Mohon tunggu...
Willi Andy
Willi Andy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup dengan cinta dan kasih sayang

Berjuang dengan sungguh-sungguh tanpa lelah dan penuh perhatian

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kandungan Gizi Mi Instan dan Pola Makan Sehat ala Orang Barat

14 Agustus 2022   03:57 Diperbarui: 15 Agustus 2022   09:18 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mi instan (Sumber: shuttestock)

Harga mi instan mulai naik dikarenakan perang antara Ukraina dengan Rusia. Ini sangat berhubungan erat dengan bahan utama mi instan yaitu gandum. Gandum inilah yang menjadi bahan baku utama mi instan. Dan ternyata Indonesia mengimpor gandum dari Ukraina.

Ada dugaan bahwa mi instan di Indonesia akan mengalami kenaikan tiga kali lipat dari harga awal, tetapi tampaknya prediksi kenaikan harga yang begitu tinggi tidak akan terjadi. Apalagi kalau terjadi dalam waktu yang singkat dan cepat. 

Banyak hal menarik dari tentang mi instan. Awalnya mi instan dinilai sangat praktis dan efesien untuk diolah. Dalam waktu kurang lebih lima menit saja, mi instan sudah bisa disajikan di atas piring. Dan tentu saja harganya yang sangat merakyat.

Belum lagi cita rasa dari mi instan yang beraneka ragam. Berawal dari campuran minyak dan rempah beserta bumbu penyedapnya. Kita bisa memilih rasa apa saja, mulai dari mi goreng sampai berbagai rasa seperti soto mi, bakso, seafood, rendang, kari dan bahkan cita rasa masakan internasional.

Dan menariknya adalah level tingkat pedas dari mi instan menjadi suatu tren untuk membuat konten. Seberapa jauh tingkat pedas yang bisa ditoleransi untuk dikonsumsi. Semakin pedas maka akan lebih menarik dan lebih banyak orang yang menonton konten tersebut.

Dari sekian banyak hal positif tentang mi instan, apakah kita pernah merasa penasaran tentang kandungan gizi dari sebungkus mi instan?

Yuk kita bahas apa saja kandungan gizi yang terdapat pada sebungkus mi instan ukuran satu porsi.

Seperti dilansir oleh vivahealth.co.id, bahwa kandungan nutrisi mi instan pada umumnya adalah rendah kalori, serat dan protein. Namun tinggi akan lemak, karbohidrat, sodium dan mikronutrien.

vivahealth.co.id
vivahealth.co.id

Mengonsumsi mi instan dinilai masih cukup aman bagi tubuh karena mi instan mengandung kalori yang cukup rendah. Namun porsinya harus tetap diperhatikan.

Walaupun mi instan rendah kalori, tetapi kandungan serat dan proteinnya juga termasuk rendah. Inilah yang membuat kita merasa tidak kenyang ketika mengonsumsi satu bungkus normal mi instan.

Syahdan ketika kita mengonsumsi satu bungkus mi instan, kita akan tetap merasa tidak kenyang dan ingin tambah satu bungkus lagi. Hal ini yang sering menyebabkan asupan kalori dan sodium kita meningkat dengan pesat.

Ilustrasi mi instan siap saji di dalam mangkuk plastik | unsplash.com
Ilustrasi mi instan siap saji di dalam mangkuk plastik | unsplash.com

Dengan meningkatnya kalori dan sodium secara berlebihan dalam tubuh maka kesehatan kita akan terancam. 

Ketika tubuh ini mendapatkan asupan tinggi kalori dan sodium maka risiko penyakit jantung, diabetes dan stroke akan meningkat.

Apalagi jika kita mengonsumsi mi instan dengan disertai nasi secara terus menerus akan menyebabkan resiko diabetes. Ini dikarenakan mi instan dan nasi memiliki kadar karbohidrat yang tinggi. Perpaduan keduanya menyebabkan tingginya kandungan kalori.

Jika tubuh ini dipasok kalori yang tinggi maka produksi hormon insulin dalam tubuh akan menjadi tinggi pula. Pankreas berfungsi sebagai penghasil hormon insulin, dengan meningkatnya jumlah kebutuhan insulin maka akan membebankan kerja pankreas. Inilah yang menyebabkan pankreas menjadi rusak dan tidak bisa bekerja seoptimal mungkin. Dari sini lah penyakit diabetes melitus muncul.

Nah, di samping harga mi instan mulai naik dan ketika kita mengetahui kandungan gizi pada mi instan yang tidak terlalu memberi manfaat pada tubuh. Kita bisa mulai mencari bahan makan pokok lainnya.

Bahan pokok lainnya adalah kentang, berbagai macam umbi, jagung bahkan sagu. Kalau di AS, umumnya kita mendapatkan sumber karbohidrat dari kentang, jagung, roti dengan serat tinggi berasal dari berbagai biji-bijian, nasi merah yang dicampur nasi putih, pasta dan spageti.

Tentu saja mengonsumsi mi instan sah-sah saja dalam porsi tertentu. Apalagi jika kita mengonsumsinya secara tepat.

Contohnya adalah dengan mengonsumsi mi instan secara tidak terlalu sering. Lalu tambahkan topping protein seperti telur, daging atau protein nabati seperti tahu atau tempeh dan kacang-kacangan.

Tidak makan mi instan dengan nasi atau sumber karbohidrat lainnya. Tambahkan sayuran sebagai serat alami agar lebih tahan kenyang, memudahkan kerja lambung dan usus serta agar berat badan lebih terjaga.

Cobalah juga untuk mengganti rasio antara sumber karbohidrat, sayuran dan protein. Mulai mengganti dari 1/2 karbohidrat, 1/4 protein dan 1/4 sayuran menjadi 1/4 protein, 1/4 karbohidrat dan 1/2 sayuran sesuai dengan pola makan orang barat jika memungkinkan.

Jadi porsi karbohidrat yang besar diperkecil dari 1/2 menjadi 1/4 bagian dari keseluruhan porsi sekali saji. Terus 1/4 bagian sayuran ditingkatkan menjadi 1/2 porsi dari keseluruhan porsi sekali saji.

www.sweat.com
www.sweat.com

Dan tentu saja makanan yang kita konsumsi harus disesuaikan dengan berat badan, tinggi badan, usia dan aktivitas sehari-hari. Jika kita tidak yakin, kita bisa bertanya kepada dokter pribadi atau para ahli gizi perihal asupan makanan yang kita konsumsi sehari-hari.

Dengan demikian tubuh bisa mendapatkan gizi yang optimal yang pada akhirnya tubuh kita akan lebih sehat.

Yuk, kini saatnya untuk hidup lebih sehat mulai dari bagaimana dan apa yang kita konsumsi selagi harga mi instan mulai naik.

***

Penulis: Willi Andy untuk Kompasiana.
Agustus 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun