Kalimat ini sederhana, tapi begitu menohok. Sering kali kita ingin semua serba siap sebelum menulis. Padahal, tulisan terbaik justru lahir dari proses---bukan dari rencana sempurna yang tak kunjung dijalankan.
Buku yang Menjadikan Menulis Sebagai Jalan Hidup
The Power of Writing bukan hanya untuk penulis profesional. Justru, buku ini paling cocok untuk guru, mahasiswa, pelajar, blogger, dan siapa saja yang ingin menjadikan menulis sebagai alat untuk tumbuh dan berkembang.
Saya pribadi sudah membuktikannya. Sejak membaca buku ini, saya kembali menekuni rutinitas menulis harian di blog. Saya menyadari bahwa menulis bukan soal bakat, melainkan soal kebiasaan dan kemauan untuk terus belajar.Â
Prof. Ngainun Naim menuliskan bahwa menulis akan memperpanjang usia pikiran. Kita boleh menua secara fisik, tapi tulisan akan tetap hidup melampaui usia biologis kita.
Bayangkan, kata-kata yang kita tulis hari ini bisa menginspirasi orang lain 10, 20, bahkan 100 tahun ke depan. Bukankah itu keajaiban?
Menulis adalah Merawat Akal dan Jiwa
Buku ini juga mengangkat dimensi spiritual dari menulis. Dalam beberapa bagian, Prof. Ngainun menyitir ayat Al-Qur'an dan hadis yang menjelaskan betapa pentingnya ilmu, catatan, dan jejak pemikiran. Menulis, menurut beliau, adalah cara untuk merawat akal dan jiwa. Ia bukan hanya soal karya, tapi juga soal keikhlasan dalam berbagi dan menyebarkan kebaikan.
Menulis membuat kita terus berpikir, merenung, dan mengevaluasi. Ia membuat kita lebih jujur, lebih sadar, dan lebih bertanggung jawab atas kata-kata kita. Maka menulis yang baik adalah menulis yang lahir dari hati dan pikiran yang bersih.
Untuk Mereka yang Ingin Menjadi Penulis Terkenal
Buku ini juga membakar semangat bagi mereka yang ingin serius menjadi penulis terkenal. Tapi terkenal dalam makna yang mulia: terkenal karena memberi manfaat, bukan karena sensasi. Prof. Ngainun Naim mencontohkan bahwa penulis yang besar bukan hanya karena tulisannya viral, tapi karena ia konsisten, berkualitas, dan tulus dalam berbagi ilmu.