Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

#SheCreatesChange dan Cerita Cinta 21 Perempuan Muda untuk Indonesia

11 Desember 2019   15:43 Diperbarui: 12 Desember 2019   18:07 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
21 Peserta #shecreateschange greencamp dari change.org Indonesia

Fonsa tidak ingin pertumpahan darah terus menerus terjadi di Papua karena orang Papua yang tidak punya kekuatan untuk membela tanah ulayat dan hutan-hutan mereka dari ekspansi perkebunan dan perusakan lingkungan bentuk lain.

Ya Allah ya Tuhanku, kami sebenarnya menangis bukan karena cengeng. Melainkan karena keterbatasan kekuatan dan kemampuan dalam membela apa yang harus dibela, dan menyelamatkan apa yang harus diselamatkan.

Ada kesenjangan yang menganga antara kehendak memberantas KKN dengan praktek kongkalingkong dalam pemberian izin ekspansi lahan perkebunan hingga tambang; ada surat-surat jahat yang dibuat untuk menghabisi kehidupan satu kampung demi membuang limbah beracun yang mematikan; ada hobi dan mitos aneh yang menyebabkan hewan-hewan langka diburu dan dibunuh. 

Ada kerakusan yang menyebabkan hutan-hutan dibakar yang menyebabkan kematian habitat liar yang asapnya juga membunuh manusia-manusia kecil yang baru saja dilahirkan ke dunia; dan prasangka-prasangka bahwa kerja-kerja pembelaan pada lingkungan adalah kerja elit dan liberal, padahal kerusakan nyata di depan mata mulai dari air tercemar, sampah menumpuk bagai dosa-dosa yang dianggap biasa, hingga kematian sia-sia mereka yang tidak mendapat pertolongan negara dan masyarakat yang hilang kepedulian pada sesama. Dan semua ini menyesakkan dada. Masalahnya kami semua bukan Wonder Women yang mampu melibas segala kejahatan dengan kekuatan ajaib.

Kemudian, ada satu sesi yang membuatku sangat kelelahan karena seakan-akan energiku telah disedot habis. Padahal sebenarnya, segala yang sedih dan luka dalam diriku tak mampu kukeluarkan sehingga seluruh tubuhku sakit dan aku mengalami demam tinggi, muntah-muntah, sampai benar-benar tak bisa makan sama sekali.

Mbak Mila sampai menangis saat aku menangis hebat huhuhuhu, karena kisah yang kuceritakan rupanya menusuk jauh ke dalam sebagian kenangan hidupnya yang tak kalah pahit baginya.

Di sesi ini aku menangis hebat dong (dan pasti saat itu mukaku jelekkkkk banget ughhhhh) karena harus menceritakan luka paling luka di antara semua luka yang kubawa kemana-mana sejak aku berumur 5 tahun. 

Namun, dibalik momen bertangis-tangisan ini ternyata ada satu kebaikan bahwa kemampuan kita menerima dan membuka diri merupakan salah satu cara yang baik dalam upaya meningkatkan ketajaman mengenal masalah dalam masyarakat. Karena secara logika, kita nggak mungkin mampu mengenali masalah yang ada dalam masyarakat jika kita nggak punya kemampuan untuk berpikir kritis.

Hal menarik lainnya adalah bahwa proses pembelajaran pun dibuat dengan tidak mengedepankan kemenangan dan keberhasilan semata, sebab kita nggak mungkin tahu nikmatnya keberhasilan dan kemenangan tanpa pernah merasakan kekalahan dan kegagalan.

Di antara sejumlah narasumber yang dihadirkan untuk berbagi kisah sukses mereka dalam melakukan perubahan sosial dan mengawal kebijakan, dihadirkan juga dia yang hanya bercerita tentang kegagalan demi kegagalan. 

Sosok itu adalah Mbak Gita yang dengan ceria menceritakan berbagai macam kegagalan dalam upaya-upaya besarnya menyelamatkan lingkungan Indonesia yang terdampak perubahan iklim. Mbak Gita pula yang menanamkan sikap menerima kegagalan dan memandangnya sebagai batu loncatan untuk melakukan gerakan lain yang lebih berdampak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun