikpapan Menuju Inovasi Hijau: Cicil Rumah dari Sampah

4 Oktober 2025   18:10 Diperbarui: 4 Oktober 2025   18:10 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis iklim bukan lagi cerita jauh dari kutub utara atau padang gurun Afrika. Krisis iklim hadir nyata di kota-kota di seluruh penjuru Tanah Air. Di Balikpapan, volume sampah harian di TPA Manggar mencapai sekitar 400 ton per hari (Antara News, 2023). Dari jumlah itu, hanya sebagian kecil yang berhasil diolah, sisanya menumpuk dan berisiko mencemari lingkungan.

Di sisi lain, persoalan perumahan rakyat kian mendesak. Data BPS 2023 (Susenas) mencatat backlog perumahan di Provinsi Kalimantan Timur mencapai 259.571 rumah tangga, terdiri atas 162.569 unit yang belum memiliki rumah dan 97.002 unit rumah tidak layak huni (RTLH). Untuk Kota Balikpapan, backlog menurut BPS tercatat sekitar 38.000 rumah tangga. Namun, menurut Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Balikpapan (2024), jumlah backlog bisa mencapai 80.000 KK, dengan sekitar 5.000 unit rumah masih tergolong tidak layak huni. Perbedaan data ini menunjukkan persoalan backlog di Balikpapan cukup serius, sekaligus menegaskan bahwa krisis sampah dan krisis perumahan berjalan paralel tanpa solusi terpadu.

Pertanyaannya: apakah kita akan terus membiarkan masalah ini menumpuk?

Menabung Lewat Sampah

Jawaban inovatifnya adalah green saving: menabung lewat sampah. Warga Balikpapan sudah mengenal bank sampah, tempat botol plastik, kardus, dan minyak jelantah bisa ditukar menjadi saldo tabungan. Selama ini saldo itu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti listrik atau pulsa. Namun, mengapa tidak kita dorong lebih jauh?

Bayangkan jika hasil setoran sampah itu langsung terhubung ke cicilan rumah subsidi dari bank penyalur KPR, seperti Bank BTN. Katakanlah, seorang ibu rumah tangga di Sepinggan menyetor 5-kilogram plastik per minggu. Nilainya otomatis tercatat di aplikasi, lalu langsung dipotong untuk mengurangi cicilan rumahnya. Sampah yang selama ini dianggap beban berubah menjadi modal masa depan keluarga. Inilah gagasan baru yang menyatukan dua krisis sekaligus: persoalan sampah dan krisis perumahan rakyat. Jika ribuan warga melakukannya serentak, nilai kolektifnya bukan hanya meringankan cicilan, tetapi juga menghadirkan solusi terpadu atas dua krisis sekaligus: persoalan sampah dan backlog perumahan rakyat.

Ekonomi Sirkular, Solusi Lokal

Potensi sampah di Balikpapan sangat besar. Dari 400 ton sampah harian, jika hanya 5% saja atau sekitar 20 ton berupa plastik berhasil dipilah dan dikonversi dengan harga Rp2.000-5.000/kg, nilainya bisa mencapai Rp14-36 miliar per tahun. Dana sebesar itu berpotensi dialihkan sebagai potongan cicilan ribuan rumah subsidi. Inilah esensi ekonomi sirkular: mengubah limbah yang semula masalah menjadi sumber nilai bagi kesejahteraan sosial.

Bank sampah digital bisa menjadi penghubung antara rumah tangga miskin sampah dengan akses rumah layak. Mekanismenya sederhana: sampah disetor, nilainya tercatat otomatis di aplikasi, lalu langsung dipotong untuk cicilan rumah subsidi. Dengan begitu, dua masalah krusial -sampah dan backlog perumahan- dapat ditangani dalam satu tarikan napas.

Teknologi sebagai Penggerak

Kunci dari gagasan ini adalah teknologi digital. Setiap setoran sampah bisa dipantau lewat QR Code, tercatat transparan, bahkan diperkuat dengan blockchain agar jejak transaksi tidak bisa dimanipulasi. Bank penyalur KPR subsidi seperti Bank BTN dapat meluncurkan produk KPR Hijau, yang mengintegrasikan tabungan sampah ke dalam skema cicilan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun