Mohon tunggu...
Widoko
Widoko Mohon Tunggu... Guru - Menyukai semua hal yang inspiratif

Pernah menimba ilmu di Yangzhou University, China

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

3 Kehilangan Terbesar dalam Hidupku, Anda Juga Pernah Merasakan?

5 Maret 2021   14:12 Diperbarui: 5 Maret 2021   14:13 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Lagu Titip Rindu Buat Ayah (Sumber: tribunnews.com)

Datang akan pergi
Lewat kan berlalu
Ada kan tiada
Bertemu akan berpisah...

Begitulah sepenggal lirik lagu dari Endang Soekamti. Indah, tetapi juga sangat benar.

Segala sesuatu pada saatnya mau tidak mau harus kita relakan. Karena hukum alam telah dengan sangat jelas kita ketahui bersama, selain Sang Pencipta setiap yang ada kan tiada. Setiap yang bertemu pasti akan berpisah. Termasuk sesuatu yang paling kita cintai.

Bercerita tentang kehilangan, ada tiga kehilangan terbesar yang aku rasakan dalam hidupku. Penasaran apa sajakah itu?

Kehilangan yang pertama adalah kehilangan pahlawanku saat kecil: Nenek.

Adakah diantara pembaca sekalian yang pernah melihat film kartun Upin-Ipin? Mungkin nenekku hampir sama dengan Opa. Sabar, bijak, tulus, penyayang, tidak pernah marah, selalu memberi jalan keluar yang menentramkan jika ada masalah yang aku adukan.

Banyak kehangatan dan kebersamaan dengan nenek yang masih melekat kuat sampai hari ini. Dulu saat kecil aku sering disuapi makan tangan lembut beliau, sambil melalap sayur-sayuran segar langsung dari tangkai pohonnya. 

Ketika malam datang, di ruang tamu kami yang sederhana dalam berbagai kesempatan nenek sering kali bercerita tentang jaman-jaman dulu, jaman penjajahan, dan jaman ketika mudanya saat masih aktif berdagang menempuh rute-rute yang jauh. 

Ketika kantuk datang aku dan kakakku sering berebut untuk mendapat pelukan nenek ketika akan tidur. Masing-masing dari kami merasa paling berhak mendapatkan pelukannya dan sering kali berakhir dengan pertengkaran. Tetapi nenek selalu menengahi dengan bijaksana.

Bukan aku saja yang menganggap nenekku adalah orang yang spesial. Bahkan ada yang pernah nyeletuk nenek adalah ibunya orang satu kampung. Mbok Ituk, demikian orang-orang biasa memanggilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun