Mohon tunggu...
Wikan Widyastari
Wikan Widyastari Mohon Tunggu... Wiraswasta - An ordinary mom of 3

Ibu biasa yang bangga dengan 3 anaknya. Suka membaca, menulis,nonton film, berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menyesal Itu Selalu di Belakang, Bukan di Depan

16 Juni 2023   11:16 Diperbarui: 16 Juni 2023   11:37 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Di dalam hidup, kita semua pasti pernah dan  akan mengalami yang namanya menyesal. Yang bahkan kadang-kadang penyesalan itu saking dalamnya, sampai membuat stress dan depresi. Menyesal karena telah membuat keputusan yang salah, menyesal karena menikah dengan orang yang salah, menyesal karena gagal di ujian, menyesal karena telah menyakiti orangtua, macam-macam sebab penyesalan. Tapi yang pasti, menyesal itu pasti di belakang, ketika semua sudah terlanjur terjadi, dan bukan di depan, ketika belum terjadi. Menyesal bisa karena kesalahan yang kita lakukan, juga bisa karena kita tidak melakukan apapun.

Menyesal, itu sangat tidak enak. Suatu perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Karena akan menyebabkan kita merasa sedih, depresi, sakit hati, dan sayangnya, meski kita berangan-angan. andai saja..andai sajapun, semua yang sudah terjadi tak akan bisa di undo. Tidak seperti ketika kita salah ketik, salah edit, kita bisa meng undo action kita, balik ke action sebelumnya.

Saya juga pernah mengalami penyesalan, yang sampai sekarang kadang terbawa mimpi. Apa itu? Ketika sekolah, saya tidak pernahs erius belajar, sekolah seperti main-main saja, lebih banyak ikut kegiatan ekskul di kampus, daripada menekuni kuliah dan membaca buku. Lulus?Lulus sih. Lancar? Lancar sih. Dari TK sampai kuliah ya lancar saja, bisa masuk ke sekolah manapun yang diinginkan. Tapi ya itu tadi, tidak punya prestasi apapun selama kuliah. Lalu ketika saat menikah, juga tidak pernah merasakan bekerja pada orang, kerja kantoran dansebagainya, karena menikah, punya anak dan menjadi ibu rumah tangga full. 

Saya tidak pernah menyesal menjadi ibu rumah tangga dan full time membesarkan anak-anak. Hari-hari itu adalah hari yang paling indah dan menyenangkan. Menyusui mereka selama 2 tahun penuh, melihat mereka tumbuh besar dari hari ke hari, menyaksikan tahap demi tahap kemampuan mereka bertambah, itu tak bisa diganti dengan apapun. 

Lalu kenapa saya menyesal tidak serius belajar ketika sekolah dulu? Ya,hidup kadang berjalan tidak seperti yang kita kehendaki. Rumah tangga yang kita angankan bisa last forever ternyata hanya bertahan 7 tahun. dan tetiba, saya  menjadi single parent dengan 3 anak balita. Tetiba saya harus menghadapi kenyataan bahwa jika ingin survive semestinya saya harus bekerja, atau berwirausaha atau apapun untuk menafkahi anak-anak saya, just in case suami ga bertanggung jawab untuk memberikan nafkah buat anak-anak. Meskipun Alhamdulillah, ternyata mantan suami tetap ingat kewajibannya untuk menanggung seluruh biaya hidup dan sekolah anak-anak. Tapi tetap saja, saya merasa begitu bodoh, karena saya merasa tidak memiliki kemampuan apapun untuk memasuki dunia kerja. Sehingga kadang-kadang saya bermimpi masih sekolah, tapi tidak bisa mengerjakan tugas atau ujian yang diberikan oleh guru. Itu mimpi yang ruwet, dan kadang masih suka datang. 

Hari-hari terakhir ini, kita banyak menyaksikan, penyesalan-penyesalan yang diekspose melalui media sosial. kasus demi kasus bermunculan, yang berulang dan berulang karena ketidak mampuan mengendalikan diri. Seorang ibu nangis-nangis minta maaf dengan bahasa yang bahkan sulit dimengerti, menyesal karena telah menghina dan membully anak seorang youtuber. Lalu ketika akan diperkarakan, dia ketakutan dan menangis-nangis meminta maaf. Kasus macam ini mungkin sudah ratusan kali terjadi. Yang menjadi persoalan adalah kenapa tidak belajar dari kasus yang pernah terjadi. Kenapa melampiaskan kekecewaan, kedengkian dan kebencian yang muncul di dalam diri, kepada orang lain yang bahkan dikenal pun tidak, yang tidak melakukan kesalahan apapun padanya. 

Melakukan kesalahan adalah hal yang manusiawi, tapi mengulang kesalahan yang sama itu kebodohan. Karena sesungguhnya dalam memaknai penyesalan adalah kita belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Lalu bagaimana dengan penyesalan yang sudah tak mungkin bisa dikembalikan seperti menyesal dulu ga  sekolah dengan serius macam saya? Ya, sekarang harus menerima keadaan dengan sadar bahwa masa sekolah tak mungkin diulang kembali. Ya sudahlah, terima saja, agar tak terus menerus dikejar mimpi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun