Mohon tunggu...
P. Vinsen Sarah
P. Vinsen Sarah Mohon Tunggu... Pemuka Agama - “Menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dalam penghayatan

Kalau tak bisa jadi pena, jadilah pensil untuk merangkai kisah dan jejak hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Larangan Mudik dan Kerumunan, Kasihan Pak Polisi!

12 Mei 2021   11:19 Diperbarui: 12 Mei 2021   11:22 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Besok, kita merayakan hari raya idul fitri bersama saudara-saudari kita umat Islam. Terkait dengan hari raya kemenangan ini, hari-hari kemarin saya sedang nonton berita televisi terkait dengan mudik lebaran. Seruh...,bahwa di tengah masa pandemi dan pembatasan serta larangan mudik pada idul fitri tahun ini karena pandemi covid-19, malah terjadi kerumanan luar biasa di jalan baik para pengendara sepeda motor maupun mobil. Belum lagi ribuan pelaku mudik diperintahkan putar balik. 

Ketika sedang serius-seriusnya saya mengikuti berita ini, datanglah anak SEKAMI (sekolah minggu) saya namanya Patrich. Sambil melongokan kepala dari pintu kamar makan pastoran, Patrich menyapa, "Selamat sore Romo." Saya terkejut, sambil melirik dan menjawab, "ooh Patrich, selamat sore nogu (bahasa Nias=anakku). Patrich lalu bertanya, "Romo nonton acara apa tu?" Saya timpali, "Lihat nak, masyarakat kita sedang rame di jalanan itu dalam rangka mudik. Pak polisi sedang mengatur mereka. Ada yang sembunyi dalam mobil boks, ada yang sembunyi dalam truk ditutup terpal, ada yang buat jalan tikus. Pokoknya seruh dan lucu deh!"

Mendengar cerita saya, bocah berusia tujuh tahun ini lalu membalas dengan ungkapan-ungkapan menarik dan reflektif, katanya; "Tapi Romo, bukankah pemerintah sudah melarang kita untuk mudik? Sambil mengatakan kata-kata ini, Patrich menatap televisi lebih serius berita dari kompas TV terkait tumpukan masa yang sedang memadati jalan karena arus mudik. 

Patrich lalu mengumbar kata-kata ini, "Memangnya orang-orang ini ga mengerti bahasa Indonesia ya Romo? Masa pemerintah mengatur kenyamanan dan keselamatan mereka tapi ga mau mengerti. Romo lihat, harusnya mereka ga boleh ngumpul gitu, karena corona bisa menyebar sekarang di antara mereka." Saya hanya menganggukkan kepala tanda setuju. 

Sambung Patrich, kasihan loh, pak Polisinya. Gimana mereka bisa istirahat, makan dan pulang ke rumah bersama keluarga, sedangkan mereka juga harus taat kepada negara, menjalankan tugas, sekaligus juga harus santun sama masyarakat kita yang 'bandel' dan tidak mendengarkan anjuran orang tua-orang tua kita dipemerintahan.  Ga tahu ya Romo, apakah mereka menonton berita tentang orang India sekarang bingung bagaimana menangani saudara mereka baik yang terpapar maupun yang meninggal karena covid-19?"

Sampai di sini saya menjawab, "pasti mereka tahu bahasa Indonesia, mereka mengerti apa maksud pemerintah, mereka juga menonton peristiwa yang terjadi di India hari-hari belakangan ini. Tapi entahlah Patrich, apa yang membuat mereka mengambil langkah seperti itu. Mestinya kita semua perlu berbesar hati membatasi diri demi keselamatan kita bersama sebagai anak-anak bangsa.  

Semoga dengan merayakan idul fitri tahun ini di tengah badai masa pandemi covid-19, kita semua sebagai anak-anak bangsa ini merenungkan kembali pola dan cara hidup kita, cara bersikap dan bertindak kita selama ini, apakah pemaknaan mudik dan merayakan hari raya kemanangan bersama dalam semagat kebajikan dan keutamaan nilai-nilai luhur keagamaan yang membawa kegembiraan, kehidupan dan keselamatan bersama telah kita hidupi dan tunjukkan kepada sesama kita? Semoga, Tuhan memberkati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun