Mohon tunggu...
Widyayanto Adinugroho
Widyayanto Adinugroho Mohon Tunggu... ASN -

Statistisi Muda di Badan Pusat Statistik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sinergitas Dana Desa Antisipasi Banjir

21 Desember 2018   03:06 Diperbarui: 21 Desember 2018   03:12 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banjir mulai melanda beberapa daerah di Jawa Barat. Ada daerah yang merupakan langganan banjir, tetapi juga banyak daerah yang ternyata sebaliknya.

Ketinggian air ataupun lamanya banjir pun beragam. Sehingga, ada daerah yang menjadi langganan banjir dengan durasi genangan berhari-hari, tetapi ada juga daerah yang baru sekarang kedatangan banjir dan dengan durasi hanya beberapa jam saja.

Bulan Desember merupakan periode dengan curah hujan tinggi. Dalam menghadapi tingginya curah hujan ini, dua atau tiga bulan sebelumnya, sudah banyak pemerintah daerah yang memperbaiki kualitas saluran air mereka. Upaya perbaikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat  antara lain normalisasi Kalimalang dan Sungai Citarum. Meskipun upaya tersebut telah dilakukan, toh banjir masih belum tertangani dengan baik. Desember masih diawal bulan, banjir sudah datang saja. Banyak desa yang mulai terdampak.

Secara umum, kejadian banjir di Jawa Barat tidak mengalami perubahan berarti. Dalam kurun waktu 2011 hingga 2017 banyaknya desa yang terkena banjir hanya berkurang 8 dari sebelumnya hampir 1200 desa. Bahkan pada peristiwa banjir bandang meningkat 47 persen menjadi 220 desa.

Banyaknya desa di Jawa Barat mencapai 5957 (BPS, Potensi Desa 2018). Sehingga, perbandingan antara desa yang kebanjiran terhadap total desa hanya 20 persen, dan pada banjir bandang tidak mencapai 4 persen, namun dengan tidak beranjaknya jumlah desa terdampak banjir dari angka 1200 dan bahkan desa terdampak banjir bandang justru bertambah, kemana manfaat program pengendalian banjir pemerintah provinsi (RPJMD Jawa Barat 2013-2018).

Dari angka tersebut, apabila kita melihat dari lingkup wilayah administrasi diatasnya, tingkat kabupaten/kota, dalam kurun waktu 7 tahun, lebih banyak kabupaten/kota yang mengalami eskalasi banjir.


Pola serupa dan cenderung lebih tinggi terjadi juga pada banjir bandang. Secara umum, dari 27 kabupaten/ kota di Jawa Barat seluruhnya mengalami kebanjiran dan hanya tiga kabupaten yang tidak mengalami banjir bandang pada tahun 2017. Praktis, semua kabupaten/ kota mengalami kebanjiran.

Usaha yang dilakukan pemerintah provinsi dipandang belum menyeluruh. Selain itu, pemerintah kabupaten/ kota yang berada ditengah sebelum seluruh kebijakan mencapai desa harus mengambil peran sebagai penghubung atau jembatan bagi keduanya. Normalisasi sungai yang dilakukan pemerintah pada semester kedua tahun ini harus dipandang sebagai solusi sesaat saja, solusi jangka pendek dan hanya bagian kecil (antaranews.com).

Pemerintah pusat dengan APBN sudah memberikan Dana Desa untuk seluruh desa sejak tahun 2015. Hal ini berarti dana desa sudah berjalan selama empat tahun. Sejak awal pemberiannya hingga tahun ini, rata-rata dana desa yang diterima pada 2017 kian meroket yaitu hingga 3 kali rata-rata dana desa tahun 2015, menjadi hampir satu milyar rupiah per desa.

Melonjaknya dana desa yang diterima oleh desa saat ini tentu menjadikan desa sangat leluasa dalam penggunaannya.

Pemerintah kabupaten sebagai jembatan aantara desa dan provinsi dapat membuat pemerintah desa koheren dengan pemerintah provinsi dalam hal pemanfaatan dana desa untuk pengendalian banjir.  Dengan demikian, pemakaian dana desa tidak hanya pada pembangunan sarana fisik jalan desa atau jalan lingkungan saja.

Alternatif pembangunan di desa yang juga patut dipertimbangkan adalah peremajaan saluran air lingkungan desa. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam peremajaan ini antara lain pembersihan saluran baik dari sampah termasuk tanaman pengganggu, dan pengerukan saluran air yang sudah dangkal.

Lalu, sebagaimana pembangunan jalan lingkungan yang diarahkan sebagai program padat karya di perdesaan, maka program peremajaan saluran air ini juga demikian. Boleh jadi, kegiatan ini tidak ada bedanya dengan normalisasi sungai dan kali yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat, hanya cakupannya yang jauh lebih kecil.

Selanjutnya, jika saluran air hanya dibatasi pada kategori sungai saja, maka tidak kurang dari 85 persen desa di Jawa Barat pada tahun 2017 merupakan desa bersungai. Sehingga desa-desa tersebut harus lebih memperhatikan pentingnya program peremajaan saluran air ini.

Nilai lebih dari program peremajaan saluran air atau normalisasi saluran air di perdesaan adalah program ini dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak dan dalam rentang waktu yang lama.

Sehingga, jumlah penduduk yang menganggur di desa dapat berkurang drastis. Bahkan jika kesinambungan kegiatan ini dapat dijaga pada tahun berikutnya bukan tidak mungkin desa menjadi berperan dalam menekan jumlah penganggur di desa.

Semakin sinerginya desa dengan provinsi tentu menguntungkan juga bagi kabupaten /kota. Dalam kaitan antisipasi banjir ini saja, tidak hanya desa yang mendapat untung karena daerahnya menjadi tidak kebanjiran, namun, ini berarti juga kabupaten menjadi tidak kebanjiran, demikian halnya provinsi.

Selain itu, desa menjadi sangat mungkin untuk membantu dalam menekan angka pengangguran kabupaten/ kota masing-masing, yang, pada akhirnya menurunkan angka pengangguran Jawa Barat ditahun mendatang. Bonus yang bagus sekali dari sinergitas desa dan provinsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun