Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Evolusi Industri PR, Earned the Influence

17 Mei 2018   16:02 Diperbarui: 18 Mei 2018   09:32 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Misty Maitimoe dari Ogilvy PR Indonesia sedang mempresentasikan materinya di Theater Hall UMN (Foto: Intan Primandini)


Dua contoh digital campaign tersebut hendak mempertegas fenomena The Fall of Advertising and The Rise of PR sebagaimana ditulis Al Ries dan Laura Ries sebagai judul buku. Perubahan di industri PR dalam pandangan Misty terjadi dalam tiga tahapan yang dimulai dari evolution, revolution, dan emotion.

"People want informal, fun, engaging and exciting content," jelas perempuan yang bergabung dengan Ogilvy Indonesia sejak 2015 lalu.

Tahapan emotion menuntut konsultan PR mampu menyuguhkan cerita atau konten yang mampu memengaruhi orang  atau earned the influence.

"Jadi bukan lagi beritanya tayang di mana saja. Yang ditanyakan justru apakah story yang disajikan mampu memengaruhi masyarakat atau tidak? " tegas Misty.

Menurut Misty, tantangan nyata praktisi PR di era digital ialah menjadikan merek atau brand sebagai sesuatu yang diingat orang atau to make brand matter. Apapun dilakukan konsultan komunikasi agar brand dilihat orang. Di sinilah daya dukung cerita yang menarik menjadi sangat penting. Sebab, tanpa story tadi, sebuah brand tidak akan matter.

Evolusi bisnis PR

Perubahan selera dan pilihan saluran komunikasi yang tepat pada akhirnya ikut mengubah model bisnis perusahaan agensi PR. Guna merespon perubahan itu, sejak enam bulan lalu Ogilvy PR Indonesia mulai menerapkan model bisnis baru yang disebut integrated role of public relations. Model ini menjadikan Ogilvy menelaah terlebih dahulu setiap klien yang akan ditangani.

"Klien yang datang belum tentu membutuhkan jasa PR. Bisa jadi yang dibutuhkan adalah layanan digital and social atau bisa juga teknologinya. Kalau yang dibutuhkan adalah jasa PR berikut digital and social maka dua tim ini yang akan menangani klien tersebut," papar Misty.

Mengacu pada kondisi kekinian, Misty mengingatkan pentingnya penerapan formula SHARES PR Activation Wheel. SHARES ini adalah akronim dari Substance, Heat, Advocacy, Relationship, Evolution, Synchronicity. Tahapan kerja konsultan PR dimulai dari kemampuannya menemukan inti (substance) atau ide yang akan dieksekusi. Berikutnya, heat yang berarti panas bisa diartikan sebagai upaya penentuan nada bicara, waktu, serta penentuan konten pembicaraan yang diperkirakan akan jadi bahan obrolan.

Untuk tahapan advocacy, para konsultan dituntut bisa menemukan influencer, brand ambassador, atau adopter yang bisa mendukung cerita yang dikembangkan. Di tahapan relationships, konsultan PR bisa saja menyarankan agar brand yang sedang dikampanyekan mengajak serta komunitas tertentu guna menunjukkan kedekatan antara merek dengan para penggunanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun