Gianyar, Bali --- Pelatihan Business Modelling untuk Puskesmas Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Kabupaten Gianyar memantik gelombang ide segar yang siap diuji coba. Kegiatan yang diikuti 75 peserta dari jajaran pimpinan, tenaga kesehatan, dan staf manajerial ini menghasilkan enam gagasan layanan yang dinilai realistis, relevan, sekaligus inovatif bagi masyarakat diantaranya Coffee Shop di area puskesmas sebagai ruang tunggu produktif sekaligus penggerak UMKM lokal, Spa Usada Bali untuk pemulihan ringan berbasis kearifan lokal, Baby Day Care yang aman, bersih, dan edukatif bagi orang tua bekerja, Layanan Kesehatan Mental terintegrasi, dari skrining hingga konseling singkat, Apotek dengan Obat Tradisional berdampingan dengan farmasi modern disertai edukasi keamanan obat serta Kantin Menu Sehat dengan informasi kalori jelas untuk mendorong gaya hidup sehat.
"Senang bisa berbagi ilmu Business Modelling bersama teman-teman Puskesmas BLUD Gianyar. Hasilnya keren dimana muncul ide-ide yang out of the box namun tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat," ujar Ayu Gede Willdahlia, dosen INSTIKI yang bertindak sebagai pembicara sekaligus ketua tim PKM. "Kreativitas para peserta membuktikan bahwa inovasi bisa lahir di mana saja, bahkan di layanan kesehatan."
Pelatihan memandu peserta memetakan tantangan harian layanan menjadi peluang bernilai tambah, mulai dari pemahaman kebutuhan pengguna (pasien/keluarga), perbaikan pengalaman ruang tunggu, hingga skema kemitraan dengan UMKM, komunitas, dan sektor wellness berbasis budaya Bali. Setiap ide dilengkapi quick wins 90 hari berupa uji coba skala kecil, SOP ringkas, indikator kinerja, dan rencana kemitraan.
Business Model Canvas adalah kanvas satu halaman untuk memetakan cara layanan/organisasi menciptakan, menyampaikan, dan menangkap nilai. Terdiri dari sembilan blok: Segmen Pelanggan, Proposisi Nilai, Saluran, Hubungan Pelanggan, Arus Pendapatan, Aktivitas Kunci, Sumber Daya Kunci, Mitra Kunci, dan Struktur Biaya.
Dengan BMC, tim puskesmas memperoleh "gambaran utuh" sebelum implementasi: siapa penerima manfaat, nilai yang ditawarkan, bagaimana layanan dijalankan, pihak yang terlibat, serta model pembiayaannya.
Mengapa penting bagi puskesmas? Karena rancangan layanan harus berangkat dari kebutuhan nyata pasien dan keluarga (bukan sekadar prosedur internal), mudah diprototipe agar siklus trial--learn--improve berjalan cepat, serta kolaboratif---membuka kemitraan dengan UMKM dan komunitas tanpa meninggalkan mandat promotif--preventif.
Tim pelatihan merekomendasikan pilot project terukur untuk masing-masing ide misalnya Coffee Corner mini dengan materi edukasi gizi, atau skrining kesehatan mental berkala dengan rujukan terintegrasi. Evaluasi rutin (kepuasan pengguna, jumlah kunjungan, transaksi sehat, tingkat rujukan, hingga repeat booking) akan menentukan skala pengembangan.