Hampir setiap orang pernah berada di titik ini saat langkah terasa berat bukan karena jalan yang salah, melainkan karena harus menapakinya sendirian. Tak ada yang percaya, tak ada yang meyakinkan bahwa kita bisa. Rasanya sepi, seperti berlari dalam hening, tanpa sorak sorai, hanya suara hati yang kadang pun ikut meragu.
Kita sering mendengar tentang pentingnya support system, keluarga, sahabat, pasangan, atau siapa pun yang bisa menjadi sandaran. Memang benar, ketika ada yang mendukung, perjalanan terasa lebih ringan. Kata-kata sederhana seperti "kamu bisa" sering kali menjadi bensin semangat.
Namun, bagaimana jika semua itu tidak ada?
Bagaimana jika justru orang-orang meragukan, atau bahkan menertawakan mimpi kita?
Di titik inilah kita diuji.
Bisakah kita menjadi support system untuk diri sendiri?
Mampukah kita menepuk bahu sendiri, menatap cermin, dan berkata, "Aku mungkin sendiri, tapi bukan berarti aku tak mampu."
Berproses tanpa dukungan memang tidak mudah. Ada hari-hari ketika kita hampir menyerah, merasa tak sanggup lagi melangkah. Namun justru di ruang-ruang sepi itu, kita menemukan sesuatu yang berharga: kekuatan untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Kekuatan yang tidak lahir dari tepuk tangan orang lain, melainkan dari keyakinan yang kita tanam pelan-pelan di dalam hati.
Dan ketika suatu hari orang lain akhirnya mulai percaya, kita bisa tersenyum sebab jauh sebelum itu, kita sudah lebih dulu membuktikan pada diri sendiri bahwa kita mampu.