ABSTRAK
Penyebaran black campaign dalam konteks pemilu 2024 memiliki dampak yang signifikan terhadap proses demokrasi dan masyarakat secara keseluruhan. Praktik ini, yang melibatkan penyebaran informasi palsu, menyesatkan, atau negatif tentang lawan politik, memiliki beberapa implikasi penting. Black campaign memperdalam perpecahan dan ketidakpercayaan di antara pemilih. Informasi yang menyesatkan mengakibatkan keraguan terhadap kandidat dan proses pemilihan, memicu polarisasi yang lebih besar. Kandidat yang menjadi sasaran black campaign mengalami kerusakan reputasi yang serius. Hal ini bisa merusak integritas mereka bahkan setelah pemilu berakhir. Praktik-praktik seperti ini merusak demokrasi, yang seharusnya didasarkan pada informasi yang benar, debat terbuka, dan pemilihan yang adil.
Mencegah black campaign membutuhkan upaya kolektif dari masyarakat, lembaga terkait, dan media. Pendidikan publik tentang sumber informasi yang dapat dipercaya, penegakan hukum terhadap penyebaran informasi palsu, serta peningkatan transparansi dalam proses politik dapat membantu melindungi integritas pemilu dan demokrasi.
Kata kunci : black campaign, kampanye hitam, informasi palsu, pemilu
Latar belakangÂ
Pemilu 2024 terjadi di tengah ketegangan politik yang tinggi dan polarisasi yang mendalam di masyarakat. Situasi ini menciptakan lingkungan yang rentan terhadap strategi black campaign untuk memanfaatkan ketidakpastian dan perpecahan yang ada. Pengalaman dari pemilu sebelumnya menunjukkan adanya insiden black campaign yang telah mempengaruhi hasil pemilihan dan citra kandidat.
pemilu 2024 diwarnai oleh peningkatan penggunaan media sosial sebagai platform utama untuk menyebarkan informasi politik. Hal ini memungkinkan penyebaran konten dengan cepat tanpa validasi atau verifikasi yang memadai. Masyarakat semakin bergantung pada informasi digital dalam mengakses berita dan informasi politik. Hal ini memunculkan risiko paparan yang lebih besar terhadap informasi yang tidak valid atau palsu. Fenomena desinformasi dan manipulasi informasi telah menjadi perhatian global. Penyebaran berita palsu, meme, dan informasi manipulatif lainnya telah menjadi bagian dari strategi politik di banyak negara.
Kehadiran Kelompok-Kelompok Terorganisir Kelompok-kelompok dengan kepentingan tertentu, baik itu dari dalam maupun luar negeri, mungkin terlibat dalam menyebarkan black campaign untuk mencapai tujuan politik atau kepentingan mereka sendiri.
Menggabungkan konteks-konteks ini membentuk latar belakang penting untuk menganalisis dampak black campaign di pemilu 2024. Faktor-faktor ini membentuk landasan bagi pemahaman tentang bagaimana praktik ini dapat berpengaruh pada proses demokrasi, partisipasi pemilih, dan stabilitas politik.
Tinjau Pustaka
Kampanye negatif sudah biasa terjadi diberbagai negara termasuk termasuk di Indonesia. Adapun kampanye negatif menurut David Mark (2009:2), berkenaan dengan tindakan-tindakan kandidat yang ingin memenangkan pemilihan umum dengan cara menyerang lawan daripada menekankan sisi positif lawan dan kebijakannya. John G. Geer (2006:21) berpendapat bahwa kampanye negatif (negativity) adalah berbagai kecaman yang dilancarkan oleh seorang kandidat terhadap kandidat lainnya selama kampanye. Sejalan dengan itu Lilleker (2006:127) juga berpendapat bahwa negativity adalah bentuk komunikasi yang menekankan pada kelemahan lawan dalam berargumen, berperilaku, kepribadiannya dan kemampuannya untuk memerintah.